20

663 48 4
                                    

Sudah seharusnya Nathan dan Haris menyudahi perang dingin tak mendasar mereka, Lauren terus mendesak mantan suaminya agar segera memaafkan ayahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah seharusnya Nathan dan Haris menyudahi perang dingin tak mendasar mereka, Lauren terus mendesak mantan suaminya agar segera memaafkan ayahnya.

Haris dan Lauren langsung memecah kecanggungan diantara mereka berdua, pria tua itu meminta maaf, dan menyesal tidak pernah mau mendengarkan putranya sendiri. Dan sekarang dia malu sebab Nathan dengan usahanya bisa dapat kembali pada Lauren.

Nathan mengalah karena Lauren yang meminta, sebelum menjemput Abraham dia menyempatkan diri untuk mengobrol dengan Haris, meski hatinya masih merasa sakit, tidak ada untungnya juga dia terus bermusuhan dengan ayahnya, toh dia sudah mendapatkan apa yang dia mau sekarang.

"Kenapa wajahmu?" Haris yang sedang duduk di teras depan dan menikmati secangkir kopi, kaget dengan kedatangan Nathan yang langsung duduk di kursi sebelahnya, lalu pertanyaan tersebut keluar begitu saja dari mulutnya.

"Mencoba melindungi milikku," jawab Nathan.

"Berkelahi dengan siapa?"

"Saat pulang dari pasar malam, beberapa preman mengganggu kami. Aku hanya berusaha melindungi Lauren dan putraku, untung saja aku pandai berkelahi."

Haris menyinggungkan senyumnya, "Apa Lauren sudah memaafkanmu? Kau akan segera menikahinya lagi?"

"Seperti yang Papa lihat, aku belum menanyakannya entah kami akan kembali bersama sebagai suami istri atau tidak. Dia mau memaafkanku saja itu sudah sangat berharga."

"Lalu apa kau sudah memaafkanku?" Haris menatap lurus pemandangan di depannya.

"Aku tidak merasa Papa membuat kesalahan, semua yang terjadi ini adalah kesalahanku. Jadi Papa jangan meminta maaf, aku hanya tidak suka cara Papa mengaturku."

Haris menyeka rambutnya yang mulai memutih, "Aku memang orangtuamu, dan sikapmu tergantung dari caraku mendidikmu. Papa salah, Papa minta maaf."

"Untuk mempersingkat waktu jadi aku maafkan." Nathan cukup tak nyaman dengan situasi ini, sehari-harinya dia memang lebih akrab dengan Calista dan Nathan bisa menghitung ada berapa banyak momen yang ia lewatkan bersama ayahnya sepanjang dia hidup.

Haris sadar Nathan masih membatasi dirinya.

"Aku mau jemput Abraham ke sekolah." Nathan berdiri dan pergi menuju mobilnya.

We Were Once Together

Ketakutan Abraham bukan tanpa alasan. Beberapa waktu lalu, ia pernah melihat kejadian yang sangat mengejutkan dan membekas di hatinya. Haris sangat menyesal atas apa yang terjadi dan ingin sekali menunjukkan kasih sayangnya kepada Abraham. Dia ingin memeluk, menggendong cucunya sendiri. Namun setiap kali Haris mendekat, Abraham selalu bersembunyi di balik ayahnya, memeluk Nathan dengan erat.

Sore itu, Haris mencoba mendekati Abraham, dengan senyum yang kaku, dia mengulurkan tangannya, berharap Abraham mau mendekat, "Abam, sini Nak, kamu suka coklat? Kakek punya coklat buat kamu," kata Haris merayu.

We Were Once TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang