PERUSAHAAN YUMIKO AKAN KEMBALI BEROPERASI DI DESA SARANGGAKARA DENGAN SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH YANG BARU :
Jakarta, 15 Juni 2025
Setelah sempat disegel pemerintah karena pelanggaran serius terhadap peraturan lingkungan, perusahaan manufaktur besar Yumiko akhirnya akan kembali membuka pabriknya di Desa Saranggakara. Pabrik tersebut sebelumnya ditutup akibat membuang limbah sembarangan ke sungai, yang menyebabkan pencemaran lingkungan dan kerugian besar bagi ekosistem.
Imelda Yumiko, pemilik sekaligus pendiri perusahaan Yumiko, dalam konferensi pers yang diadakan kemarin, mengumumkan bahwa pabriknya telah melakukan pembaruan besar-besaran dalam sistem pengelolaan limbah. Bukan hanya itu, proyek pembangunan pabrik baru yang sempat tertunda pun akan segera dilaksanakan kembali.
Belum ada satu minggu setelah berita penyegelan perusahaan Yumiko tersebar di media, berita terbaru mengenai regulasi yang akan dilakukan oleh perusahaan tersebut rupanya kembali membuat sebagian warga Saranggakara resah dan cemas.
"Aku nggak bisa."
Mendengar kata itu raut kecewa jelas terpancar dari wajah Iyan, sedangkan Retno, Arum, juga beberapa mantan pendemo pabrik Yumiko dapat memaklumi keputusan Lauren dan mereka merasa tidak keberatan jika Lauren tidak ingin ikut kembali berdemo.
"Apa alasannya, apa karena mantan suami kamu itu? Kamu lihat sendiri Lauren dengan kekuatan yang dia punya, dia tetap tidak mampu memberhentikan kelicikan perusahaan Yumiko."
"Aku memikirkan masa depan Abraham Iyan! Ini semua bukan karena mantan suamiku. Dia sudah memberikan usaha terbaiknya." Lauren kesal, Retno dan Arum saling menatap.
Iyan mendekati tempat duduk Lauren, "Saranggakara adalah masa depan Abraham dan kita semua, kamu gak mikirin itu?"
"Ada atau nggak Lauren, kita bakal tetep kalah, Yan. Kita bukan nggak berani tapi mikirin keselamatan sendiri."
"Halah! Lo pasti takut kan?" Iyan memandangi Retno, "Nyali kalian sekarang kemana? Lauren, kamu sekarang udah nggak peduli sama Saranggakara karena air di rumah kamu sama sekali nggak terganggu kan sekarang?" Lelaki itu berdecak.
"Iyan tolong hargai perjuangan temen-temen kita, jangan karena aku udah nggak mau ikut, kamu bisa ngomong seenaknya kayak barusan. Alasanku nggak mau demo karena Abraham bukan yang lain, kenapa kamu nggak mau ngerti?"
Arum berusaha menengahi, dia memegang pundak Lauren, "Lo jangan egois dan atur keputusan orang lain dong, warga kita banyak dan mereka berhak buat nggak mau ikut. Tapi kenapa lo kayak desak Lauren banget supaya ikut? Lo nggak kasihan sama Anaknya? Dia hampir kehilangan ibunya gara-gara Lauren lindungi lo, lupa?"
Kedua tangan Iyan mengepal, matanya tajam menatap Arum yang sama sekali tidak membelanya, orang-orang yang berkumpul di ruangan itu semuanya terdiam.
"Iyan maaf aku nggak bisa." Lauren berdiri kemudian menatap semua orang yang ada di ruangan tersebut, "Keselamatan putraku lebih penting." Setelah kalimat terakhirnya, Lauren pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Were Once Together
RomanceLauren Arutala memilih menceraikan suaminya, Nathan Pramudya dan merahasiakan kehamilan keduanya. Hal ini dia lakukan setelah tahu, kalau Nathan suaminya yang sudah menyuruh dokter untuk menggugurkan kandungan pertamanya. Laurent tidak tahu apa moti...