08

608 54 3
                                    

Nathan berlari menerobos kerumunan keluar gedung, sempat ada beberapa orang yang menghadangnya tetapi lelaki itu berhasil lolos

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nathan berlari menerobos kerumunan keluar gedung, sempat ada beberapa orang yang menghadangnya tetapi lelaki itu berhasil lolos. 

Nathan! Nathan!

Imelda mencoba mengejar, namun ayahnya melarang dan memerintahkan anak buahnya untuk segera mengejar Nathan. Calista shock memegangi dadanya yang terasa sesak, begitu juga dengan Haris yang terdiam mematung di samping istrinya.

"Jangan sampai dia lolos!" ucap salah seorang anak buah Martin, sambil terus berlari.

"Pak Nathan!" 

Mobil sedan berwarna hitam melaju ugal-ugalan dan berhenti mendadak dengan keadaan miring, kedua ban sebelah kanannya naik ke atas trotoar hingga menimbulkan suara decitan yang memekakkan telinga.  Andy membuka kaca mobil menyuruh Nathan untuk mempercepat larinya, anak buah Martin jaraknya sangat dekat. 

Nathan buru-buru masuk kedalam mobil dan duduk di kursi depan.

"Pak baik-baik saja? Asma Bapak kambuh?" 

Lelaki itu menggeleng cepat, "Tidak! cepat kita harus segera pergi!" 

Andy menginjak pedal gas dalam-dalam, memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi, masa bodo dengan makian orang-orang yang merasa dibahayakan oleh aksi kejar-kejaran mereka. 

Nathan menengok ke belakang rupanya orang-orang suruhan Martin masih mengejarnya. Sialnya dalam situasi panik seperti ini asmanya harus kambuh, dadanya seperti di tekan oleh benda berat yang tak terlihat, pandangannya mulai kabur tangannya bergetar saat mencari inhaler di saku jasnya. 

"Trobos saja lampu merahnya..." Suaranya terdengar lemah.

Andy yang sedari tadi hanya fokus mengemudikan mobil, mulai sadar dengan kondiri atasannya. Beruntung mobil mereka masih sempat untuk menerobos lampu merah, dan orang-orang suruhan Martin kini kehilangan jejak mereka.

"Pak sebaiknya kita ke dokter ya?"

"Ke Saranggakara, antarkan aku kesana sekarang juga."

"Tapi Pak..."

"Lakukan Andy."

Andy akhirnya menurut walau khawatir takut terjadi apa-apa selama di perjalanan yang akan memakan waktu cukup lama ini, sudah merasa aman dari kejaran anak buah Martin, Andy mampir sebentar ke apotik membeli persediaan obat untuk Nathan. 

"Dy, mulai sekarang saya akan menetap di Saranggakara. Jangan bilang ke siapapun apalagi orangtua saya, itu biar nanti saya yang urus."

Andy mengangguk, "Baik Pak."

We Were Once Together

Lauren sedang mengajar pelajaran matematika di kelas sebelas SMA, kehadiran guru secantik Lauren sangat di tunggu-tunggu oleh murid-muridnya terutama siswa laki-laki yang sering menggodanya memuji wajah cantiknya. 

We Were Once TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang