Luna duduk di pojok kamar sambil memeluk lutut.Berkali kali ia mengusap cairan bening yang terus jatuh dari matanya,Luna benar benar merasa bersalah karena telah mengecewakan kedua orangtuanya.Setelah Mama dan Papa pulang dari pertemuan guru di sekolah, Papa terlihat sangat marah kepada Luna dan tidak mau mengajak berbicara sedikit pun.
"Udah Kak,makan dulu yuk.Papa barusan pergi ke kantor,jadi enggak usah takut," bujuk Mama seraya mengelus puncak kepala putrinya,tapi Luna menggeleng pelan dan tertunduk lesu.
"Masalah video itu,Mama sama Papa enggak marah,dan kami percaya sama kamu Kak.Tapi yang buat Papa marah adalah Kak Luna yang bohong menginap dirumah Rey.Harusnya Kak Luna tetap pulang kerumah dan berbicara secara jujur,pasti Mama dan Papa mengerti." Mama menjelaskannya secara lembut.
"Coba deh kalo misalnya Kakak yang dibohongin sama keluarga sendiri atau orang lain gimana perasaannya?" tanya Mama sambil menatap lekat kearah Luna.
"Kecewa,sakit hati dan marah juga," jawab Luna.Mama langsung tersenyum dan mengangguk, "Nah itu,apalagi sampai menginap di rumah Rey yang posisinya Om Nata dan istrinya enggak ada."
Luna langsung meraih tangan Mama, " Maafin Luna ya Ma,karena udah bohong.Luna lakuin semua itu karena takut,tapi Luna benar benar menyesal," ucapnya dengan tulus.
"Mama sama Papa sebenarnya udah maafin Kakak kok,jadi enggak usah khawatir."
"Tapi...Papa masih marah dan enggak mau ngomong sama Luna Mah." Luna kembali melengkungkan bibirnya.
"Itu wajar sayang,kamu kayak enggak tau karakter Papa aja.Besok juga pasti udah enggak marah lagi sama kamu." Luna manggut manggut mendengar perkataan Mama,ada sedikit rasa lega di hatinya.Tapi tak memungkiri juga bahwa Luna masih merasa khawatir jika Papa akan mendiamkannya dalam jangka waktu yang cukup lama.
"Mama tinggal dulu ya, takutnya Vano kebangun,dia lagi tidur siang.Kakak jangan telat makan,nanti mag nya kambuh." Mama mengingatkan sambil menutup pintu kamar Luna dari luar.
Suara notifikasi pesan masuk mengalihkan perhatian Luna,ia segera bangkit untuk memeriksa ponselnya.
Ada satu chat dari Rey, yang mengajak Luna untuk mengajarinya belajar.Namun karena suasana hati Luna yang sedang tidak baik,ia pun menolak dan memintanya untuk datang besok lagi.
Tapi cowok itu kekeuh,dan mengatakan bahwa dirinya sudah sampai di depan rumah Luna.Luna hanya bisa menggeleng pasrah dan menghela nafas kasar.Ia berjalan menyibak gorden jendela,untuk melihat Rey yang benar benar sudah berdiri di depan teras.
Luna menghampiri Rey dengan tergesa gesa, " Gue kan udah bilang datangnya besok lagi Rey,gue lagi enggak mood buat ngajarin lo hari ini," ujar Luna sedikit keras.
"Habis nangis,hmm? Kenapa,coba cerita?"
Luna tertegun sejenak,mulutnya menganga mendengar pertanyaan Rey.Lantas ia tersadar dan membuang pandangannya ke sembarang arah,agar tidak bertatapan dengan manik mata indah milik cowok yang berada dihadapannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, My Boy [ON GOING]
Teen FictionLuna menelan ludahnya dengan kasar,berlahan ia melepaskan genggaman tangan Rey. "Maaf,gue enggak bisa.Lo tau kan kalo gue udah punya pacar,bahkan udah tunangan.Kalo Gilang tau ini,lo bakal celaka Rey," tolak Luna. "Gue tau Kak Luna udah punya pacar...