Gone ~Shadow

1K 63 3
                                        

Happy Reading!

Hujan terus mengguyur tanpa henti. Sebentar gerimis, setelah itu deras kembali. Terus seperti itu. Kira-kira sudah tiga jam Michella duduk sejak ia mendapat surat itu.

Seperti patung, ia tidak berbicara dan tanpa bergerak sedikit pun. Ia menantikan seseorang memanggil nyawanya kembali. Memanggil nama Niall yang akan menyadarkan dirinya.

Seharian berdiam diri, mengurung diri di kamar. Tak masalah, selama ia tetap sehat. Tidak berbicara sepatah kata pun. Bukan apa-apa, selama mulutnya masih setia dengannya. Tidak bergerak sejengkal pun. Biarkan, selama anggota tubuhnya masih terpasang rapi.

Gadis itu sudah mencapai titik akhir dari batas keletihannya menghadapi realita. Ya, benar titik akhir yang akhirnya ia seperti tidur sangat lama. Tertidur untuk sementara, namun bisa juga selamanya jika tidak ada yang membangunkannya.

Pukul 8. Waktunya makan malam. Seseorang datang dan menghampiri Michella. Beruntung pintu kamar itu tidak ia kunci. Tidak perlu repot-repot memanggilnya, mendobrak, atau semacamnya. Tapi tidak enaknya, seseorang akan dengan mudah mengganggunya.

Sam: Mi.. ayo makan dulu.

Michella hanya terdiam. Tatapan matanya kosong. Sempurna sekali Sam layaknya berbicara dengan patung manekin. Ia bernafas tapi seperti tak hidup. Sangat mudah mendeskripsikan seorang Michella sekarang.

Sam: Michella, makan dulu ya? Kau harus makan.

Gadis itu menggelengkan kepalanya perlahan. Tatapannya tetap kosong dan terus melihat ke arah jendela. Memperhatikan aliran air hujan itu. Ia mengerti dan tahu tapi seakan ia tak punya perasaan. Itu malah membuat dirinya sendiri menderita.

Sam: ayolah, Mi.. kau mau kalau Niall nanti sedih melihatmu sakit karena tidak mau makan?

Sesaat Sam mengatakan 'Niall' di kalimatnya itu, semilir angin malam berhembus di sekitar mereka. Sam merasakan kedinginan karena angin itu. Tapi Michella merasakan sesuatu yang lain ketika angin itu berhembus melewati dirinya. Sesuatu yang hangat, yang seakan merangkul pundaknya.

Sam: dingin sekali, jendelamu sudah tertutup rapat, bukan? Sebaiknya kau cepat makan ya, kalau makin malam, nanti semakin dingin pula. Makannya pun jadi tidak enak. Ayo, kakak suapi ya, buka mulutmu..

Akhirnya Michella membuka mulutnya dan menatap kakak kesayangannya itu. Wajahnya terlihat sangat khawatir. Namun ia tetap terlihat tenang menghadapi adiknya ini.

Pelan-pelan Sam menyuapi adiknya yang belakangan ini selalu membuatnya khawatir. Satu suap, dua suap, tiga suap, sampai makanannya habis.

Sam: ini minum.. kakak turun dulu ya, nanti kau langsung tidur saja, dan jangan duduk seperti ini terus.

Gadis itu pun mengangguk. Setelah itu Sam pergi dari kamar Michella. Sebelum ia menutup pintunya, Michella berbalik dan memanggilnya.

Mi: kakak!

Sam: iya?

Mi: terimakasih..

Sam: apapun untukmu.

Michella tersenyum. Sam menutup pintu dengan perlahan sampai akhirnya ia menghilang di balik pintu putih itu. Sekarang Michella kembali sendiri. Rupanya hujan deras digantikan dengan gerimis. Dilihatnya surat yang beramplop biru itu masih tergeletak di atas meja belajarnya.

Michella mencoba membuka perekatnya. Detik selanjutnya ia urungkan lagi niat untuk membacanya sekarang. Mungkin besok.

Pukul 9. Tidak jadi membaca sekarang, gadis itu akhirnya memilih untuk tidur. Dimana ia dapat dengan bebas menjelajahi dunia imajinasinya, dunia mimpinya, dan segala hal yang tidak terkait dengan dunia nyata.

Ia baringkan tubuhnya di atas kasur empuknya. Ia lapisi tubuh itu dengan selimut hangatnya. Perlahan, ia mulai terlelap dan berganti ke alam mimpi.

Michell: bagaimana? Ia mau makan?

Sam: iya, makannya habis..

Michell: syukurlah.. Sam?

Sam: iya?

Michell: menurutmu sampai kapan Michella akan terus seperti itu?

Sam: entahlah. Tapi aku yakin tidak lama ia akan kembali.

Michell: mama takut itu berakibat buruk pada kesehatannya. Lagipula minggu depan ia harus memulai kuliahnya lagi dan kembali ke Amerika.

Sam: hm, iya..

Michell: lalu yang mama takutkan lagi, jika ia terus seperti ini sampai di Amerika, sama saja ia seperti hidup sendiri. Siapa yang mau berteman dengannya nanti?

Sam: kalau begitu, aku akan ikut ke Amerika juga ya, ma? Aku akan tinggal sampai ia benar-benar seperti dulu lagi. Lagipula ini tahun terakhirnya kuliah, aku yakin ini tidak akan berlangsung lama.

Michell: baiklah, tolong jaga dia ya, Sam..

Sam: iya, mama tidak perlu khawatir. Pasti aku akan menjaga adikku, ma.

...

Di sisi lain pada keluarga selebriti itu, Zayn sedang duduk di sofa dengan menopangkan dagu pada telapak tangannya. Ia seperti melamunkan sesuatu. Tak lama Louis datang dari kamar mandi untuk siap tidur.

Louis: kau sedang memikirkan sesuatu, Zayn?

Zayn: huh? Tidak, tidak ada.

Louis: jika kau berbohong, dan yang sedang kau pikirkan itu adalah Niall, sebaiknya kau tidur saja. Niall pun pastinya tidak ingin kita memikirkannya terus dan jadi tidak mempedulikan masa depan.

Zayn: ya, aku akan segera tidur, kau duluan saja, Lou.

Louis: baiklah, terserah kau saja.

Louis pergi ke ranjangnya yang sudah ditempati oleh Liam di sisi kanan. Mereka hanya mengambil dua kamar di hotel itu. Satu kamar untuk Louis dan Liam lalu kamar satunya lagi untuk Zayn dan Harry. Si rambut ikal itu juga pasti sudah terlelap di kamar yang berhadapan dengan kamar Louis dan Liam itu.

Zayn melirik jam di pergelangan tangan kirinya. Kiranya ia harus tidur sekarang. Pria itu mematikan lampu utama lalu keluar dari kamar Louis dan masuk ke ruangannya.

...

Kini di tempat yang berbeda.

Pukul 12 tepat. Gerimis sudah berhenti sejak dua jam yang lalu. Namun udara masih tetap dingin. Michella menggigil kedingingan. Ia menarik selimutnya dengan keadaan mata yang masih terpejam.

Michella akhirnya terbangun karena selimutnya yang tidak nyaman. Ia membetulkan selimut itu. Sesaat kemudian, sesosok bayangan putih berdiri di ujung samping tempat tidurnya.

Bayangan itu berwarna putih, bersih, dan bercahaya. Michella melihat dengan mata menyipit. Sosok itu tetap berdiri dan tidak bergerak. Namun benar-benar nyata.

Mi: huh?

Tenanglah Michella. Jika kau kedinginan, aku akan disini untuk menghangatkanmu. Sekarang kau tidurlah, aku akan tetap disini sampai kau merasa hangat..  

Mi: apa?

kembalilah tidur.. aku akan tetap disini

Michella pun tertidur kembali. Semakin lama ia mulai terlelap. Di alam mimpinya, ia dapat merasakan kehangatan seperti sebuah pelukan. Seperti pelukan yang ia rindukan. Pelukan hangat yang selalu ia nantikan.

Di tengah tidurnya Michella, bayangan itu tetap berdiri di ujung samping tempat tidur si gadis yang terlelap itu. Memperhatikan, tersenyum, lalu ia pun menghilang. Ia menghilang dengan kehangatan yang disalurkannya kepada Michella.

Bayangan itu, diakah Niall?

Ceritanya gambaran bayangan putih itu ada di multimedia yaaa, heheh Vomment?

Gone ⇨ n.hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang