00

7.5K 433 12
                                        

2016

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

2016

Di tengah gemuruh hujan yang mengguyur kota, suara langkah kaki mereka bergema di lorong rumah yang dulu penuh tawa. Dengan tiap tetes hujan yang jatuh dari atap, terdengarlah detik-detik terakhir kebahagiaan yang pernah mereka rasakan bersama.

Nathan dan Lauren duduk di masing-masing ujung meja makan yang sekarang terasa asing, tatapan mata Lauren yang dulu begitu penuh dengan cinta kini hanya mampu menatap kosong. Bingkai-bingkai foto di dinding memperlihatkan cerita panjang kisah cinta mereka yang terancam usai. Rumah tangga mereka sudah berada di ujung tanduk.

Sudah enam bulan lamanya Lauren tidak pernah lagi mengajak bicara sang suami. Saat di ajak bicara baik-baik pun, Lauren akan menjawab dengan sinis dan acuh. Dia berusaha menghindari kontak apapun dengan Nathan.

Rumah tangga yang di bangun bersama dengan penuh cinta, suka dan duka mereka lewati bersama selama dua tahun ini terancam berakhir. Hancurnya kebahagiaan dan hilangnya kehangatan di dalam rumah tangga sempurna mereka di sebabkan oleh Nathan sendiri. Semua kekacauan ini adalah konsekuensi yang harus Nathan terima setelah Lauren mengetahui kalau suaminya sendiri yang menyuruh dokter untuk menggugurkan janin yang sedang berkembang di dalam rahimnya.

Lauren selalu ingin menghantamkan kepalanya sendiri saat mengingat kembali kejadian tersebut, dia selalu berteriak frustasi jika sedang sendirian di rumah. Lauren tidak pernah mendapatkan jawaban kenapa Nathan dengan tega melakukan hal keji itu kepada bayi mereka. Lauren tidak tahu alasan kenapa dia masih berada di rumah yang kini bahkan terasa seperti neraka. Malaikat kecil yang seharusnya sudah lahir ke dunia dan melengkapi keluarga kecil mereka harus meregang nyawa di tangan seorang dokter yang di suruh oleh Nathan.

Nathan terlihat tidak peduli dengan kondisi mental istrinya saat ini, yang terpenting baginya adalah Lauren masih berada di sisinya dan akan terus menjadi miliknya, patuh pada kemauannya. Kondisinya bahkan semakin rumit ketika desas-desus kembalinya masa lalu Nathan ke dalam kehidupannya, sampai detik ini tidak ada usaha yang lelaki itu lakukan untuk memperbaiki hubungannya dengan Lauren. Rumor itu menguatkan tuduhan Lauren kepada Nathan yang sebenarnya tidak ingin memiliki anak darinya.

2017

"Negatif, Mas." Suara Lauren terdengar lemas, tubuh kurusnya tak bergairah, tak memiliki semangat hidup lagi. Tapi dia masih setia berada di samping Nathan yang sudah jelas terlihat tidak peduli kepadanya.

Nathan tersenyum lega mendengar kata itu, sangat aneh. Di saat pasangan lain akan bersedih ketika belum berkesempatan mendapatkan momongan, Nathan malah sebaliknya dan hal itu membuat Lauren semakin membencinya. Laki-laki itu lalu mengangguk dan mengusap pucuk kepala istrinya dengan lembut, apa Nathan menikahinya hanya untuk menjadikannya pemuas nafsu saja? Lauren menundukkan kepalanya dan menyeka air matanya.

Hari-hari berjalan sangat lambat untuk Lauren yang menghabiskan waktunya hanya berdiam diri di rumah. Tak jarang wanita itu membayangkan rumah megah ini ramai oleh suara riang tawa buah hatinya.

"Nak, tolong jangan benci Mami. Bukan Mami yang nggak mau kamu lahir, tapi dia ... Papi kamu ..." Lauren membatin.

We Were Once TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang