15

605 50 2
                                    

Abraham takjub saat melihat ayahnya begitu berwibawa mengendarai mobil, dia tidak bisa diam di kursi penumpang, "Papi mobilnya bagus banget!" seru Abraham

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Abraham takjub saat melihat ayahnya begitu berwibawa mengendarai mobil, dia tidak bisa diam di kursi penumpang, "Papi mobilnya bagus banget!" seru Abraham.

"Kamu suka?"

"Suka! Kapan ajak Mami pakai mobil ini?" Abraham menatap.

"Dulu, sebelum ada kamu, Papi sama Mami sering jalan-jalan pakai mobil ini. Tapi kalau sekarang Abam yang ajak Mami biar mau, ya?"

"Papi kapan mau balikan sama Mami? Kenapa marahannya lama banget?" ucap Abraham sangat polos.

"Nggak gitu, Nak."

"Mami bilang begitu, Papi sama Mami lagi marahan."

Nathan tertawa kecil, "Nanti Papi coba bujuk Mami supaya mau baikan."

"Iya harus, Abam mau nanti Mami dan Papi hadir di acara kenaikan kelas, biar Abam bisa pamer ke teman-teman kalau keluarga Abam lengkap!"

Nathan mengacak-ngacak rambut putranya, "Oke!"

Sesuai janjinya, Nathan menemani putranya sampai selesai mengikuti sekolah sepak bola minggu ini. Dia duduk di tempat yang teduh, dan hanya memperhatikan Abraham dari jauh.

Ponsel miliknya berdering.

"Ada apa Andy?"

"Saya sudah atur jadwal untuk Bapak ketemu sama pak Sinatra, lusa di resto sunset."

"Terima kasih, maaf seharusnya ini bukan pekerjaanmu."

"Saya dengan senang hati membantu Pak. Apa semua baik-baik saja?"

"Sekarang sangat baik, aku bisa berkumpul lagi dengan keluargaku walaupun Lauren sangat benci dan risih kepadaku."

"Saya doakan agar semua kembali seperti dulu." Andy menipiskan bibirnya sambil mengusap tengkuk leher.

Panggilan mereka berakhir.

Nathan menatap cincin pernikahannya bersama Lauren dulu, tidak pernah ia lepas bahkan simpan, masih melingkar di jari manisnya wakau kini terasa longgar akibat berat badannya yang menurun akhir-akhir ini. Hari yang sakral dan bahagia itu tidak akan Nathan lupakan walau kini semua sudah berubah.

Abraham bilang orangtuanya hanya sedang marahan, apa maksud dari perkataan Lauren? Apa jika dia akhirnya bisa memaafkan masa lalunya, itu berarti Nathan akan kembali diterima dalam hidupnya?

"Kalau kamu mati, aku harus benci siapa" Nathan tersenyum tipis mengingat ucapan Lauren tadi malam.

"Kamu biarin saya hidup, supaya ada orang yang kamu benci? Padahal saya menderita terus di hakimi masa lalu." Nathan mengelus cincinnya.

We Were Once Together

"Iyan?" Tubuh seorang lelaki menyapa Lauren ketika dia membuka pintu rumah.

We Were Once TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang