"Gara-gara Vano nih." Luna mencebikan bibirnya,ia menatap adiknya yang jongkok di pinggir jalan raya sambil menyedot susu kotak, seperti anak yang hilang.
"Bukan salah Vano,tapi itu salah motornya sendiri," sahut anak kecil itu tak mau disalahkan oleh Luna,Luna jadi tertawa kecil mendengarnya.
Mereka berdua baru saja dari minimarket.Seperti biasa jika libur sekolah, Luna menjaga adiknya dirumah, karena mama akan sibuk bekerja di butik setiap hari weekend.Dan tadi Vano memaksa untuk dibelikan susu kotak,kebetulan sekali cadangan susu kotak dirumah sedang habis.Jadi mereka pergi untuk membelinya.
Namun siapa sangka jika sepulang dari minimarket tiba-tiba motor yang dikendarainya mogok di tengah jalan dan berakhirlah mereka seperti ini,tidak bisa pulang ke rumah.Apalagi jarak bengkel dari tempat Luna berada masih sangat jauh sekali.
"Kakak mau?" tawar Vano seraya menyodorkan susu kotak,agar Luna juga ikut meminumnya.Luna mengangguk cepat,tidak salah untuk mencicipinya sedikit.
Pandangan Luna beralih kearah warung yang berada di sebrang jalan, seandainya ada lelaki disana,Luna akan meminta tolong untuk membenarkan motornya yang mogok.Tapi sayang sekali hanya ada seorang ibu paruh baya disana, yang menatap Luna sambil tersenyum.Luna mengangguk pelan dan membalas senyuman ibu tersebut.
"Apa gue telepon Rey dan minta tolong ke dia aja ya?" Pikir Luna,ia rasa hanya anak laki laki itu yang bisa diminta tolong,sepertinya dia juga tidak sibuk.Tapi jika Luna menelpon,apakah teleponnya akan diangkat?
"Gue coba dulu kali ya?" Luna segera mengeluarkan ponselnya, panggilan pertama dari Luna memang tidak diangkat.Tapi setelah beberapa panggilan akhirnya telepon tersambung juga.
"Halo Rey,lo lagi sibuk enggak?" Tanya Luna dengan cepat.
"Emm... Enggak sih, kenapa? Gue enggak mau lagi belajar bareng."
"Ah bukan gitu,maksud gue kalo lo enggak sibuk.Gue mau minta tolong sama lo Rey, motor gue mogok di depan warung Bu Ningrum nih.Kalo lo sibuk yau--" Luna mencoba menjelaskan agar Rey tak salah paham,tapi belum selesai berbicara teleponnya sudah terputus lebih dulu.
Mata Luna melotot lebar, "Astaga cowok ini!" Pekik Luna sedikit kesal.Ia terduduk lemas,mau meminta tolong siapa lagi? Andai saja Ayah tidak ada urusan di luar kota,sudah ia telepon sejak tadi.
"Kakak,kapan kita pulang kerumah? Vano capek." Keluh Vano dengan wajah memelas.
"Sebentar lagi ya,Kakak benerin dulu deh motornya." Hibur Luna sambil mengelap keringat yang membasahi kening Vano.
Mungkin sekitar lima belas menit,Luna mengotak atik mesin motornya dengan sembarang,ia tidak tau bagaimana cara memperbaiki yang benar.Rutukan demi rutukan keluar dari mulut Luna yang sudah merasa lelah.Jika ini tidak berhasil, dengan terpaksa ia tinggal saja motornya disini dan ia pulang dengan naik kendaraan lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, My Boy [ON GOING]
Teen FictionLuna menelan ludahnya dengan kasar,berlahan ia melepaskan genggaman tangan Rey. "Maaf,gue enggak bisa.Lo tau kan kalo gue udah punya pacar,bahkan udah tunangan.Kalo Gilang tau ini,lo bakal celaka Rey," tolak Luna. "Gue tau Kak Luna udah punya pacar...