11

652 58 6
                                    

"Abam marah karena Mami nggak ada jemput?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Abam marah karena Mami nggak ada jemput?"

Setelah turun dari bus, Nathan dan Abraham berjalan beriringan di tepi sungai Saranggakara yang sudah tercemar oleh limbah, air sungai berbusa, berwarna keabu-abuan juga mengeluarkan bau tak sedap sangat menyengat hidung mereka.

"Abam nggak marah sama Mami, Abam takut Mami kenapa-kenapa."

Nathan menunduk agar bisa melihat wajah anak kecil tersebut, "Pernah terjadi sesuatu?"

Abraham mengangguk seraya memandang Nathan, "Sering, Abam takut Mami di sakitin sama orang-orang yang punya mobil besar itu." Telunjuknya menunjuk jalan raya.

Nathan menoleh, mobil proyek milik Urban Escape yang sedang bekerja sama dengan perusahaan milik Imelda maksud Abraham?

"Mereka pernah apain Mami kamu?" Nathan mulai tertarik.

"Mukul Mami, di depan Abam. Mereka kasar dan nggak suka sama Mami karena Mami juga nggak suka kalau mereka bangun pabrik disini."

Nathan berhenti melangkah dan berjongkok, "Nanti kalau mereka ganggu Mami kamu lagi, bilang sama Om ya?"

Abraham mengangkat jari kelingkingnya, "Om harus janji dulu sama Abam."

Jari kelingking mereka tertaut, sebagai jawaban kalau Nathan sungguh-sungguh dengan ucapannya.

Bi Mara menyambut kedatangan mereka di depan rumah.

"Pak Nathan, kebetulan banget. Barusan Maminya Abam mau nyuruh Mang Dani buat jemput Abam, taunya dia pulang sama Pak Nathan, kata Mami nya Abam maaf banget dia masih lama di pasar soalnya banyak banget yang mau di beli."

Nathan mengangguk dan tersenyum, "Nggak apa-apa Bi, saya juga gak ngerasa di repotin sama Abraham, saya senang kok."

"Kalau begitu saya bikin minum dulu ya Pak." Bi Mara kembali ke dalam rumah.

Nathan pergi meninggalkan Abraham ke kamarnya untuk mandi, seperti kebanyakan anak kecil lainnya, dia penasaran dengan salah satu ruangan yang pintunya kebetulan tidak terkunci. Merasa bosan karena hanya duduk di sofa, akhirnya anak itu memberanikan diri untuk melihat ke dalam ruangan.

Hal pertama yang ia lihat adalah barisan buku yang berjejer rapi di atas rak, dia juga mencium bau cat yang masih basah di atas kanvas. Abraham berjalan mendekat, mengambil selembar foto yang menjadi inspirasi lukisan tersebut.

Pintu terbuka lebar, sambil mengeringkan rambutnya yang masih basah, Nathan menghampiri Abraham.

"Hati-hati, cat nya masih basah nanti tangan kamu kotor," ucap Nathan lalu duduk di kursi, mengira Abraham sedang mengagumi foto di tangannya.

"Om bilang nggak kenal sama Mami Abam?"

"Memang belum sempat kenalan, tadi aja kan kita gak ketemu." Nathan masih belum sadar dengan raut wajah Abraham yang sudah berubah.

We Were Once TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang