14 Februari 2018
Nathan hidup tanpa semangat dan tujuan, seperti patung tanpa jiwa. Dia menjalani kehidupan dengan kekosongan dalam hati, seperti bayangan dalam gelap. Nathan adalah sosok yang penuh semangat, berkharisma, tegas dan tentu sangat dihormati karyawannya. Laksana singa yang kehilangan taringnya, Nathan tanpa Lauren seperti singa tanpa mahkotanya. Meskipun tetap besar, kuat dan disegani ia merasa tidak sempurna tanpa kehadiran wanita yang begitu ia cintai melebihi dirinya sendiri.
Apapun yang dilakukannya sekarang hanyalah rutinitas yang membosankan tanpa tujuan. Keluar rumah hanya untuk bekerja, bertemu rekan bisnis, menandatangani kontrak. Tidak ada lagi. Dia merasa seakan-akan bekerja hanya untuk mengisi waktu, bukan untuk menikmati atau merayakan hidup.
Nathan melempar pelan pulpen di tangannya setelah selesai menandatangani semua dokumen yang di bawa oleh Andy.
"Jangan lupa makan siang nya di habiskan ya, Pak." Setelah banyaknya kejadian yang menimpa bos nya beberapa waktu yang lalu, Andy menjadi lebih waspada. Dia takut atasannya itu akan melakukan hal nekat lagi.
Bekas luka sayatan yang cukup dalam di pergelangan tangan Nathan membuat Andy ngeri sendiri, luka itu adalah bukti betapa kehilangannya Nathan setelah berpisah dengan Lauren.
"Nanti malam ada rapat sama bu Imelda, Kalau Bapak tidak mau datang biar saya yang wakilkan."
"Kalau begitu kamu saja yang pergi," ucap Nathan.
Andy pun mengangguk dan pergi.
Nathan menyandarkan punggungnya di kursi dan memijat pelan keningnya yang terasa pusing, "Saya harus cari kamu kemana lagi sekarang?" Nathan mengambil dompetnya di saku celana belakang, di pandangi foto dirinya yang sedang bersama Lauren dan juga foto hasil USG anak mereka.
"Maafin Papi, sekarusnya Papi nggak kehilangan Mami kamu juga. Kalau kamu tahu dimana keberadaan Mami kamu sekarang tolong kasih tahu ya?" Nathan tidak peduli di anggap gila oleh orang-orang di sekitarnya karena sering mengajak bicara foto yang sudah pasti tidak akan menjawab pertanyaannya, kini sudah menjadi kebiasaan barunya.
"Udah mau hampir delapan bulan, mau sampai kapan kamu sedih gara-gara perceraian kamu dengan Lauren? Bisa aja kan sekarang mantan istri kamu itu udah punya pengganti kamu?"
Flashback
Nathan menarik pinggang Lauren agar mendekat ke tubuhnya, "Mel, ini Lauren. Lauren ini Imelda, sahabatku." Ucap Nathan mengenalkan keduanya.
Sorot kaget terpancar jelas di wajah Imelda, ia kebingungan tentang siapa Lauren. Dua wanita itu saling berjabat tangan. Ketika ia menangkap cara memandang Nathan pada Lauren, ada yang berbeda, Imelda langsung bisa menyimpulkan kalau wanita yang berdiri di samping lelaki yang ia cintai adalah pacarnya.
"Dia pacarku." kata Nathan langsung menjelaskan.
"Do you love her?" Nadanya terdengar sedih, Imelda sangat ingin menangis saat Nathan mengangguk dengan bangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Were Once Together
RomanceLauren Arutala memilih menceraikan suaminya, Nathan Pramudya dan merahasiakan kehamilan keduanya. Hal ini dia lakukan setelah tahu, kalau Nathan suaminya yang sudah menyuruh dokter untuk menggugurkan kandungan pertamanya. Laurent tidak tahu apa moti...