8.Pembohong Besar💙

111 11 3
                                    

Berkali kali Luna membolak balikan halaman buku bahasa Indonesia yang dipegangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berkali kali Luna membolak balikan halaman buku bahasa Indonesia yang dipegangnya.Sekarang ia sedang mengerjakan tugas yang dikirimkan oleh Gilang melalui chat Wha**App.Luna harus mengisi beberapa soal,namun belum mendapatkan jawaban karena terlalu sulit.

Apakah ia harus bertanya kepada sepupunya? Luna dan Lily memang satu angkatan namun mereka berbeda kelas,dan kebetulan sekali kelas Lily lebih dulu dan sudah mengerjakan soal bahasa Indonesia ini beberapa hari yang lalu.

"Kak Luna!" panggil seorang anak laki laki yang masuk ke dalam kamar dengan senyuman manisnya.

Luna menatap lembut anak itu dan bertanya, "ada apa Vano?"

"Kata Mama,Kakak suruh keluar ada tamu," jawabnya sedikit cadel,Luna tersenyum ia mengangguk dengan cepat dan membereskan buku pelajaran,ia akan melanjutkannya nanti saja.Setelah selesai Luna langsung menggendong Vano yang merentangkan tangannya sejak tadi.

"Siapa tamunya?"

"Vano enggak tau Kakak." Anak kecil itu menggelengkan kepalanya.Luna segera melangkahkan kakinya menuju ruang tamu.

Yang pertama kali ia lihat disana adalah Om Nata bersama istrinya, mereka tersenyum kearah Luna.Luna langsung bersalaman dan memberikan Vano kepada Mama untuk menggantikan gendongannya.

"Loh kening kamu kenapa Lun?" tanya Tante Alen.

Luna menyengir. "Luka sedikit kok Tan,gara gara jatuh."

"Eh kemana Rey? Kok enggak masuk masuk." Om Nata mencari keberadaan Rey yang ikut kemari juga namun tidak menampakkan batang hidungnya.

Luna mengerutkan kening, sedikit terkejut mengetahui jika Rey ikut datang.Ia buru buru hendak pergi kembali ke kamar sebelum anak itu masuk ke dalam rumah, karena penampilan Luna sekarang sangat berantakan.Bisa dipastikan jika Rey melihat Luna seperti ini akan diejeknya habis habisan.Tau sendirilah bagaimana mulut anak itu.

Tapi terlambat Rey sudah berdiri di depan pintu dengan tersenyum lebar. " Rey ada disini Yah,mau di luar aja yang udaranya segar," jawabnya.

"Tapi diluar enggak ada orang,kamu mau sama siapa Rey? Udah di dalam aja."

"Sama Kak Luna,Rey mau ngobrol sama Kak Luna di luar sebentar aja."

Luna mengepalkan tangannya dengan erat,dan menatap tajam kearah Rey yang memasang wajah polos. "Tapi gue masih ngerjain tugas dari sekolah,dan besok pagi harus dikumpulkan," tolak Luna memberikan alasan.

Mama menggeleng pelan kearah Luna dan menyuruhnya untuk menemani Rey. "Bentar aja Kak,nanti kerjain tugasnya dibantu sama Mama atau Papa deh."

Jika sudah Mama yang menyuruhnya,Luna tidak bisa menolak.Walaupun dengan setengah hati ia tetap berjalan keluar sembari membawa satu toples berisi keripik ubi.Ia segera duduk di teras bersama Rey yang berada di sampingnya.

Luna terdiam, matanya menatap lurus kearah jalanan yang tampak gelap.Suara jangkrik terdengar jelas memecahkan keheningan.Ia tidak tahu harus apa sekarang dan memulai obrolan dari mana? Luna pun berinisiatif untuk menawarkan keripik ubi kepada Rey untuk mencairkan suasana.

"Lo mau?" tawar Luna seraya menyodorkan toples yang sedang dipegangnya.Rey mengangguk cepat dan segera mengambilnya.

"Gimana keadaan lo Kak? Masih sakit bekas lukanya? Keras banget Kak Luna jatuh dari tangga," tanya Rey,ia langsung mengusap perban yang di kening Luna.Membuat gadis itu langsung diam mematung.

"Gue ngobatinnya aja sampai hati hati, karena takut luka Kak Luna semakin parah," imbuhnya lagi.

Luna melebarkan kedua matanya,ia tidak salah dengarkan apa yang dikatakan oleh Rey.Sejak kapan anak itu tau bahwa ia jatuh dari tangga dan mengobati lukanya?

"Kok lo tau gue jatuh dari tangga?" Luna menautkan kedua alisnya.

Namun ekspresi Rey tak kalah bingung. "Ya jelas tau dong,gue sama Afan kebetulan mau kelantai dua dan lihat Kak Luna jatuh dari tangga.Terus gue langsung gendong Kak Luna yang pingsan pergi ke UKS.Afan sendiri beresin bola yang berserakan,dan setelah itu gue suruh Afan beli air sama roti buat Lo Kak." Rey memberikan penjelasan yang panjang.

Mulut Luna menganga,keripik ubi yang dipegangnya ia letakkan kembali ke dalam toples.Kemudian ia menggeser duduknya lebih dekat kearah Rey.

"Ja...jadi yang gendong gue dan ngobatin semua luka ini Lo? Te..terus roti yang gue makan? Lo enggak bercanda kan Rey?" tanya Luna sedikit terbata, memastikan jika itu benar.

"Ngapain gue bercanda Kak,masa orang jatuh dari tangga gue becandain kan enggak lucu." Cowok itu langsung mengerucutkan bibirnya karena pertanyaan Luna.

"TERUS KENAPA GILANG BILANG DIA YANG LAKUIN SEMUANYA??" pekik Luna dengan keras, kemudian ia tertawa hambar mengetahui jika Gilang berbohong lagi.Sudah ia duga tadi pagi,tidak mungkin Gilang menolong dirinya.Dasar manusia pembohong.

"Ahh si Gilang itu ya Kak,kata orang orang dia pacar Kak Luna.Jadi gue minta tolong sama dia buat jagain lo, soalnya gue harus masuk kelas karena ada ulangan." Luna hanya manggut manggut mendengar penuturan cowok di depannya.

"Makasih banyak Rey udah tolongin gue tadi pagi," ucap Luna sambil tersenyum,memang sudah seharusnya dirinya berterima kasih.

Kemudian suasana kembali hening,Luna dan Rey hanya fokus menikmati kripik yang sedang  dimakan.Hingga tiba tiba Om Nata menghampiri dan mengejutkan mereka berdua dari belakang.Luna berteriak histeris karena kaget,ia memegang jantungnya yang berdetak sangat kencang.

"Maaf bikin kaget kalian berdua." Om Nata malah tertawa.

"Kalian enggak digigit nyamuk?"

"Enggak Yah, soalnya sebelum nyamuknya gigit.Rey udah duluan yang gigit nyamuknya," ujar Rey mencoba untuk berkelakar.

"Ada ada aja,ayo kita masuk.Ada yang mau Om bicarakan sama Luna.Om mau minta tolong,bolehkan Lun?" tanya Om Nata kepada Luna.Gadis itu langsung mengangguk.Mereka semua segera masuk ke dalam rumah dan menutup pintu dengan rapat.Karena udara di luar terasa semakin dingin.

***

To be continue...

Hi, My Boy [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang