Dua buah mobil berwarna hitam dan silver merapat ke halaman depan rumah milik Nathan di Saranggakara sore itu. Andy datang tidak sendirian, dia bersama kedua orangtua atasannya. Sekretarisnya tersebut terpaksa memberitahukan keberadaan Nathan setelah Haris mendesak dan mengancam akan memecatnya jika terus menyembunyikan putranya.
Dia tidak memiliki pilihan lain selain memberi tahu.
Nathan sedang bersantai di ruang tv setelah seharian tidur akibat penyakitnya yang masih kambuh. Dia tidak sadar dengan suara langkah kaki yang semakin dekat.
"Nathan Pramudya!"
Nathan terkesiap, sontak ia melihat siapa yang memanggilnya, "Papa?" Dia berdiri, menatap Andy yang sedang menunduk sekilas.
"Rupanya kamu bersembunyi disini?! Kamu sudah bikin Papa dan Mama kamu ini malu! Dasar anak bodoh! Kamu malah bersantai disini seolah tidak melakukan keributan apapun." Haris berjalan mendekatinya.
"Laki-laki macam apa kamu?!"
PLAK!
Nathan hanya bisa diam dan membuang muka setelah di tampar, Haris menggoncang tubuhnya dan kembali menamparnya, "Imelda histeris! Dia hampir menghilangkan nyawanya sendiri akibat ulah kau!"
Haris menarik kerah baju putranya, "Kamu harus ikut pulang dengan kami, dan lanjutkan pernikahan mu dengan Imelda!"
Nathan menatap dingin Haris, "Pa! Berhentilah memaksaku untuk menikah dengan Imelda, aku tidak mencintainya! Perasaan ku hanya untuk Lauren!"
Haris mengeraskan rahangnya dan muak terus menerus mendengar nama Lauren terucap dari mulut putranya, "Lauren, Lauren dan Lauren! Dia pasti sudah bahagia dengan laki-laki lain, kau sudah tidak ada dalam kehidupannya Nathan!"
"Aku tidak peduli!!!" Nathan meninggikan suaranya.
Walaupun terkejut, Harus berusaha menyembunyikannya, "Kau sudah mempermalukan kami Nathan, aku menyesal memiliki putra yang sering membangkang seperti mu." Haris terlihat sudah pasrah dan putus asa.
"Mulai hari ini kau sudah bukan bagian dari Landmark grup, meskipun kau putraku aku sudah tidak peduli lagi jika kau mati, hidup menderita bahkan sengsara sekalipun." Haris melepas kacamatanya, sekilas mengusap air matanya.
Nathan hanya mengangguk dan menghela napasnya, "Itu saja?" Nadanya terkesan meremehkan.
Sontak Haris kembali emosi dan kini ia memukul anaknya, "Kurang ajar!"
"Pa! Sudah jangan sakiti Nathan lagi!!!" Calista menangis seraya melerai pertegkaran Nathan dan suaminya.
Haris lalu menarik Calista untuk mengajaknya pergi dari sana. Nathan memalingkan wajahnya, bukan keinginannya terus menerus bertengkar dengan orang tuanya sendiri bahkan di depan orang yang paling ia hormati namun sering terlupakan yaitu ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Were Once Together
RomanceLauren Arutala memilih menceraikan suaminya, Nathan Pramudya dan merahasiakan kehamilan keduanya. Hal ini dia lakukan setelah tahu, kalau Nathan suaminya yang sudah menyuruh dokter untuk menggugurkan kandungan pertamanya. Laurent tidak tahu apa moti...