Perusahaan Landmark tenggelam dalam keheningan malam saat senja tiba. Cahaya kuning dari lampu meja menyebarkan nuansa hangat berwarna jingga ke seluruh ruangan, berlawanan dengan gelapnya luar. Semua meja karyawan sudah kosong, mesin fotokopi, monitor komputer, sudah berhenti beroperasi sejak empat jam yang lalu. Di luar gedung, lampu-lampu kota berkerlap-kerlip seperti bintang-bintang yang jauh. Di suasana malam yang tenang dan dingin, Nathan masih belum beranjak dari kursinya. Andy tidak berhasil mengejar Isaac dan dia kehilangan jejak lelaki itu.
Padahal Isaac adalah satu-satunya harapan dia agar bisa bertemu dengan Lauren, dadanya terasa sakit ketika mengingat percakapan Isaac dengan seseorang lewat sambungan telepon tadi siang, sebenarnya apa yang terjadi dengan Lauren? Apa mantan istrinya itu sakit?
Nathan memandangi foto mantan istrinya di atas meja, sampai kapanpun bingkai foto itu akan tetap berada di sana sebagai sumber kekuatannya. Tanpa mengalihkan pandangannya, lelaki itu meraih ponselnya yang berdering lalu mengangkat telepon dari ibunya.
"Mama dengar dari Papa, katanya ada Isaac ke kantor?"
"Iya, cuma berkunjung." Nathan tidak menceritakan yang terjadi sebenarnya.
"Kamu dimana? Kenapa belum pulang, Isaac kasih tahu Lauren dimana nggak sama kamu?" tanya Calista lagi.
"Mana mungkin Ma, Isaac bilang kalau dia mau bawa Lauren ke London." Suaranya terdengar putus asa.
Calista mengerti dengan perasaan putranya, tetapi dia harus memastikan satu hal lagi, "Nak, kamu yakin mau nikah sama Imelda?"
Nathan mengembuskan napasnya, "Iya tapi nggak sekarang. Udah dulu ya Ma, aku masih ada urusan, mau pergi." Lalu panggilan mereka berakhir.
Ada sesuatu yang harus Nathan ketahui kebenarannya malam ini juga, tanpa membuang-buang waktu lagi ia langsung pergi dari kantornya menuju bar milik Jim.
Sesampainya Nathan di sana, ia langsung mencari-cari Jim. Untungnya pria tua itu masih melayani beberapa pelanggan dan belum sadar dengan kehadiran Nathan.
"Jim?" Nathan langsung duduk.
Jim terkesiap, sejak kapan lelaki itu ada di belakangnya, "Nathan? Bagaimana kondisi mu?"
"Jawab pertanyaan ku, apa kamu ingat sesuatu tentang malam dimana aku mabuk? Kau mendengarku menelpon seseorang tidak?" Nathan tak sabar menunggu jawaban.
"Aku minta maaf Nath, setelah kamu mabuk, tugasku di gantikan oleh pegawaiku. Aku sama sekali tidak tahu apa yang kamu lakukan."
Nathan kecewa lalu ia memukul meja sampai seorang lelaki di sampingnya terlihat kesal dan memilih untuk pindah tempat.
"Kau tau Jim, aku harus menikah dengan wanita yang sudah merusak rumah tangga ku. Sekarang dimana pegawaimu itu, aku ingin bertanya padanya."
Jim menyuruh Nathan untuk menunggu sebentar, ia masuk ke pantry dan memanggil pegawainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Were Once Together
RomanceLauren Arutala memilih menceraikan suaminya, Nathan Pramudya dan merahasiakan kehamilan keduanya. Hal ini dia lakukan setelah tahu, kalau Nathan suaminya yang sudah menyuruh dokter untuk menggugurkan kandungan pertamanya. Laurent tidak tahu apa moti...