14

679 59 3
                                    

Hati-hati Nathan melepas pelukan Abraham yang begitu erat di perutnya, jangan sampai ia bangun dan berakhir tidak bisa pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hati-hati Nathan melepas pelukan Abraham yang begitu erat di perutnya, jangan sampai ia bangun dan berakhir tidak bisa pulang. Selain itu Nathan harus memanfaatkan kesempatan ini untuk kembali bicara dengan sang mantan istri dan meluruskan semua kesalah pahaman yang tertunda begitu lama, hampir merenggut kewarasannya jika Nathan tak berhasil menemukan Lauren.

"Lauren?" Nathan keluar dari kamar, dan langsung menemukan keberadaan Lauren di dapur, tempat favoritnya sejak dulu.

"Silakan pergi, Abam udah tidur kan?" kata Lauren, membelakangi Nathan.

"Iya, tapi bisa kita bicara dulu sebentar?" Nathan berdiri di belakangnya, Lauren sibuk memasukkan perabotan dapur ke lemari.

Lauren mengambil sesuatu dari sakunya kemudian berbalik, ia terkejut posisi Nathan sangat dekat, Lauren langsung menempelkan amplop berisi sisa uang di dada Nathan, laki-laki itu mengambilnya keheranan.

"Apa ini?"

"Mulai besok, aku udah nggak bikin katering lagi buat kamu. Itu sisa uangnya jadi kamu cari orang lain aja, atau suruh Bi Mara buat masakin kamu."

Nathan menolak, "Saya nggak masalah kalau kamu udah gak mau masakin saya, uangnya bisa kamu simpan buat biaya Abraham."

"Aku bisa biayain dia sendiri, kamu nggak lihat? Dia nggak kekurangan apapun, tanpa kamu aku bisa." Lauren menaikan wajahnya, dia melihat wajah Nathan sangat pucat.

Nathan mengangguk, amplop itu dia lempar ke meja makan, "Iya dan tanpa kamu saya cuma pengecut, saya nggak bisa ngapa-ngapain. Susah payah saya cari kamu, terus saya akhirnya tahu kalau kamu besarin anak kita sendirian cuma bikin saya makin bersalah."

"Kamu lihat, aku bisa melahirkan anak yang sempurna dan sehat."

"Apa rahim kamu masih ada? Boleh saya lihat? Kalau dokter angkat rahim kamu setelah kamu melahirkan Abraham, seharusnya kamu tahu gimana kondisi kamu saat mengandung anak pertama kita." Nathan terus mengambil jarak sampai Lauren terpojok dan punggungnya menabrak tembok.

Wanita itu mengalihkan wajahnya, bagaimana bisa Nathan tahu kondisi rahimnya?

"Saya lebih tahu tentang kamu dibandingkan dengan Isaac." Nathan membelai wajah Lauren, " Saya tahu apa yang kamu butuhkan saat itu, dan di saat rumah tangga kita kacau, saya berusaha buat jaga kondisi kamu, kesehatan kamu, supaya kita bisa secepatnya punya keturunan lagi. Kamu bohong dan bilang kalau nggak hamil?"

Lauren menatap tajam, "Kamu bisa bilang gitu sekarang karena udah lihat Abraham kan? Kalau aku masih di rumah yang kayak neraka itu aku gak jamin Abraham bisa lahir."

"Saya masih simpan semuanya, surat-surat dokter dan satu lagi, Isaac juga punya andil dulu, Saya nggak mutusin sendiri, Isaac juga setuju tapi malah khianatin saya dan bilang nggak tahu." Akhirnya Nathan bisa menyampaikan penjelasannya itu tanpa hambatan, dia melihat Lauren yang tertegun dan diam.

We Were Once TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang