Mata Luna bergulir melihat kearah orang orang yang tengah hilir mudik sembari membawa beberapa bungkus coklat.Ia merasa bingung,Apakah semua orang sedang janjian membawa coklat bersama ke sekolah? Bahkan sepupunya,si Lily saja membawa coklat dengan riang sambil berceloteh sepanjang koridor.
"Lo enggak bawa coklat?" tanya Lily,tapi Luna malah memasang wajah cengo, "Haa?" ucapnya tak mengerti,buat apa dia membawanya.
"Lo enggak inget ini hari apa?" Lantas Luna menggeleng cepat,Lily hanya bisa menepuk jidatnya sendiri.Bisa bisanya Luna melupakan hari yang spesial menurut semua orang.Yang selalu dinanti nantikan setiap tahunnya,untuk menunjukan rasa cinta dan kasih sayang mereka.
"Hari Valentine,Luna."
"Oh Valentine,gue enggak perlu bawa sih,ntar juga bakalan dapat coklat," kata Luna sambil tersenyum sombong.Lily langsung berdecih pelan, sangat percaya diri sekali sepupunya yang satu ini.
"Maksud gue lo enggak ada niatan kasih coklat ke seseorang gitu.Contohnya ke... Gilang." Lily merendahkan nada suaranya ketika menyebut nama Gilang.Bagaimana pun sikapnya,dia masih tetap tunangan Luna.Enggak ada salahnya untuk memberinya,kan? Siapa tahu sikap Gilang bakalan melunak dan hubungan mereka kembali membaik seperti dahulu.
Tapi Luna menggeleng dan langsung berjalan mendahului Lily untuk masuk ke dalam kelas.
"Ihh Luna,lo kok pergi duluan sih." Lily mengejar dan mengikuti Luna hingga sampai ke kursi tempat duduknya.
"Lagian lo berisik banget," ujar Luna sembari memeriksa laci meja miliknya,berharap menemukan sebungkus coklat.Tapi ternyata kosong,ia tidak menemukan apapun disana.Ternyata tidak ada yang memberinya.
Melihat kejadian tersebut,sontak Lily tertawa terbahak bahak. "Makanya jadi orang jangan sombong,enggak ada orang yang kasih coklat ke lo,kan?"
"Ini masih pagi jadi belum ada yang kasih, kemungkinan pas waktu istirahat ngasihnya," ucap Luna mencoba menutupi rasa malunya.
"Nah coklat gue buat lo aja,biar lo bisa ngasih coklat ke Gilang.Inget dia masih jadi tunangan lo Lun, kemungkinan lo berjodoh sama Gilang sekitar delapan puluh lima persen.Kalo misalnya enggak berhasil batalin pertunangan itu.Lo bakalan tetap nikah sama dia," kata Lily dengan ucapan yang menohok.
"Mungkin dengan cara lo kasih dia coklat, Gilang bakal sadar kalo sebenarnya lo sayang sama dia dan berharap sikap Gilang bakal berubah kayak dulu lagi Lun." Lily berhenti sejenak untuk mengambil nafas. "Biar pas lo beneran nikah sama Gilang,dia udah enggak selingkuh lagi kayak sekarang dan lebih sayang sama lo,Luna," sambungnya lagi.
Luna hanya menghela nafas. "Tapi gue udah muak."
"Gue enggak mau tau, pokoknya harus lo kasih." Lily beranjak pergi, ia hendak kembali ke kelasnya yang berada disebelah ruang kelas milik Luna.
***
Bell istirahat baru saja berbunyi,Luna menutup buku pelajarannya.Matanya beralih menatap lekat punggung Gilang yang tak jauh dari tempat duduknya.Ada rasa ragu di dalam hati,apakah ia harus memberikan coklat pemberian Lily tadi kepada Gilang?
"Apa liatin gue mulu dari tadi?" tanya Gilang yang sadar jika dirinya diperhatikan.
"Enggak papa," jawab Luna singkat, ia kembali diam sambil memegang sebungkus coklat tersebut dengan erat.Hingga Gilang bangkit dan pergi keluar kelas untuk istirahat.
Luna menghembuskan nafas kasar,ia menopang dagunya dan terus berfikir.Ia tidak perlu memberikan coklat kepada cowok itu,kan? Tapi jika ia tidak memberikannya,pasti Lily akan mengomel panjang lebar dan mendiamkannya nanti.
Ah sial, akhirnya Luna beranjak dari tempat duduknya dan pergi mencari Gilang.Ia akan memberikan coklat tersebut, lagian toh itu hanya coklat biasa.Lupakan saja makna tentang memberikan coklat kepada seseorang saat hari Valentine,itu tidak penting.
Luna mulai mengitari lapangan basket,kantin hingga tempat yang sering disinggahi oleh Gilang,namun ia tidak menemukannya.Ntah kemana dia pergi.Hingga tak sengaja ia bertemu dengan salah satu teman Gilang yang bernama Arga,dan menanyakan keberadaan cowok itu.
"Tumben lo cariin dia Lun,kalo enggak salah tadi gue liat Gilang pergi kearah sana." Tunjuk Arga kearah area belakang sekolah.Luna mengangguk cepat dan berterimakasih.
Kemudian ia segera menuju tempat yang ditunjukan tadi.Dan benar,Luna melihat keberadaan Gilang disana sendirian sembari menyender di pohon jambu seperti sedang menunggu seseorang.
"Woy Lang," panggil Luna.Cowok itu langsung menoleh dan mempertanyakan mengapa Luna datang kemari.
"Ngapain kesini?"
Luna menarik nafas dalam sebelum berbicara kembali. "Gue cuma mau kasih ini." Tangan Luna terulur memberikan coklat yang memiliki bungkus berwarna ungu.Ada senyuman yang tersungging dibibir cowok itu. "Oh coklat di hari Valentine,buat gue?" tanyanya memastikan.
"Iya,yakali gue udah nyamperin lo tapi ngasihnya ke orang lain," jawab Luna sedikit jutek.
"Tumben banget ngasih coklat ke tunangannya,tahun kemaren kok enggak?"
"Ya sebenarnya gue-"
"Gilang!!" Ucapan Luna terputus,ketika teriakan super cempreng terdengar memekakkan telinga.Mereka berdua serempak menoleh kearah sumber suara.
"Lun makasih coklatnya,tapi-" Gilang menggantung ucapannya,Luna mengangkat sebelah alisnya karena penasaran.
"Tapi gue enggak butuh coklat dari lo.Gue udah dapet dari Vivi." Dengan sengaja Gilang menjatuhkan coklat pemberian Luna ke tanah dan menginjak injaknya,tanpa memperdulikan betapa terkejutnya Luna saat melihat hal tersebut.
Bangsat,satu umpatan yang keluar dari mulut Luna langsung.Ia melebarkan matanya merasa marah,tiba tiba saja sikap Gilang berubah saat kedatangan Vivi cewek selingkuhannya.Luna tau,jika Gilang takut dengan Vivi.Oleh karena itu dengan sengaja dia membuang coklat tersebut.
Inilah alasan Luna merasa malas jika harus bersikap baik dengan Gilang, karena bukannya mendapatkan balasan yang baik pula,ia malah mendapatkan rasa sakit hati karena penghinaan.
"Coklat murahan kayak gini,lo kasiin ke dia.Enggak mungkin diterima lah.Gilang cuma mau terima coklat pemberian gue doang.Iya,kan,sayang?" Gilang hanya mengangguk nurut, seperti kerbau yang dicucuk hidungnya.
Luna langsung tersenyum sinis,ini bukan saatnya ia sedih dan menangis.Tapi memberikan sedikit pelajaran kepada dua manusia yang berada dihadapannya.
Luna berjongkok memungut sebungkus coklat tadi yang sudah hancur,Vivi dan Gilang yang melihatnya tertawa mengejek.Luna hanya diam, tangannya saja yang mulai mengepal.Di detik berikutnya,ia memukul wajah mereka berdua dengan sebungkus coklat yang dipegangnya cukup keras,hingga menimbulkan bunyi yang terdengar renyah.
Jika ditanya apakah sakit? Tentu saja, karena bungkus coklat tersebut dikatakan lumayan besar bentuknya,dan mampu membuat wajah mereka berdua memerah.
Setelah itu,Luna langsung melenggang pergi tanpa sepatah kata pun.Ia tersenyum puas,rasa sakit hatinya terbalas.
"Buset,berani banget dah gue," pujinya pada diri sendiri.
Kemudian Luna kembali ke dalam kelas,hendak mengambil botol air minum untuk membasahi tenggorokan yang terasa kering.Namun betapa terkejutnya Luna,saat ia membuka tas miliknya yang sudah terisi penuh oleh berbagai macam coklat dengan bungkus warna warni.Luna hanya bisa melongo dan celingukan mencari siapa pelakunya.
"Siapa yang masukin coklat sebanyak ini ke tas gue?" tanya Luna kepada orang orang yang berada di dalam kelas.
"Cowok anak kelas sebelas Lun, orangnya tinggi," jawab salah satu siswi bernama Resty.
Luna menyengir, ia tahu siapa yang melakukan ini.Dasar anak itu emang sudah gila,membuka tasnya tanpa izin dan memasukan coklat ke dalamnya.Tapi tidak apa apa,ini menolong Luna agar tidak malu dengan ucapannya tadi pagi.Ia akan pamer coklat kepada Lily sekarang.
***
To be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, My Boy [ON GOING]
Teen FictionLuna menelan ludahnya dengan kasar,berlahan ia melepaskan genggaman tangan Rey. "Maaf,gue enggak bisa.Lo tau kan kalo gue udah punya pacar,bahkan udah tunangan.Kalo Gilang tau ini,lo bakal celaka Rey," tolak Luna. "Gue tau Kak Luna udah punya pacar...