25

487 31 0
                                    

3 Bulan kemudian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

3 Bulan kemudian

Orang tua dan murid memenuhi gedung aula menghadiri acara kenaikan kelas sekolah dasar Saranggakara, kepala sekolah memberikan pidato selama beberapa menit, kursi sudah penuh oleh para orang tua, sebelum masuk ke inti acara mereka disuguhkan oleh pentas seni yang dilakukan oleh murid-murid kelas enam.

Semua orang menikmati acara dengan meriah termasuk Abraham yang hadir bersama ayahnya. Anak itu mendapatkan peringkat juara satu dengan nilai yang memuaskan. Dia naik ke atas panggung untuk menerima piala penghargaan, Abraham melambaikan tangan ke arah Nathan yang sedang memberikan tepuk tangan kepadanya.

Nathan bangga dan terharu menatap putranya kemudian ia mengacungkan kedua jempolnya, Abraham lari mendekat dan memeluknya.

"Abam juara satu, pasti Mami bahagia."

Nathan tersenyum bangga, dia mengusap pucuk kepala putranya seraya mengangguk.

"Mami, Papi, Kakek, Nenek. Semua bangga sama kamu."

"Abam nggak sabar mau ketemu Mami!" seru anaknya.

Acara sudah selesai sebelum pukul satu siang, wali kelas Abraham memberikan raport dan juga surat pindah kepada Nathan.

"Saya sedih kehilangan Abraham di sekolah. Tapi semoga Abraham betah di sekolah barunya nanti ya." Ibu guru tersenyum.

Nathan memang sudah berencana memindahkan sekolah Abraham ke Jakarta setelah kenaikan kelas. Hal tersebut tentu ia lakukan agar bisa mengurus Abraham dengan leluasa terlebih sampai hari ini Lauren masih terbaring di ranjang rumah sakit. Secara berkala ia juga memindahkan barang-barang milik Abraham dan Lauren ke rumahnya yang berada di Jakarta.

Walau keluarganya selalu menasehatinya dan berharap Nathan akan lapang dada ketika sesuatu yang buruk menimpa Lauren dan membuatnya pergi untuk selamanya. Nathan sampai saat ini masih yakin kalau Lauren akan membuka matanya, walau yang pertama kali wanita itu lihat adalah Nathan yang sudah beruban dan Abraham yang beranjak dewasa, selagi detak jantungnya masih ada, selagi dia tak berhenti bernapas. Nathan yakin tidak ada yang mustahil.

Dan kini, Saranggakara sudah lebih diperhatikan oleh pemerintah. Banyak bantuan masuk untuk mensejahterakan para petani dan ibu rumah tangga. Beberapa aktivis lingkungan mengerahkan pasukannya untuk membersihkan sungai saranggakara, walau airnya masih berwarna hitam pekat seiring berjalannya waktu, kondisi air berangsur membaik.

Akibat tindakan korupsi yang pernah Imelda lakukan dan gaji karyawan yang tak dibayarkan, pemerintah menyita gedung dan mengambil alih kepemilikan. Bersama kepala desa yang baru, warga sepakat kalau bagunan bekas pabrik di pakai sebagai gedung serba guna yang dapat disewakan.

Kehidupan warga mulai membaik dan perekonomian kembali tumbuh, mereka bisa mendapatkan air secara cuma-cuma tanpa embel-embel apapun.

Dalam sidang terakhirnya, Imelda, Gunawan dan beberapa orang yang terlibat dalam konflik beberapa bulan lalu sudah dijatuhi hukuman yang setimpal dengan apa yang pernah mereka lakukan.

We Were Once TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang