33. Special Part: Home sweet home

6.1K 316 23
                                    

Katanya Gery itu termasuk anak yang beruntung, berasal dari keluarga kaya dan orang tua yang sayang padanya. Iya, Gery mensyukuri itu, ia sangat bersyukur berada di tengah-tengah orang yang sayang padanya. Dirinya pun sudah berdamai dengan dirinya sendiri, ikhlas dengan apa yang Tuhan beri.

Saat ini, hidungnya kembang kempis, matanya sudah berkaca-kaca saat melihat penampilan dirinya di depan kaca. Gery mendelik tajam ke arah Dewa, orang yang sudah membuat moodnya hancur di pagi hari ini.

Bagaimana tidak? Dewa memaksa untuk mencukur rambutnya walau anak itu sudah menolak tak mau Dewa menyentuh rambutnya. Dengan segala bujuk ragu, Dewa meyakinkan Gery jika hasil potongannya akan rapi dan bagus. Tapi apa ini? Gery ingin menangis saja rasanya.

"M-maaf Dek, gue nggak sengaja. Beneran deh," kata Dewa, antara menahan tawa dan kasihan melihat maha karyanya sendiri. Ia tidak menyangka bahwa potongan rambut tersebut akan menjadi sekacau ini.

"Jangan ketawa!" Sentak Gery, ia merasa kesal pada Dewa karena sudah memotong rambutnya, lihat saja sekarang, rambutnya menjadi jelek, Dewa memotongnya kependekan dan membuat dirinya jadi aneh.

Gery menangis di tempatnya, membuat Dewa yang tadinya sibuk menahan tawa melihat hasil karyanya itu kelabakan sendiri dan langsung berjongkok di depan anak tersebut, "maafin Kakak Ger, Kakak nggak sengaja. Beneran deh, nggak jelek kok. Ini bagus Ger, percaya sama gue."

Di tengah dirinya yang masih menenangkan Gery yang menangis, pintu kamar tersebut terbuka dab menampakkan Gara yang kaget akan pemandangan di depannya.

"Gery kenapa?" Tanyanya khawatir.

Gery yang mendengar suara kakaknya itu dengan cepat mendorong kursi rodanya mendekat dan langsung mengadu. "Kakak, Kak Dewa nakal. Rambut gue jadi jelek."

Sejenak Gara akan tertawa melihat bentuk rambut sang adik saat ini, tapi ia tahan saat melihat wajah sedih sang adik, ia jadi tidak tega. Lantas ia memeluk anak itu ke dalam dekapannya.

"Gue beneran nggak sengaja Gar, sumpah. Tapi gue udah liat videonya gimana, gue nggak tau jadinya bakal kayak gini," ujar Dewa, memperlihatkan ponselnya yang menanyakan video yang dirinya maksud. Tadinya Dewa akan membuat model Gery seperti itu.

"Lo nya juga aneh, kalo nggak bisa nggak usah banyak gaya," cibir Gara yang masih memeluk sang adik.

"Iya, gue minta maaf," katanya seraya mendekati Gery yang masih memeluk Gara itu. "Maaf ya Ger, kakak nggak sengaja."

Namun sepertinya Gery masih marah pada Dewa, anak itu tidak bergeming di tempatnya dan masih setia memeluk Gara. Sementara Gara tersenyum kemenangan di tempatnya.

"Udah sekarang kita makan dulu," ujar Gara pada sang adik.

Gery mendongak melihat sang kakak, "rambut gue gimana?"

Gara tersenyum geli melihat wajah sang adik yang terlihat menggemaskan ini. "Nanti kita ke barber shop, rapihin rambut lo."

***

Tak ada yang lebih di syukuri, dibandingkan melihat tawa mengembang di wajah sang anak. Tadinya, Adam takut jika tawa itu hilang setelah apa yang terjadi pada anak tengahnya tersebut.

Saat mendengar vonis jika Gery dinyatakan lumpuh, Adam kehilangan pijakannya, dunianya terasa hancur. Ia yang mendengarnya saja merasa lemah, bagaimana dengan Gery yang mengalami hal tersebut? Sanggupkah Gery menerima kondisinya yang sekarang? Bisakah Gery tetap maju tanpa kedua kakinya? Mampukah anak itu tersenyum di tengah kondisinya ini?

Masih terekam jelas saat pertama Gery mendengar vonis tersebut dari bibir sang dokter, anak itu diam, tidak berteriak frustasi atau menangisi keadaannya, tapi dengan tatapan yang kosong. Adam takut mental anak tersebut juga terguncang, tapi nyatanya Gery lebih kuat dari yang ia kira.

Cahaya Di Antara Bayangan [End]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang