Sudah tiga hari semenjak kepulangan Tante Zella ke Indonesia,dan ucapan Tante Zella yang hendak menikah benar-benar tidak berbohong.Kenyataannya sekarang Luna bersama keluarga sedang menunju ke rumah Tante karena ada acara lamaran disana.
"Pah siapa sih yang jadi calon suaminya Tante Zella?" tanya Luna,ia belum mengetahuinya.Karena saat mereka sampai dirumah setelah dari bandara,Luna langsung membersihkan diri dan pergi tidur.Ia tidak sempat bertanya.
"Nanti kamu tau sendiri Kak,kalau udah sampai sana." Jawab Papa tak mau memberi tahu.
"Kamu liat sendiri aja Kak." Sahut Mama sambil tersenyum.Luna hanya manggut-mangut penasaran.
Sesampainya dirumah Tante Zella,mereka segera bersalaman dengan orang orang yang sudah datang lebih dulu.Papa dan Mama pun langsung bergabung dengan temannya, seperti ada Om Nata dengan istrinya,Tante Lea dan yang lainnya.
Luna mengedarkan pandangan,ia melihat Afan yang sedang bercengkrama dengan Tante Zella.Luna mengerutkan kening bingung,kok bisa Afan terlihat begitu dekat dengan Tantenya? Bukankah ini pertama kalinya mereka bertemu.Luna pun berinisiatif untuk menghampiri mereka berdua.
"Hai Tante Zella." Sapa Luna sambil tersenyum manis.
"Fan lo kenal sama Tante gue?" Tanya Luna beralih kearah Afan yang memasang wajah sedikit terkejut.
"Luna, Afan ini adalah anak dari calon suami Tante.Dia anak Om Reno.Kalian udah saling kenal ya?" Sahut Tante Zella mencoba memberi tahu keponakannya.
Luna terkejut bukan main,jadi yang akan menikah dengan Tante Zella adalah Ayahnya Afan.Benar benar tak bisa dipercaya.
"Fan beneran ini?" Luna mencoba memastikan.
"G..gue beneran enggak tau Kak,kalo ternyata calon Mama baru gue itu adalah Tantenya Kak Luna.Tapi ini semua beneran bukan mimpi,Ayah gue bener bener ngabulin permintaan gue yang pengen punya Mama baru Kak." Jelas Afan sedikit gugup,ia juga tak menyangka ini semua bisa terjadi.
Luna jadi tergelak, mendengar penjelasan Afan.Tapi tidak apa apa,jika Tante menikah dengan Om Reno.Maka Luna dan Afan akan menjadi saudara.
"Sebenarnya Tante sama Om Reno itu udah dekat dari lama,kami sering ketemu di Amerika.Karena kebetulan rumah kami bertetanggaan.Jadi niat Tante dan Om Reno pulang ke Indonesia,yaitu mau menikah." Tante Zella memberikan penjelasan.
"Yaudah,kalian lanjut ngobrol berdua aja ya.Tante mau nyambut tamu yang lain." Sambungnya lagi berpamitan.Luna dan Afan mengangguk secara bersamaan.
"Tenang Fan,Lo enggak perlu khawatir.Tante Zella itu orangnya baik.Dia enggak akan jadi ibu tiri yang jahat kayak sinetron di TV.Gue bisa jamin itu,Tante bakalan sayang banget sama Lo dan Om Reno." Luna menepuk pundak cowok dihadapannya untuk meyakinkan. walaupun terlihat biasa saja,tapi Luna yakin Afan memiliki kekhawatiran terhadap Tantenya, yang akan mengganti figur ibu kandungnya yang telah meninggal cukup lama.
"Iya Kak,gue percaya sama Tantenya Kak Luna.Dia emang keliatan sayang banget sama gue dan serius juga sama Ayah." Ujar Afan sambil tersenyum.
"Eh tumben kok Kak Lily enggak keliatan,perasaan orang tuanya udah datang dari tadi deh." Afan melirik ke sekitar mencari keberadaan sepupu Luna yang tak menampakkan batang hidungnya.
"Lily enggak ikut, katanya lagi enggak enak badan." Jawab Luna,sebelum berangkat kesini Luna sudah menelpon Lily untuk berangkat bersama ke acara lamaran Tantenya.Tapi dia menolak,dan beralasan tidak enak badan karena demam.
"Ngomong-ngomong Rey juga enggak keliatan tuh,dia kemana? Atau enggak ikut kesini.Biasanya nempel terus sama Lo Fan." Tanya Luna,ia ingin mengetahui kabar cowok itu.Semenjak berantemnya Gilang dan Rey,dia menghilang begitu saja.Luna jarang melihatnya beberapa hari ini di sekolah.Nomornya pun tidak aktif saat dihubungi.
"Rey ikut kok,dia lagi di ruang sebelah Kak.Tadi dia sama gue disitu." Tunjuk Afan memberi tahu.
Kebetulan sekali,Luna ingin menghampirinya.Ia ingin meminta maaf karena omongannya yang kasar waktu itu,Luna belum sempat mengucapkan maaf kepada Rey.Dan Luna juga ingin menanyakan tentang alasan Rey tidak datang ke cafe hari Minggu kemaren.
Luna pun bergegas menuju ruang keluarga milik Tante,ia melihat Rey duduk disana sambil memainkan ponsel dan memakan beberapa kue kering yang terhidang diatas meja.
"Rey!" Sang pemilik nama hanya menoleh sebentar saat namanya dipanggil, setelah itu ia kembali fokus ke layar ponselnya.
"Buset sombong amat lo,gue panggil enggak nyaut." Seru Luna dengan akrab seperti biasanya.Ia mengambil tempat duduk tepat di samping Rey.
"Lo kemana aja? Beberapa hari ini gue jarang banget liat Lo Rey.Terus hari Minggu kemarin kenapa Lo enggak dateng? Padahal gue udah nunggu lama di cafe." Ujar Luna sambil bertanya.
"Sorry, kemaren gue sibuk.Jadi enggak bisa datang."
"Setidaknya kasih tau gue lewat chat kek,biar enggak nunggu terlalu kelamaan.Nomor Lo gue hubungi juga enggak aktif."
"Kan gue udah bilang sibuk Kak." Terang Rey lagi dengan singkat.Luna mengangguk,mungkin karena terlalu sibuk cowok itu juga tidak sempat untuk memegang ponsel,ia memakluminya.
"Oh ya,untuk kedepannya gue enggak akan belajar bareng sama Lo lagi Kak.Gue udah mulai ngerti,dan enggak akan sulit untuk belajar sendiri.Jadi gue ucapin makasih banyak sama Kak Luna, yang udah ngajarin gue selama ini." Kata Rey dengan serius,hal tersebut membuat Luna terkejut.
"Kok tiba tiba gini? Apa ada yang salah? Maaf kalo misalnya gue ada salah saat ngajarin Lo,atau karena selama ini gue ngajarinnya kurang mudah untuk dipahami." Tanya Luna menebak nebak,ada perasaan tak rela jika Rey tidak belajar bersamanya lagi dan ia juga merasa khawatir dengan kesalahan yang mungkin ia perbuat saat mengajari cowok disampingnya.
"Enggak kok,gue paham sama penjelasan materi yang Lo kasih selama ini.Yang enggak bisa gue pahami itu diri Lo Kak."
"Haa... Maksudnya?" Luna mengerutkan keningnya,ia bingung dengan jawaban yang diberikan Rey.
"Eh bentar ada telepon." Ucap Rey sambil bergerak mengangkat ponselnya yang berdering.Luna harus menunggu beberapa menit hingga Rey selesai berbicara dengan seseorang lewat telepon.
"Jadi maksudnya?" Tanya Luna lagi.
"Jawabnya Lo cari sendiri deh Kak." Goda Rey sambil menahan tawanya.Luna ingin protes namun ia teringat dengan niatnya yang ingin meminta maaf.
Luna mengubah mimik wajahnya menjadi serius.
"Ada yang mau gue omongin juga ke Lo Rey." Ucapnya, Rey langsung menatap Luna menunggu gadis itu melanjutkan bicaranya."Soal ucapan gue waktu itu... Gue mau minta--" Luna mengurungkan niatnya untuk melanjutkan bicara,ketika matanya menatap Afan yang menghampiri mereka berdua.
"Ngapain Lo berdua disitu? Rey! Temenin gue ke toilet yuk,kebelet nih.Tapi enggak berani sendirian." Ucap Afan buru buru.Rey menurut saja,ia bangkit dari duduknya hendak menemani Afan pergi ke toilet.
"Lo lurus aja Fan,terus belok lewat ruang dapur.Sebelahnya itu tempat toilet." Tunjuk Luna yang lebih tahu seluk beluk rumah Tantenya ini yang besar,agar Afan bisa pergi sendiri.Ia masih ingin mengobrol dengan Rey.
"Ahh gue enggak tau,udah kebelet nih,ntar gue ngompol."
"Rey,kita belum selesai bicara." Cegah Luna.
"Kita lanjutin nanti aja Kak."
Luna hanya menghela nafas, tampaknya sangat susah sekali untuk meminta maaf kepada Rey.Niatnya ia hendak menunggu cowok itu kembali,tapi tiba tiba Papa datang mencari keberadaan Luna,untuk pergi ke ruang depan.Karena acara lamaran Tante Zella akan segera dimulai.Kali ini permintaan maaf Luna gagal untuk diucapkan.
***
To be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, My Boy [ON GOING]
Novela JuvenilLuna menelan ludahnya dengan kasar,berlahan ia melepaskan genggaman tangan Rey. "Maaf,gue enggak bisa.Lo tau kan kalo gue udah punya pacar,bahkan udah tunangan.Kalo Gilang tau ini,lo bakal celaka Rey," tolak Luna. "Gue tau Kak Luna udah punya pacar...