08

294 32 2
                                    

Sekarang indo sudah tau semua latar belakang dari Tara anaknya. Malam tadi, tara sudah menceritakan seluruh kisahnya itu. Dan sekarang indo sudah punya tekad yang bulat untuk melindungi tara segenap jiwanya. Dia akan terus melindunginya.

"Ayah, kenapa melamun?" Tanya Tara yang bingung melihat indo sedari tadi melamun dengan wajah bingung.

"Hm.. Ngga papa kok. Oh iya, tara mau tinggal di mansion ini apa di mansion lain? Kalo mau di mansion lain, bilang aja ya" ucap indo sambil mengelus kepala putrinya itu dengan lembut.

"Tara ikut ayah aja. Kalo misalnya mau di mansin... Mensen... Ish apa sih?! Ya itulah pokoknya. Kalo mau tinggal disana, nanti tara bakal urus rumahnya baik-baik. Tara juga mau berusaha jadi kuat biar bisa lindungin kalian semua" ucap tara dengan mantap.

"Hmm~.. Ayah suka semangatmu. Ah! Gimana kalo ayah panggil adik kandung ayah dan suruh mereka tinggal sama tara? Mereka baik kok. Kalo misalnya tara tinggal disini malah takutnya tuan ASEAN nya kerepotan. Jadi, setuju?" Tanya indo dengan senyum ramah.

"Mau! Tara juga mau kenalan sama mereka!" Seru tara bersemangat.

"Ahahaha, ngga usah lompat-lompat. Nanti jatoh kelantai loh"

"Eh iya, lupa kalo masih dikasur, hehe"

"Yaudah, ayah mau kabarin mereka dulu ya. Nanti juga ada tentara ayah disana biar bisa jagain tara sekaligus kerja dideket ayah" jelas indo.

*tok tok tok

"Hm? Siapa?" Tanya indo.

"Malay bang" jawab malay yang masih berada diluar.

"Masuk, ngga dikunci"

Malay kemudian membuka pintunya perlahan dan masuk. Matanya sedikit lama menatap tara namun langsung dibuyarkan oleh panggilan dari indo yang sudah selesai mengirim pesan.

"Kenapa?" Tanya indo.

"Ah, ini.. Tadi ada surat buat abang" ucap malay seraya mendekati indo dan memberikannya. "Bang, apa kita pernah ketemu tara? Kok aku rasa kaya kenal ya" bisik malay.

Indo yang mendengarnya hanya diam dan ikut menatap tara. "Entahlah, gue juga rasa begitu" bisik indo menjawab malay.

"Hah... Ya udah. Malay mau beres-beres dulu ya. Dadah"

Malay pun langsung pergi dari sana. Tak lupa ia menutup pintunya lagi. Indo mengamati surat dengan amplop coklat yang sudah jelas tertulis disana bahwa pengirimnya adalah Kepala Perusahaan Varos. Indo sudah tau bahwa isinya hanyalah permintaan bekerja sama karena sudah beberapa kali mereka mengirim surat ini. Indo langsung meletakkan... Ralat... Melempar suratnya kemejanya lalu duduk di kasur bersama tara lagi yang sedang memainkan hp indo.

"Oh ya tara. Berapa umurmu?" Tanya indo dengan lembut.

"Aku?"

"Ya iyalah masa kunti"

"Kok gue terus ya?" Tanya sesosok wanita yang berada dipojok kamar indo. Dia kemudian langsung menghilang.

"Tara umurnya masih... Em... Bentar-bentar... Kok lupa!... Oh!..... Itu... Sembilan!" jawab tara.

"Hm.. Gimana kalo tara sekolah?" Tanya indo.

"Eh, ngga usah ayah. Nanti malah ayah repot jadinya" ujar tara dengan wajah polosnya.

Indo kemudian memeluk tara dengan lembut. "Tara kan sekarang anak ayah. Jadi harus nurut ya. Tara harus bisa sekolau tinggi biar cita-citanya terkabul. Udah punya cita-cita belum?"

"Cita-cita?... Hm... Ah! Ya ada. Tara mau jadi mafia kaya yang di cerita-cerita" ujar tara dengan semangat.

"Mafia? Tara tau mafia itu apa?" Tanya indo.

"Tau, mafia itu yang tangkap sama bunuh orang jahat kan? Tara mau jadi itu. Mereka keren" ujar tara lagi. Indo diam sebentar memikirkan keinginan anaknya itu.

"Sebenernya tara punya yang lain sih. Tara mau jadi...."












Maapkeun yang ini pendek, bingung soalnya wkwkwk

JATORRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang