Happy Reading!
Michigan, Amerika Serikat.
Kini, dua tahun berlalu begitu cepat. Michella sudah menjadi sarjana dengan nilai mata kuliahnya yang memuaskan. Ia tak menyangka hari yang sangat ia tunggu-tunggu itu datang dan kini telah ia lewati, hari wisudanya. Sebenarnya ia sudah selesai kuliah sejak setahun yang lalu, hanya untuk berbagai macam ketenangan Michella memutuskan untuk tinggal di Amerika satu tahun berikutnya. Dan kini ia kembali ke tanah kelahirannya, Mullingar.
Ia sudah memikirkan untuk mengambil S2. Namun untuk saat ini ia ingin bersenang-senang dulu dengan semua orang itu. Orang-orang yang ia sayangi. Tentu, karena selama dua tahun ini Michella tidak pernah pulang ke Mullingar. Walaupun libur semester hanya ia habiskan di rumah keluarganya di Amerika. Membosankan memang, tapi kehadiran Leo yang menjadi teman barunya membuat semua itu terlewati dengan cepat, dengan menyenangkan pastinya.
Ya, Leo. Pria yang dari fisik terlihat sangat mirip dengan Niall Horan. Namun seperti yang sudah dijelaskan, hanya warna bola mata mereka yang membedakan. Pria itu baik, pintar, dan manis. Sama dengan Niall, tapi tetap saja ia bukan Niall.
Leo bukan tipe cowok yang doyan makan, pandai bermain gitar, ataupun memiliki suara yang bagus. Ia lebih suka makan dengan porsi yang sedang dan tidak mencoba segala makanan terutama Nando's. Ia tidak bisa bermain gitar. Tidak keren memang rasanya, tapi ia memiliki keahlian dalam bermain saxophone. Ia tidak bersuara merdu. Tapi jika ia sudah bernyanyi, suaranya dapat menjadi satu-satunya hiburan yang enak didengar. Mungkin itu beberapa dasar tentang Leo Evans.
Mi: kau tidak pulang? Oh, ayolah kita bisa pulang bersama hari ini.
Leo: aku memang ingin seperti itu. Tapi harus bagaimana lagi? Masih ada hal yang perlu kuselesaikan.
Mi: tidak bisakah hal itu kau selesaikan di Mullingar saja?
Leo: tidak..
Mi: tidak bisakah hal itu kau selesaikan nanti?
Leo: tidak..
Michella menghembuskan nafasnya. Ia sedikit kecewa dengan Leo yang tidak bisa pulang hari ini bersamanya. Tapi, ia pun tidak mungin memaksa walaupun sudah ia lakukan berulang kali dalam kata-kata yang halus.
Mi: jadi aku akan pulang sendiri di tengah dinginnya benda putih bergumpal itu?
Leo: haha, tenang saja, salju-salju itu tidak akan membuatmu jadi manusia salju.
Mi: aku tidak mau dengar tentang manusia saljumu itu.
Leo: okay, aku minta maaf. Maaf aku tidak bisa menemanimu pulang hari ini..
Mi: ya-ya baiklah, tidak apa. Lagipula itu bukan salahmu. Itu salahnya hal bodoh yang perlu kau selesaikan sekarang juga, bukan?
Leo tersenyum mendengar ucapan Michella. Dalam kekecewaannya, Michella tetap terlihat lucu dengan setiap kalimat yang ia lontarkan. Sepertinya kini Michella menjadi gadis frontal yang selalu berbicara blak-blakan. Tapi itulah hal yang disukai Leo karena frontalnya Michella membuat dirinya menjadi gadis yang apa adanya.
Leo: kalau begitu, biar kuantar kau ke bandara. Okay?
Mi: huh, kau berusaha untuk menebus ketidakpulanganmu hari ini bersamaku?
Leo: haha, ya mungkin bisa dibilang begitu.
Mi: baiklah.. tapi kau harus menunggu sampai pesawatnya hilang, ya?
Leo: ya-ya, apapun itu..
...
Bandara.
Pukul 12 siang. Michella harus memasuki pesawat sekarang. Ia hanya diantar oleh Leo namun menurutnya itu sudah cukup. Mereka saling berpelukan satu sama lain dalam waktu yang cukup lama. Michella maupun Leo akan sangat rindu tentunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gone ⇨ n.h
FanficPLEASE, FOLLOW THE AUTHOR FIRST TO APPRECIATE THE STORY, THANK YOU. "Aku akui dengan senang hati bahwa aku mencintai gadis teman masa kecilku." - Niall.
