"Lun,ini buka catatannya.Nanti kalo ada yang melakukan pelanggaran,lo catat aja nama orangnya disini." Arya yang sang ketua OSIS menyerahkan buku bersampul coklat kepada Luna.
"Gue razia bagian mana nih?" tanya Luna,seluruh murid yang bersekolah disini berjumlah lima ratus orang,dan sekarang mereka dikumpulkan di lapangan dengan tas mereka yang sudah ditahan oleh para anggota OSIS yang bertugas,razia ini sudah sering dilakukan.Mungkin sekitar satu atau dua bulan sekali,agar para murid tetap disiplin.
Dan karena terlalu banyaknya murid, anggota OSIS membagi kelompok untuk merazia mereka semua,agar cepat selesai.
"Bagian tiga di ujung kanan"
"Lily lo juga ikut bareng Luna ya buat razia disana," perintah Arya,Lily berjingkrak senang,ia menarik ke arah bawah kepalan tangannya yang sudah membumbung tinggi ke udara. "Yes,gue bareng sama Lo." Ucapnya.
"Ayo buruan." Lily merangkul pundak Luna dengan cepat.
Mereka berdua segera menuju tempat yang sudah ditunjukkan oleh ketua OSIS tadi,disana juga sudah ada beberapa teman anggota OSIS lainnya.
"Tas itu dulu yang diperiksa Li." Luna menunjukan jejeran tas yang tergeletak di lapangan.
"Buat yang lain jangan pindah dari tempat dulu ya.Sampai ada yang ketahuan kabur,bakalan dapat sanksi yang lebih besar.Sebelum tas kalian kami periksa dan kembalikan,tidak ada yang boleh pergi,paham?" tanya Luna dengan tegas,sekaligus memberikan peringatan.Suara siswa siswi lain segera menjawab paham dengan serempak.
Penggeledahan tas dan pemeriksaan perlengkapan seragam mulai berjalan, lumayan banyak dari mereka yang melanggar aturan.Terutama para murid perempuan yang tertangkap karena membawa alat make up,hal itu sudah sering terjadi.
Bahkan tak banyak dari mereka yang protes saat barang miliknya diambil.Seperti sekarang ini,Adela,murid satu angkatan dengan Luna namun beda kelas,memprotes dan memohon agar parfum miliknya dikembalikan.
"Please kali ini aja,parfum ini harganya mahal banget dan pemberian pacar gue.Masa mau disita?"
"Lo enggak ngerti peraturannya gimana?" tanya salah satu anggota OSIS lain.
"Makanya udah tahu parfumnya mahal dan spesial tuh disimpan dirumah,bukannya dibawa ke sekolah.Udah Lun,catat aja namanya," celetuk Lily dengan judes.Luna segera mencatat nama Adel,ia kan bertugas hanya bisa mengikuti apa yang diperintahkan oleh guru BK.
"Oke,urutan berikutnya," panggil Luna seraya menatap Afan yang sudah tiba antriannya.
"Gue sih tenang Kak,tas gue enggak ada barang yang aneh aneh dan perlengkapan seragam sekolah juga lengkap." Afan maju dengan cepat,dia memutar badannya agar Luna melihat dengan jelas,jika dia memakai seragam yang lengkap.
Bibir Luna tersungging. "Oke bagus,kalo isi tasnya gimana Li?" tanya Luna.
Lily mengangkat jempolnya. "Aman Lun."
"Lo boleh pergi dan tasnya udah boleh diambil,tapi tumben lo patuh banget Fan?"
"Jelas dong,gue kan udah berubah." Ucap Afan dengan bangga. " Tapi enggak tau tuh sama yang di belakang," sambungannya lagi,jempol dan lirikan mata Afan menunjuk kearah belakang,dia terkekeh pelan seraya mengambil tasnya yang dikembalikan.
Atensi Luna beralih kearah Rey yang berjalan maju setelah Afan pergi,jika diperhatikan Rey terlihat gelisah, dilihat dari kakinya yang tak mau diam,selalu bergerak kecil menendang kerikil dengan pelan.
"Tas Lo yang mana?" tanya Lily.
"Itu yang warna biru tua." Rey menunjukkan tasnya diantara jejeran tas milik orang lain.Sambil menunggu Lily menggeledah,Luna memeriksa seragam Rey.
"Dasi lo mana Rey? Selama menggunakan seragam putih abu abu diwajibkan untuk memakai dasi," tanya Luna.
"Dasi gue dipinjam." Rey menjawab dengan singkat,ia menyengir menampakkan deretan giginya yang rapi.
Luna mengerutkan kening bingung. "Dipinjam sama siapa?"
"Sama Sindi,dia enggak bawa dasi terus pinjam punya gue, katanya sih dia takut dihukum,terus dia bakalan minta diperiksa duluan biar bisa kembalikan dasinya lebih cepat ke gue."
"Jadi maksud lo pake dasi nya gantian biar enggak kena hukum gitu?" Luna melotot tak percaya,saat Rey mengangguk dengan mantap.Ia pikir Rey terlalu baik hanya kepada dirinya,ternyata dia juga baik ke semua orang,biarpun dia sendiri yang bakal terkena hukumannya.Cowok satu ini terlalu bodoh atau terlalu pintar?
"Terus sekarang mana? Dasi lo belum dikembalikan.Kenapa lo harus pinjamkan ke dia? Itu resiko dia sendiri karena enggak bawa dasi,lo enggak perlu pinjamin." Tanpa sadar nada suara Luna sedikit meninggi, membuat beberapa orang disekitarnya langsung menoleh.
"Perduli banget sih," gumam Luna merutuk.Ntahlah Luna merasa sangat kesal sekarang,ada perasaan tak nyaman di dalam hatinya.
"Dasi gue masih dipake Sindi,dia belum diperiksa sama anggota OSIS,tuh dia ada disana."
Luna melirik sekilas kearah kelompok bagian empat yang tak jauh,ya cewek itu masih menunggu disana. " Kebiasaan banget suka pinjamin barang ke orang lain,lain kali lo enggak usah kayak gitu Rey,mending kalo orang yang dipinjaminnya tau diri,lah ini enggak," omel Luna.
"Ekhem." Lily berdehem dengan kuat,menarik perhatian Luna. "Cemburu ya mbak?" tanya Lily sambil tertawa jahil.
"Ngomong apa sih?" Luna langsung mengubah mimik wajahnya menjadi datar.
"Kalo cemburu bilang aja Lun,enggak usah marah-marah kayak gitu,kasian tuh Rey nya."
"Gimana tasnya Rey? Bisa dikembalikan enggak?" tanya Luna mengalihkan, sejujurnya jantung Luna berdegup sangat kencang seperti habis lari maraton.Ia tidak bisa mengendalikannya.Sial sekali,mulut sepupunya juga tidak bisa dikompromikan.
"Tas Rey juga aman kok."
"Lo boleh ambil tasnya,tapi lo sama Sindi bakalan tetap gue catat namanya di buku ini dan dapat sanksi."
"Siap Kak Luna," sahut Rey,sambil tersenyum tipis.
Kemudian razia ini dilanjutkan lagi hingga selesai,berkali-kali Luna mencatat nama siswa siswi yang melanggar aturan,pemeriksaan ini juga membutuhkan waktu cukup lama dan membuat Luna lelah.Untungnya jam setengah sembilan,razia sudah selesai.Tapi masih harus melaporkannya lagi ke ruang OSIS dan diberikan ke guru BK.
"Capek banget," keluh Luna seraya merentangkan kedua tangannya.
"Tadi lo cemburu ya,karena Rey pinjemin dasi ke Sindi.Lo kan pernah cerita ke gue,kalo Sindi pernah suka sama Rey." Lily menyenggol lengan sepupunya.
"Ngomong lagi kayak gitu,bosen gue.Ini tuh bukan cemburu,Lily!"
"Terus apa kalo bukan cemburu?"
"Wajar gue marah,kan dia melanggar aturan demi orang lain."
"Enggak tepat alasan lo,Luna."
"Bodoh amat," pekik Luna,wajahnya tampak kesal dan juga memerah.Ia segera melangkahkan kakinya dengan cepat menuju ruang OSIS.
***
Next...
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, My Boy [ON GOING]
Teen FictionLuna menelan ludahnya dengan kasar,berlahan ia melepaskan genggaman tangan Rey. "Maaf,gue enggak bisa.Lo tau kan kalo gue udah punya pacar,bahkan udah tunangan.Kalo Gilang tau ini,lo bakal celaka Rey," tolak Luna. "Gue tau Kak Luna udah punya pacar...