10

641 56 8
                                    

Nathan resmi menjadi pengangguran setelah Haris memecatnya beberapa hari yang lalu, sejak dulu sifat Haris tidaklah berubah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nathan resmi menjadi pengangguran setelah Haris memecatnya beberapa hari yang lalu, sejak dulu sifat Haris tidaklah berubah. Dia akan mengancam dan membuat siapapun yang menentang perintahnya sengsara tanpa terkecuali anaknya sendiri. 

Lelaki yang kini berusia 35 tahun tersebut belum memiliki rencana apapun untuk masa depannya, dengan simpanan uang yang ia miliki Nathan tentu tidak khawatir dan bisa saja ia memilih untuk pensiun dini lalu melanjutkan kehidupannya yang terasa damai di desa ini. 

Hal pertama yang ia lakukan saat bangun tidur adalah memandangi foto Lauren, memanjatkan doanya yang tak pernah berubah dari dulu, dia hanya ingin wanita itu kembali padanya. Nathan mendengar suara gaduh yang berasal dari dapur dan setelah membasuh wajahnya dia menghampiri Bi Mara yang sedang menyiapkan sarapan untuknya.

"Ini makanan dari ibunya Abraham?"

"Eh Pak... Selamat pagi. Iya ini katering dari ibunya Abam, dia bilang kalau Pak Nathan kurang suka sama menunya bilang aja, dan untuk menu besok silakan Pak Nathan yang tentukan sendiri." Bi Mara menyendok nasi yang masih mengepul ke piring berwarna putih lalu meletakkannya di depan Nathan. 

"Itu sup ikan Bi?" Nathan menunjuk salah satu mangkuk.

"Iya Pak, mau saya ambilkan?"

Nathan mengangguk, kemudian Bi Mara menuangkan sup ikan ke piringnya.

"Oh iya hampir lupa," Bi Mara menatap Nathan yang mulai makan, "Kata ibunya Abam yang ini gratis Pak, tanda terima kasih soalnya dia sebenernya suka ambil air dari sumur di rumah ini." Kening Bi Mara mengkerut saat melihat Nathan yang tiba-tiba terdiam.

"Pak? Rasanya nggak enak?" Wanita tua itu khawatir Nathan akan kecewa atau merasa tidak puas, "Saya minta maaf Pak, namanya juga makanan kampung jadi–" ucapannya terputus.

"Nggak Bi, ini seperti masakan mantan istri saya," Nathan mendongak, wajahnya memancarkan kesedihan, tak lama ia kembali menurunkan pandangannya.

Nathan melanjutkan ucapannya, "Saya nggak bakalan pernah lupa sama rasa sup ikan bikinan mantan istri saya, semua orang yang saya suruh buat tiru resep nya nggak pernah ada yang berhasil." 

Bi Mara tak bisa berkata apapun, dia hanya mampu merasakan apa yang sedang Nathan rasakan sekarang, sebuah kesedihan yang tak berujung.

Nathan tertawa kecil dan merasa malu sebab sudah menampilkan sisi rapuhnya kepada orang yang sama sekali tidak mengerti bahkan tahu apa yang sebenarnya terjadi di dalam rumah tangganya dulu. 

"Maaf Bi, saya terlalu merindukan mantan istri saya. Tadi Bibi bilang ini gratis?"

Bi Mara mengangguk, dan menjelaskan kembali yang sudah ia jelaskan tetapi tadi Nathan tidak mendengarnya.

We Were Once TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang