10.Gara Gara Kecoa💙

108 12 3
                                    

"Sebenarnya gue males banget ikut gotong royong," gumam Lily sembari mencabut rumput yang mulai memanjangkan di halaman sekolahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sebenarnya gue males banget ikut gotong royong," gumam Lily sembari mencabut rumput yang mulai memanjangkan di halaman sekolahnya.

Luna mengangguk setuju,setelah tadi malam diumumkan di grup bahwa hari ini ada gotong royong.Luna sudah berniat untuk tidak masuk sekolah dan berpura pura sakit,tapi Mama mengetahui kebohongannya dan memaksa Luna tetap berangkat sekolah.

"Akting lo jelek banget,makannya ketahuan.Harusnya habis alasan gitu lo pura-pura tidur Lun," cibir Lily mentertawakan Luna.

"Masalahnya gini Li,Mama gue udah bawa air satu ember ke kamar.Ya jelas gue takut dong."

Lily semakin terpingkal pingkal, membayangkan bagaimana ekspresi Luna jika disiram air satu ember di atas kasurnya saat sedang tidur nyenyak.Ia juga menggidik ngeri dengan Tantenya yang terkenal cukup galak.

"Ihh,takut banget,untung aja Ayah David enggak mirip sama Tante Vera." Lily memegang dadanya merasa lega.Karena kedua orang tuanya jarang marah.

"Jangan lupa untuk bersyukur Li," ingat Luna.

Karena mereka berdua terus mengobrol dan lupa dengan tugasnya untuk membersihkan rumput,Lily dan Luna langsung ditegur oleh guru yang berkeliling mengawasi para muridnya.

Luna dipindahkan membersihkan tempat lain bersama Gilang yang ribut juga dengan temannya sambil membawa keranjang sampah.Luna menolak keras dan hanya berdiam diri tidak mau pergi.

"Kalo kamu bareng Lily, nantinya bakalan ngobrol lagi.Jadi sekarang pergi bareng Gilang bantu beberapa adik kelas yang membersihkan ruang laboratorium,cepat Luna!" perintah Pak Husein yang berkumis tebal.

Akhirnya Luna segera bangkit dan mengejar Gilang yang sudah lebih dulu berjalan di depannya.Ia melirik sekilas kearah cowok tersebut yang terus mengoceh hingga sampai di depan pintu ruang Labor.

Tapi buru-buru Luna menahan lengan Gilang yang hendak masuk ke dalam,ia menaruh jari telunjuknya di bibir memberi tahu untuk diam sejenak dan bersembunyi di balik tembok.Luna memasang telinganya dengan baik, terdengar suara orang yang sedang berbicara serius.

"Gue enggak bisa."

"Tapi gue suka sama lo udah lumayan lama,semenjak lo pindah ke sekolah ini.Gue mencoba perhatian dan memperlakukan lebih baik dari temen sekelas lainnya.Masa lo enggak peka sih?"

"Ya maaf,gue enggak tau selama ini."

"Jadi sekarang mau enggak jadi pacar gue?"

Luna seperti mengenal suaranya,ia bahkan merasa ikut deg-degan mendengar jawaban selanjutnya.Tapi Gilang terus bergerak dan tidak mau diam,bahkan dia mendorong Luna masuk ke dalam ruangan yang membuat mereka tertangkap basah jika sedang menguping.

"Gilang sialan," rutuk Luna sambil menendang kaki Gilang dengan keras hingga sang empunya meringis kesakitan.

"Kak Luna ngapain?" tanya Rey.

Luna menggaruk kepalanya merasa malu dan canggung,ia memandang ketiga adik kelasnya yang menatapnya balik.Ada Afan yang cengengesan di pojok ruangan, sedangkan Rey ia berhadapan dengan seorang gadis bernama Sindi yang memegang tangan cowok itu dengan erat.

"Sorry ganggu,silahkan dilanjutkan acara confesnya.Gue sama Gilang cuma mau bantuin kalian bersihin ruangan ini," ucap Luna,ia segera pergi menuju kearah lemari yang penuh alat praktik berdebu.Luna berniat untuk membersihkannya.

"Coba lo datang dari tadi Kak,ada tontonan gratis buat kita.Si Rey ditembak tuh sama Sindi," celetuk Afan terkekeh pelan.

Luna hanya tersenyum,ia melanjutkan mengeluarkan barang satu persatu dari dalam lemari dan mengelapnya dengan tisu agar bersih.Namun tidak bisa dipungkiri bahwa dirinya masih merasa penasaran dengan percakapan yang sempat terputus tadi.

"Rey,lo belum jawab pertanyaan gue yang tadi," seru Sindi.

"Ihh,gue mau lanjutin bersih bersih Sin,jangan ganggu biar cepat selesai," ujar Rey mencoba menghindar,ia memindahkan patung kerangka ke dekat lemari.

"Ayolah Rey,jangan ngalahin pembicaraan."

Diam diam Luna mencuri pandang ke arah mereka berdua,ia tertawa pelan melihatnya.

Rey malah merengut kesal, "oke gue jawab,gue enggak mau jadi pacar lo Sin.Mendingan lo pacaran aja deh sama Afan," tolaknya,membuat Sindi memasang ekspresi sedih karena cintanya tidak diterima.Rey tidak perduli dengan cewek itu, ia malah membantu Luna membersihkan alat praktik.

"Tega banget sama cewek,masa ditolak," celetuk Gilang secara tiba tiba,Luna langsung menoleh dan menatap sinis.

"Tegaan mana lo sama dia?" tanya Luna sedikit menyindir,bisa bisanya Gilang tidak sadar diri.Pantas saja pacarnya itu menerima banyak cewek dan tidak memikirkan perasaannya,ia tahu sekarang karena Gilang orangnya tidak tegaan.Emang sialan,batin Luna.

Ia terus menggerutu pelan sembari membuka sebuah kardus bekas,tanpa disangka ada seekor Kecoa yang tiba tiba keluar dari dalamnya.Membuat Luna berteriak kencang karena terkejut,ia juga takut dengan Kecoa yang terbang tak beraturan membuat semuanya merasa panik.

"ADA KECOAA...!!!!"

Luna histeris,ia langsung memeluk orang yang berada di dekatnya sambil memejamkan mata,dadanya berdegup kencang seperti habis lari puluhan kilo meter.

Setelah dirasa keadaan cukup aman,berlahan Luna membuka matanya dan melihat siapa yang ia peluk.

Sial! Luna salah besar,kenapa ia harus memeluk Rey dengan erat? Bahkan Rey menatapnya dengan jarak yang sangat dekat.Hembusan nafas cowok itu terasa hingga sampai di wajahnya,Luna mengalihkan pandangan dan langsung melepas pelukannya.Ia merasa malu sekarang,bahkan wajah Luna terlihat merah seperti Kepiting rebus.

Gilang yang melihat kejadian tersebut diam mematung,tapi kemudian ia mengejek Luna. "Itulah gara gara Lo ngomel terus,makanya ada Kecoa."

"Liat deh wajah Kak Luna sama Rey, sama sama memerah." Afan terkikik geli,Luna terus berdehem beberapa kali untuk menghilangkan suasana yang canggung ini.

"Rey jangan jangan lo suka sama Kak Luna ya?" tanya Sindi,gadis itu semakin menekuk wajahnya dan bibirnya semakin melengkung.Luna jadi merasa bersalah, keadaan sekarang malah menjadi salah paham.Untung saja Rey langsung menggeleng cepat.

"Enggak,gue enggak suka Kak Luna," jawab Rey dengan ketus.

"Sindi lo jangan salah paham deh sama gue," imbuh Luna sambil tertawa,berharap gadis itu tidak melontarkan pertanyaan macam-macam.

"Heh lo bocah! Enggak usah nuduh seenaknya,Luna itu pacar gue," seru Gilang tidak suka.Kepala Sindi menunduk dan meminta maaf kepada kakak kelasnya yang terlihat mengerikan.

Lantas Gilang menggandeng tangan Luna dan mengajaknya untuk membersihkan tempat lain.Luna hanya diam tercengang,pasti otak Gilang sedang geser,pikirnya.

"Lo lagi sakit Lang?" tanya Luna.

"Enggak,emang kenapa?" tanya Gilang balik,tapi Luna menggeleng pelan sambil tersenyum tipis,menandakan tidak ada apa apa.

****

To be continue...

Maaf gusy cerita di part ini sedikit pendek.😁

Hi, My Boy [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang