Happy Reading!
Pukul 6.15
The boys dan beberapa kru sudah berkumpul di lobi hotel. Berbagai macam barang yang dikemas ke dalam koper berjajar di belakang keempat pria itu. Mereka bersiap berangkat ke bandara dan meninggalkan Irlandia. Rasanya sedikit aneh dan ada sesuatu yang tertinggal jika pergi dari tanah kelahiran pria blonde itu.
Paul: sudah beres semua?
Harry: yup!
Paul: yakin tidak ada yang tertinggal?
Harry: yup!
Paul: barang-barang favorit kalian?
Harry: iya..
Paul: ingin di cek ulang?
Louis: tidak!
Paul: yakin?
Louis: Paul! Ayolah, bukankah Farrel bilang kita harus segera berangkat?
Paul: okay-okay, masuk mobil sekarang!
Sesuai yang sudah dijadwalkan, the boys berangkat pukul 6.15 tepat. Dua mobil Range Rover berwarna hitam sudah terparkir di depan hotel. Satu mobil untuk di tumpangi the boys, dan satu lagi untuk barang bawaan keempat laki-laki itu yang diabantu oleh beberapa pelayan hotel.
Tak butuh waktu lama, kedua mobil itu mulai melaju. Tanpa directioners yang sering mengerubuti mereka di luar hotel jika akan pergi. Tentu saja, keberadaan mereka di hotel itupun sebenarnya di rahasiakan.
Ya, semenjak kepergian Niall, the boys ingin agar keberadaan mereka di sembunyikan dulu. Mereka akan kembali terbuka untuk publik setelah jadwal konser di Itali diumumkan.
Perjalanan menuju bandara, mereka isi dengan kesibukan masing-masing. Liam dengan majalahnya, Louis dengan earphone nya, Harry dengan cemilannya, dan Zayn dengan iPhone nya.
Sebenarnya Zayn benar-benar sibuk dengan apa yang ia lakukan bersama iPhone nya itu. Ia sedang mencoba membuat voice mail untuk seseorang. Ia mulai berbicara di dekat gadget nya itu dengan suara yang kecil agar ketiga rekannya yang lain tidak mendengarnya.
Kurang lebih sekitar dua menit, akhirnya Zayn mengirim voice mail nya itu. Ia berharap si penerima dari pesannya dapat membalas secepat mungkin.
...
Sam berjalan menuju kamarnya yang terletak di lantai dua, lima meter setelah kamar Michella. Sesaat ia melewati kamar adiknya itu, terdengar bunyi dentingan kecil namun masih dapat ia tangkap suaranya.
Sam sedikit kaget mendengar bunyi itu. Ia dekatkan telinganya ke permukaan pintu kamar Michella. Ting, bunyi yang sama. Tanpa berpikir panjang, Sam membuka pintu itu dan masuk ke kamar Michella
Sam: Mi? Kau sudah pulang?
Sam: Mi, Michella?
Sam melihat ke kasur Michella. Suara dentingannya seperti berasal dari kasur itu persisnya dari balik selimut Michella. Sebenarnya Sam mulai takut. Ditambah lagi dengan suasana yang sangat mendukung. Petang, hujan, hawa yang dingin, dan mencekam.
Tapi, kalaupun ada tidak mungkin berada di balik selimut yang posturnya datar seperti itu. Lalu dengan bunyi itu, tidak mungkin selimut bisa berbunyi sendiri, jelas tidak mungkin.
Sam membuang pikiran anehnya jauh-jauh. Ia berjalan mendekati kasur Michella dan menarik apa yang ada di balik selimut itu. Dan.... whalaa! Hanya sebuah benda pipih berwarna putih yang terus berkedip.
Sam: handphone Chella? Ia tidak membawanya?
Layar dari benda itu terus berkedip dan sesekali mengeluarkan bunyi 'ting'. Ternyata ada satu notification masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gone ⇨ n.h
FanfictionPLEASE, FOLLOW THE AUTHOR FIRST TO APPRECIATE THE STORY, THANK YOU. "Aku akui dengan senang hati bahwa aku mencintai gadis teman masa kecilku." - Niall.
