16

572 51 5
                                    

Sudah dua jam Abraham berdiri di depan jendela malam itu, matanya menerawang gelapnya malam, menanti kedatangan ayahnya yang seharian ini entah kemana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah dua jam Abraham berdiri di depan jendela malam itu, matanya menerawang gelapnya malam, menanti kedatangan ayahnya yang seharian ini entah kemana. Lauren sendiri sudah tahu kemana Nathan pergi, dan berjanji akan kembali sebelum Abraham tidur. Lauren tidak peduli, tidak jadi datang lebih baik. Tapi setelah melihat putranya yang tak berhenti menunggu, membuat Lauren menjadi ikut-ikutan menunggu.

"Nunggunya sambil duduk aja atau nonton televisi, Nak. Papi mungkin masih di jalan."

Abraham menatap sekilas bayangan Lauren di dapur, tak menggubris, kembali memandangi luar dari jendela dan dia tersentak kaget.

"Mami ada tamu!" Bukan sosok ayahnya yang datang, melainkan dua orang asing, anak itu membuka pintu.

"Mana ibu kamu?" tanya salah satu dari mereka, "Bilang kalau ada yang cari."

Abraham berlari ke dapur dengan wajah ketakutan, "Mami ada orang besar di depan dia mau ketemu Mami!"

"Siapa sayang?" Lauren beranjak dari duduknya, menunda pekerjaannya dulu, dia berjalan menuju ruang tamu, pintu telah terbuka, dua orang itu pasti suruhan Pak Gunawan.

"Belum bayar tagihan air?"

"Bayar? Air saja tidak pernah mengalir sudah tiga hari."

"Kalau tidak mau bayar, terpaksa harus kami cabut meterannya." Orang itu mengancam, dan memberikan surat penagihan.

"Loh, memangnya ini tugas kalian? Saya tahu ini cuma akal-akalan Pak Gunawan dan preman-premannya, mencabut meteran air bukan wewenang kepala desa!"

Satu orang pergi mengelilingi rumah Lauren untuk mencari meteran air dan mematikan aliran airnya.

"Kau lupa? air di desa kita di sediakan oleh kepala desa, dan kau wajib membayar tagihannya kepada Pak Gunawan!" Bentak orang itu.

Abraham bersembunyi di belakang Lauren ketakutan.

"Ada apa ini, siapa kalian?" Akhirnya Nathan datang.

"Kami petugas desa, mau menagih tagihan air milik Bu Lauren yang nunggak bulan ini. Jika tidak di bayar, kami akan memutus meterannya."

"Yasudah cabut saja, Lauren mampu membeli air di tempat lain. Bilang pada Pak Gunawan, berhenti memeras warga!" Tegas Nathan.

Orang itu mengeraskan rahangnya, "Baiklah kalau begitu, sudah bagus kami sediakan air. Sudah kau cabut meterannya?" Dia bertanya kepada temannya.

"Sudah."

Nathan menatap tajam dua orang itu yang langsung berlalu pergi, "Dasar Preman."

"Mereka membentakmu?" Sekarang Nathan menatap mantan istrinya, pandangannya turun melihat Abraham yang bersembunyi di balik tubuh ibunya.

"Nggak," jawab Lauren.

We Were Once Together

"Jangan takut, sekarang ada Papi yang jaga kalian." Nathan menenangkan putranya yang ada di pangkuannya.

We Were Once TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang