12

674 53 2
                                    

Satu bulan kemudian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu bulan kemudian

"Bi, harga katering untuk satu bulan cuma 2,5 juta, ini dia bayar buat satu tahun?" Lauren terkejut melihat amplop tebal berwarna coklat yang setelah ia hitung  jumlah uangnya sebesar 30 juta.

"Iya, kata bos Bibi biar sekalian. Takut lupa katanya."Bi Mara berbohong, Nathan menitipkan uang sebanyak itu bukan semata-mata untuk membayar biaya katering.

Lauren tersenyum bahagia, "Kayaknya bos Bibi orangnya baik banget ya? Abam juga seneng banget deket sama dia, cuma tinggal sendiri? Anggota keluarganya kemana?" Wanita itu kembali menghitung uang di dalam amplop, dia lupa kapan terakhir kali menerima uang sebanyak ini. 

Bi Mara terlihat salah tingkah dan tak berani menatap Lauren, "Iya gitu deh... Bibi kurang tau soalnya dia gak pernah cerita juga sih, kalau gitu Bibi pulang dulu ya..." Bi Mara langsung berpamitan.

Lauren menatap keheranan Bi Mara, ia kemudian menyimpan uangnya di balik tumpukan baju di dalam lemari, Wanita itu lanjut membuat susu coklat dan kemudian membawanya ke kamar Abraham.

"Mau Mami bantu?" Lauren duduk di samping putranya, dia memperhatikan buku PR Abraham yang sudah selesai dikerjakan.

"Udah selesai Mi, sebenernya tadi Abam kerjain sama Om di rumahnya. Abam lagi selesain PR gambar doang." Abraham menunjukkan tugas menggambarnya.

"Kok gitu, Abam repotin Om?" Lauren menatap hasil gambar.

"Nggak, Om yang pengen bantu Abam," jawab Abraham lalu lanjut mewarnai.

Lauren tersenyum.

"Mami..."

"Ya Sayang?" Lauren mengelus rambutnya.

"Kenapa Mami nggak pernah mau ajak Abam ketemu sama Papi?" Abraham tidak menatapnya dan fokus mewarnai.

"Paman Isaac dua bulan lagi pulang loh, katanya dia mau ajak Abam buat jalan-jalan." Lauren selalu mengalihkan pembicaraan saat anaknya itu mulai bertanya tentang ayahnya, namun kali ini hal itu tidak membuat Abraham tertarik.

"Mi, Abam tanya soal Papi, kenapa Mami selalu bicara yang lain?"

"Setelah selesai menggambar, rapikan lagi ke dalam tas dan susu nya jangan lupa diminum." Lauren berdiri dan berjalan keluar kamar, tangisan pelan mulai terdengar.

"Apa Papi orang jahat Mi? Kenapa Abam dilarang buat ketemu sama Papi? Abam selalu di ejek sama teman-teman karena nggak punya Papi... Abam mau sekali aja ketemu Mi..." Abraham terisak, melempar pensil warna di tangannya ke lantai.

Lauren berbalik dan merasa tertekan, "Mami nggak tau orang itu ada dimana sekarang, mungkin dia udah punya istri dan anak lagi. Kamu bakal ngerti kalau udah besar nanti Abam..." Dia kembali menghampiri putranya dan menenangkannya.

"Mami nggak bohong kan?" Suaranya tersendat-sendat oleh tangis, "Kalau Papi ada banyak salah kenapa Mami nggak maafin? Mami sendiri bilang kita nggak boleh benci sama siapapun?"

We Were Once TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang