"Lo niat nonton TV enggak sih Rey?" Afan merasa geram,sejak tadi Rey menggonta-ganti siaran televisi.Ntah apa yang dicari dan hendak ditonton oleh anak itu.Afan segera merebut remote nya dan menetapkan pada salah satu siaran yang sedang menayangkan film Spongebob Squarepants.
Rey mendengus kesal melihat tokoh utama film kartun yang berwarna kuning itu. "Ngapain nonton kayak gini? Kek bocil aja."
"Daripada diganti-ganti mulu,lo kenapa kelihatan lemas banget dari pulang sekolah? Kayak enggak nafsu gitu," tanya Afan melirik sekilas kearah Rey yang duduk di atas sofa.
Cowok itu mengusap wajahnya kasar. "Kayaknya gue suka sama dia deh Fan." Curhatnya yang membuat Afan langsung menautkan alis bingung.Ia menggeser posisi duduknya agar duduk lebih dekat dengan Rey dan siap mendengarkan cerita selanjutnya.
"Maksud lo si Sindi?"
"Kan gue udah bilang sama lo dari waktu itu,terima aja cintanya Sindi.Kasian dia ngejar ngejar lo terus.Lagian dia cantik juga,dari pada lo jomblo,kan?" cerocos Afan seperti kereta.
"Bukan dia goblok, yang gue suka," pekik Rey seraya menimpuk kepala Afan dengan bantal sofa.Seenaknya saja dia berbicara.
"Yang gue maksud itu Kak Luna, bukan Sindi."
Afan langsung melongo mendengar pengakuan Rey,pasti dia bercanda dengan ucapannya.Afan langsung tertawa sumbang karena tak percaya,temannya memang gampang menyukai perempuan yang baru dikenal.Namun tidak akan bertahan lama, karena Rey tidak benar benar serius menyukai mereka.
"Jangan main main sama Kak Luna,dia udah punya pacar Rey.Lagian lo pasti enggak serius kan?" Afan tau,Rey hanya bawa perasaan saja karena kejadian kecoa di sekolah tadi.Dan mungkin juga karena sering bertemu dengan Kak Luna.
"Gue seriusan suka sama Kak Luna Fan,kali ini beda dari yang lain.Enggak bercanda,dada gue deg degan kencang banget kalo bareng Kak Luna.Dan ada rasa cemburu pas liat Kak Luna bareng pacarnya," jelas Rey mencoba meyakinkan.
"Lo enggak takut sama Bang Gilang? Ditonjok sama dia mampus lo," bisik Afan pelan, berharap temannya diam dan tidak menyukai Luna lagi.Saat disekolah tadi ia memperhatikan Gilang yang terlihat cukup mengerikan.Apalagi ekspresi wajahnya saat menarik tangan Luna dan membawanya pergi.
Afan masih teringat jelas,ia menjadi menggidik ngeri.Jika ia yang menyukai Kak Luna,mending dirinya saja yang akan mundur dan menjauh.Ia tidak sanggup harus berhadapan dengan Gilang.
"Gue enggak takut.Lo tau enggak Fan,kalo sebenarnya pacar Kak Luna itu selingkuh.Gue liat sendiri.Kalo misalnya gue merebut Kak Luna dari dia, berarti itu bukan salah gue.Tapi salah Gilang sendiri karena udah sia siain pacarnya," jelas Rey pantang mundur.
Tapi jika dipikir kembali,benar juga yang dikatakan Rey.Afan jadi manggut-manggut mendengarnya.Namun disisi lain,seharusnya Rey tidak boleh begitu.
Biarkan saja,itu urusan mereka berdua.Masih ada kesempatan untuk menyelesaikan dan memperbaiki masalah mereka sendiri.Jika Rey ikut campur,pasti membuatnya semakin rumit.
"Gue harus dapetin Kak Luna!" seru Rey dengan semangat.
"Ngebet banget sih,ketemu orangnya pasti langsung kicep.Nyali lo ciut Rey kalo udah berhadapan sama Kak Luna yang lagi marah," ujar Afan sambil tertawa mengejek.Rey menggeleng dan menyangkal dirinya yang punya nyali kecil,ia harus menunjukkan betapa beraninya dia mulai sekarang.
"Mau kemana lo?" tanya Afan saat melihat Rey beranjak dari sofa dan memakai hoodie dengan cepat.
"Supermarket," jawabnya singkat.
"Gue kira mau ke rumah Kak Luna." Afan terkikik geli,lantas ia langsung mengekori Rey keluar rumah.
"Tunggu! Gue ikut."
***
"Lo beli cemilan banyak banget Fan,gue kesini cuma mau beli batu baterai sama roti doang." Rey mengoceh pelan sambil menatap Afan yang membawa banyak cemilan.Inilah alasan mengapa dirinya malas mengajak temannya itu, yang jika dituruti semakin melunjak.
Afan hanya menyengir dan tampak bodoh amat, nyatanya ia masih mengambil beberapa cemilan lagi.Ia perlu menggemukan pipinya,agar orang yang melihat dia merasa sangat gemas.Ekhem,bukankah Afan terlalu kepedean?
"Rey sini deh," panggil Afan seraya menggandeng Rey menuju kearah rak yang berisi semacam skincare untuk perempuan.
"Apaan sih? Lo mau beli handbody,haa?"
"Udah diem mulut lo,liat tuh yang disana." Tunjuk Afan kearah dua orang perempuan yang tengah asyik memilih lipstick berbagai warna.Rey terkejut,buru buru ia memperbaiki penampilannya.
"Anjir ada Kak Luna.Gue ganteng enggak?" tanya Rey.
"Enggak,udah buruan kita samperin." Afan menarik paksa Rey untuk segera menghampiri mereka.
"Eh enggak sengaja ketemu disini,lagi beli apa Kak?" sapa Rey basa basi sambil tersenyum manis.Luna tampak sedikit terkejut dengan kedatangannya,namun sedetik kemudian ia menggelengkan kepala sembari mengelus dadanya berlahan.Berbeda dengan Lily,anak itu langsung menjawab sapaan Rey dengan ramah.
"Harus sabar aja kalo ketemu sama nih bocil," gumam Luna,ia kembali memilih lipstick dan lip gloss yang hendak ia beli tadi.
"Kak sebenarnya ada pelembab bibir yang lebih bagus dari yang kakak pilih," celetuk Rey mengundang perhatian.
"Kak Luna mau tau enggak?" Luna pun menoleh dan langsung bertanya karena sedikit penasaran, "merek apa?"
Namun Rey hanya senyum senyum tidak jelas sambil menunjukkan bibirnya yang berwarna merah muda dan terlihat seksi.
"Limited edition loh Kak,enggak pernah habis walaupun sering dipake.Selalu tersedia kapanpun itu dan gratis untuk Kak Luna," ujar Rey tak malu.Luna memijit pelipisnya bingung,haruskah ia salting atau marah kepada cowok yang berada dihadapannya?
"Gombalan lo garing ah,enggak bikin baper." Afan langsung menoyor kepala Rey cukup keras, sedangkan Lily ia menahan tawanya mati matian.Gombalan anak zaman sekarang sangatlah brutal,pikirnya.
"Mau coba Kak?" tanya Rey.
"Sorry enggak minat."
"Gue pastiin suatu saat,lo bakal nyobain pelembab bibir yang gue tawarin."
"Ahh gila lo," pekik Luna,ia buru buru menggandeng Lily untuk segera pergi dari tempat ini.Sudah ia duga jika bertemu dengan Rey pasti akan membuat dirinya emosi.Wajar saja,Luna memiliki kesabaran setipis tisu.
Setelah Luna pergi,Rey terus tertawa terpingkal pingkal sambil memegang perutnya yang terasa keram.Ada kesenangan tersendiri melihat wajah kesal Kakak kelasnya saat ia goda,menurutnya Luna sangat lucu.
"Apa itu mencintai dalam diam? Tidak ada mencintai diam diam di dalam kamus hidup seorang Rey.Gue bakal mencintainya dengan cara ugal ugalan," seru Rey sambil tersenyum penuh arti.
"Bener kata Kak Luna,lo beneran udah gila Rey.Gue harus bilang nih sama Om Nata.Anaknya harus di bawa ke rumah sakit jiwa." Afan langsung meninggalkan Rey begitu saja,berjalan menuju kasir dan membayar belanjaannya sendiri.
"Ugal ugalan apanya? Malah bikin ceweknya tambah kabur lah iya." Gumam Afan dengan pelan, kenyataannya dengan sikap Rey yang begitu saja sudah membuat Luna kesal dan pergi.Apalagi jika dengan cara ugal ugalan? Tambah enggak bakalan kembali.
***
To be continue...
Maaf jika ceritanya kurang bagus dan kurang memuaskan kalian.Author masih belajar dan berusaha lgi untuk memperbaikinya.
Jika kalian ingin memberikan kritik dan saran dipersilahkan,asal dngn bahasa yg sopan.
Jangan lupa untuk vote, dan mkasih sudah mendukung author sejauh ini.
Bye bye di chapter berikutnya,jangan bosan ya 🙏🙏🙂😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, My Boy [ON GOING]
Teen FictionLuna menelan ludahnya dengan kasar,berlahan ia melepaskan genggaman tangan Rey. "Maaf,gue enggak bisa.Lo tau kan kalo gue udah punya pacar,bahkan udah tunangan.Kalo Gilang tau ini,lo bakal celaka Rey," tolak Luna. "Gue tau Kak Luna udah punya pacar...