Prologue

6.8K 129 6
                                    

Prolog

-1998-

Dua anak kecil kisaran umur lima tahun sedang asyik bermain di halaman belakang rumah keluarga si anak perempuan. Berbagai judul permainan mereka mainkan berdua. Petak umpet, masak-masak, mobil mainan, hingga saling mengejar. Anak perempuan itu bernama Michella, dan anak laki-laki itu bernama,

?: aduh !

Mi: kamu kenapa ? kaki kamu berdarah ?

?: sakit..

Mi: kata mama aku, kalau kaki berdarah harus diobati.

?: tapi aku masih pengen main, diobati itu sakit.

Mi: sakit ? ya sudah aku ga mau kamu tambah sakit. Kita main lagi aja, biar mama ga tau.

?: iya, biar mama kamu ga tau, jadi aku ga akan diobati. Ayo main lagi..

Kedua anak itu melanjutkan permainan mereka. Tentunya itulah yang diketahui anak kecil. Sesuatu yang membuat mereka merasa sakit tidak akan mereka lakukan. Tapi apa yang diketahui anak-anak setelah itu ? Dalam dunia mereka, tidak mengenal adanya akibat. Tidak tahu apa itu infeksi.

Sampai akhirnya anak lelaki itu membiarkan lukanya bersarang di kakinya. Tidak mengatakan apapun pada orang tuanya hanya karena ia tidak ingin merasakan sakit yang ditimbulkan bila terkena obat.

-2006-

"Michella ! ko kamu jalannya berdua terus ?"

Mi: memang kenapa ? kita kan teman..

?: iya, kita bersahabat. Argh..

Mi: kamu kenapa ?

?: umh, tidak apa-apa. Hanya saja, kakiku sedikit perih.

Mi: perih ? coba aku lihat,

?: tidak usah Ella, ini sudah biasa.

Mi: apa maksudmu biasa ?

?: sudah, lupakan saja. Nanti juga perihnya hilang.

Mi: kamu sudah periksa ke dokter ?

?: aku tidak mau ke dokter, apalagi harus ke rumah sakit.

Mi: kenapa ?

?: orang lain berkata kalau kita sampai menginap di rumah sakit, kita akan diberi makanan yang didalamnya sudah dimasukkan obat-obatan aneh oleh dokter dan susternya. Itu menjijikkan..

Mi: benarkah ? ya sudah, kamu tidak usah ke rumah sakit.

-2009-

?: jadi nanti kamu mau kuliah di Amerika ?

Mi: iya, mama papa yang nyuruh gitu.

?: terus kita ga bisa main bareng lagi dong ?

Mi: hihi kita main lewat dunia maya saja.

?: yaa, dunia maya kan ga akan seseru dunia nyata.

Mi: aku tahu, tapi apa kita mau main lewat surat ?

?: surat ? aku tidak bisa membayangkan main lewat surat, membosankan.

Mi: ya sudah..

?: ya-ya, kamu disana baik-baik ya, jangan lupain aku lho !

Mi: haha, lagian ngelupain orang kaya kamu tuh susah tau !

?: iya ? masa ? memang kenapa ?

Mi: yaiyalah, mana ada orang lain di dunia ini yang doyan makan, kentut sembarangan kaya kamu, haha

?: ihh bukannya ingat kebaikanku.

Mi: kan memang bener.

?: ih ya sudah kamu pergi saja sana ke Amerika !

Mi: lho ko marah sih ? iya deh, aku ga akan ngelupain kamu karna kamu sahabat terbaaaik aku.

?: bener ya ? ahh sobatt !

Mi: sohibb ! hihi

?: arghh..

Mi: kamu kenapa ?

?: kaki aku perih..

Mi: perih kenapa ?

?: sudahlah, tidak perlu dipikirkan. Ini kan sudah biasa.

Mi: tapi kenapa perih itu jadi hal yang biasa ? apa kamu ada penyakit ?

?: aku tidak punya penyakit apa-apa.

Mi: kamu yakin ? apa kamu sudah memerikasakan ke dokter ?

?: belum. Kau tahu, aku masih selalu terbayang kalau nantinya dokter itu akan memberikan makanan yang sudah diberikan obat menjijikkan di dalamnya.

Mi: kamu ini, kita sudah berusia 16 tahun dan kamu masih memikirkan hal itu ?

?: apa salahnya ?

Mi: ya-ya terserah kamu saja, bagaimana kalau sekarang kita makan ?

?: makan ? okay..

Kini kedua anak itu tumbuh menjadi remaja yang cantik dan tampan. Seiring berjalannya waktu, mereka mendapati kehidupan masing-masing semenjak Michella kuliah di Amerika. Kepergian teman sepermainannya itu membuat berjuta harapan bertengger di benak pria itu. Harapan yang sangat ingin semuanya menjadi nyata.

***

Gone ⇨ n.hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang