Gone ~Your Hope

970 68 6
                                        

Happy Reading!

Michell: Michella, hey, kenapa lama sekali?

Mi: huh?

Michell: ayo, sudah 'kan minumnya?

Mi: um, ma, aku..

Michell: ayolah, sayang, tugasmu hanya tinggal menggunting daun-daun yang layu saja. Lagipula kita berada di rumah kaca, dinginnya salju tidak akan begitu terasa.

Michella terus diam. Ia menoleh ke arah jam dinding di sisi kanan atas. Pukul 3 sore.

Michell: sayang, ayo.. mama tahu kalau kamu tidak suka dengan berkebun, tapi hanya tinggal menggunting daun saja setelah itu selesai, mama janji.

Sungguh, Michella sangat bingung sekarang. Sebenarnya ia tidak begitu dibingungkan dengan aktivitas berkebun milik mamanya. Ia bisa saja mengatakan malas atau sudah lelah. Tapi yang menjadi masalahnya hanya satu. Zayn. Ia dibingungkan oleh Zayn.

Mi: ma, bisa kita lanjutkan besok saja? Aku ingin menemui seseorang sore ini.

Michell: loh, tiba-tiba sekali.

Mi: um, iya..

Michell: kau mau bertemu siapa?

Mi: uh, bertemu Zayn..

Michell: Zayn siapa?

Mi: mama lupa dengan Zayn? Ya sudahlah, lagipula jika aku jelaskan mama pun tidak akan ingat.

Mom: hm, terserah kau saja.

Mi: terimakasih!

Setelah mendapat izin dari mamanya, Michella bergegas menuju kamarnya dan berganti baju. Ia tidak berniat untuk mandi dulu. Ia juga tidak tertarik untuk memakai make up dan semacamnya. Ya, hanya untuk tahu saja, Michella termasuk gadis yang berpenampilan natural dan sederhana. Alat-alat make up nya pun tidak seberapa. Tidak ada benda berbentuk kotak pada meja riasnya. Kotak make up.

Michella berlari menuruni anak tangga. Pakaian yang melekat padanya kali ini yaitu baju lengan panjang bergambar burung favoritnya dan celana legging hitam untuk kebawahannya. Ia menambahkan dengan beanie, dan syal merah marun yang melingkar di lehernya. Untuk alas kaki, Michella memilih memakai boots hitam bertali miliknya.

Kemudian gadis itu berjalan menuju jalan raya dengan langkah kaki yang lebar tapi tidak berlari. Sampai di tepi jalan, ia bersiap untuk taksi pertama yang datang. Tak perlu menunggu lama, satu taksi pun berhenti tepat di depannya.

...

Zayn sudah sampai di taman kota. Ia sedikit terkejut dengan keadaan taman yang berbeda. Jelas saja, dua tahun bukanlah waktu yang sebentar untuk melakukan perubahan pada taman itu.

Luasnya masih tetap sama. Posisinya juga. Tentu saja, namanya pun taman kota di Mullingar. Tidak mungkin pindah posisi ke kota lain. Hanya ada perubahan pada pepohonannya, semak-semak, dan bangku taman.

Zayn berjalan ke salah satu bangku taman. Sebelum mendudukinya, ia membersihkan bangku itu karena beberapa salju yang menutupinya. Setelah itu ia duduk di sisi kiri bangku.

Zayn memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong jaketnya yang tebal. Setiap hembusan nafas yang keluar dari mulutnya menimbulkan asap. Pukul 3:30. Ia memperhatikan kesekelilingnya. Berharap gadis yang ia tunggu cepat datang karena ia sendiri tidak akan kuat jika terus menunggu di tengah salju yang masih turun.

---

Michella terjebak dalam kemacetan. Salju yang menumpuk di beberapa ruas jalan karena belum dibersihkan oleh petugas membuat macet yang bisa sampai berjam-jam. Ditambah lagi dengan jarak taman kota yang dapat dibilang masih jauh.

Gone ⇨ n.hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang