Seorang pria lengkap dengan pakaian mahkota kebanggaannya berdiri membelakangi pemuda yang kini membungkuk hormat padanya. Pemuda itu adalah tangan kanan yang diberi tugas untuk memantau kegiatan di kerajaan. Ia melaporkan bahwa sebentar lagi wilayah utara memasuki bulan September. Di mana bulan tersebut tempat diadakan festival bunga mekar, guna menyambut ekuinoks atau sering dikenal dengan perayaan datangnya musim semi.
Festival yang dimaksud pun merupakan acara yang terjadi setahun sekali. Menurut para tetua, datangnya ekuinoks merupakan berkah bagi wilayah utara. Bulan yang di dalamnya dipenuhi kebahagiaan nan kesejahteraan untuk rakyat yang hidup di dalamnya.
Festival ini pun sudah terjadi secara turun temurun, mulai dari Yang Mulia Raja Croxerz I hingga yang sekarang menjabat—Yang Mulia Raja Croxerz VII. Pria yang kini berbalik menghadap sang tangan kanannya. Menatap lurus pemuda yang menunduk dalam tersebut.
"Panggil semua tetua agar berkumpul di ruang singgasana!"
"Baik, Yang Mulia."
"Festival kali ini harus dilaksanakan dengan lebih meriah."
Suara berat Yang Mulia Raja Croxerz VII membuat pemuda itu mendongak, lantas mengangguk patuh.
"Baik, Yang Mulia, siap laksanakan," jawabnya masih pada posisinya.
"Bagaimana dengan batu safirnya?"
"Saya mendapat laporan bahwa batu safir itu sedang dalam perjalanan menuju Kerajaan Croxerz, Yang Mulia. Suku Zerorez mengirim para pengawal terbaiknya untuk menjaga batu itu."
"Kau boleh pergi," ucap Yang Mulia Raja Croxerz VII setelah mengangguk pelan.
"Baik, Yang Mulia."
Pemuda itu mengangguk lagi, lantas berdiri. Pamit pada sang raja yang mengambil posisi tangan di belakang punggung. Setelahnya pemuda itu berlalu pergi dari ruangan sang raja. Membiarkan pria itu berdiri dengan takzim menatap foto sang ayah—raja sebelumnya—di dinding yang berada tepat di atas meja kerjanya.
"Semoga semuanya berjalan lancar."
*
Semilir angin menemani anak-anak yang berlarian di tengah-tengah orang-orang yang sibuk. Mereka tertawa gembira membawa keranjang kecil berisi kelopak bunga. Melewati orang-orang yang sibuk menghias rumahnya masing-masing dalam menyambut festival tahun ini.
Berbeda dengan anak-anak, berbeda pula dengan ibu-ibu. Wanita-wanita itu sibuk bergulat di dapur, berkreasi menciptakan kue-kue manis untuk persembahan pada festival nanti. Sekali-dua kali berdecak karena anak-anak mereka yang jahil mencicipi sembarangan adonan kue mereka. Selain itu, beberapa mengemas barang di ruang tengahnya. Barang-barang yang nantinya disumbangkan di festival untuk diberikan kepada orang-orang yang mempunyai keterbatasan.
Semuanya terlihat semangat, wajah-wajah berseri menampilkan bagaimana senangnya mereka menyambut festival datangnya musim semi tersebut.
Suasana kota-kota di wilayah utara dipenuhi oleh dengan kegembiraan, bahkan di istana kerajaan Croxerz pun para pelayan terlihat sibuk berlalu lalang menyiapkan segalanya demi keberlangsungan festival tersebut.
Terutama di ruang singgasana. Para orang dewasa itu membahas festival dengan diiringi tawa gembira. Seperti saat ini, ruangan yang luasnya bak stadion bola itu terisi dari Yang Mulia Raja Croxerz VII beserta dua tangan kanannya—Riggen dan Leftin, empat orang berpakaian serba putih, dan satu orang berpakaian serba hitam.
Empat orang berpakaian serba putih itu merupakan para tetua dari masing-masing kota di wilayah utara. Pertama, ada Monolaz Zigwey, tetua dari kota Deeown. Menurut kabar, ia adalah tetua yang paling disegani dan tentu usianya paling renta di antara tetua yang lain.
Kedua, Orton Eileen, tetua dari kota Ceeown. Menurut kabar yang beredar, bahwa ia memiliki anak yang sangat cantik nan berbakat di bidang sihir. Tidak hanya itu, ia termasuk tetua yang paling muda di antara mereka berempat.
Ketiga, Trivas Aideen, tetua dari kota Geeown. Tetua satu ini cukup tertutup, sehingga informasi tentangnya hanya diketahui oleh segelintir orang saja. Bahkan menurut kabar, bahwa ia merupakan salah satu tetua yang tidak menikah hingga berumur lanjut.
Keempat, Paraneta Dorisson, tetua dari kota Teeown. Tetua yang yang berada di posisi tengah-tengah. Usianya berada di bawah Monolaz dan Trivas, dan berada di atas Orton.
Terakhir, pria dengan pakaian serba hitam itu ialah kepala suku di Zerorez. Daerah yang berada di bagian pedalaman wilayah utara. Tempat batu agung itu disimpan di sana.
"Tidak perlu dicemaskan, semua sudah dipersiapkan dengan matang." Paraneta menyahut atas kekhawatiran yang diceritakan oleh sang raja.
"Bukan begitu, Para, tetapi kita harus punya rencana jika nanti festival ini tidak sesuai dengan yang telah direncanakan," sanggah Yang Mulia Raja Croxerz VII. Entah mengapa ada perasaan tidak enak menyusup di sanubarinya.
"Sudahlah, Yang Mulia, tidak perlu terlalu dipikirkan. Hamba mohon untuk tidak membuat kami berpikir yang tidak-tidak, Yang Mulia." Orton yang duduk di sebelah Monolaz ikut menyahut, sedikit protes dengan penyampaian pemikiran negatif sang raja.
"Benar kata para tetua, Yang Mulia. Anda tidak perlu cemas semasih batu safir itu aman di Zerorez, maka tidak akan terjadi hal yang buruk. Lebih baik anda berpikir positif Yang Mulia, karena sejatinya pemikiran baik akan melahirkan hal yang baik pula."
Keempat berpakaian putih itu mengangguk-angguk, setuju dengan penuturan yang disampaikan kepala suku Zerorez.
Belum sempat Yang Mulia Raja Croxerz VII menyahuti, tiba-tiba seekor burung berwarna hitam masuk ke ruangan tersebut. Membuat semua yang berada di ruangan tersebut terkejut. Belum habis keterkejutannya, kawanan burung yang sama hitamnya melewati langit-langit istana.
Angin pun berembus kencang, menembus tirai-tirai jendela yang ada di istana. Menyebabkan kepak-kepak terdengar mengerikan dari tirai-tirai tersebut.
Tidak hanya di istana, di bagian keempat kota itu pun semua warga mulai ribut karena kedatangan angin kencang tersebut. Hiasan-hiasan di sekeliling rumah yang sudah dibuat sedemikian rupa, kini harus raib mengikuti alur sang angin.
Semuanya berubah. Suara tawa gembira anak-anak yang tadi kini berubah menjadi tangisan pilu nan ketakutan yang mereka rasakan. Ditambah dengan gemuruh yang mulai bersahutan di wilayah utara.
"Aku sudah mengatakannya! Perasaanku sedari tadi sudah tak enak. Kini cepat periksa ada apa sebenarnya!" seru Yang Mulia Raja Croxerz VII beralih menyuruh kedua kaki tangannya.
"Jika seperti ini, maka kami juga harus kembali ke daerah masing-masing, Yang Mulia." Paraneta membuka suara, diangguki yang lain.
Wajah-wajah yang gembira tadi, kini sudah tak ada. Tergantikan wajah serius nan terselip kecemasan.
"Baiklah, kalian boleh pergi." Raja Croxerz VII mengizinkan, lantas ia menoleh pada Monolaz yang sama pucatnya dengan tetua yang lain. "Kirim para alumni sihir dari akademik untuk membantu di setiap wilayah utara!"
Monolaz mengangguk pelan, "Baik, Yang Mulia. Kalau begitu, saya izin pamit," katanya sambil menundukkan kepalanya, hormat.
"Kuncinya ada di Zerorez."
Kepala suku Zerorez itu bergumam, lantas mengangguk mengiyakan. "Jika begitu, saya juga izin pamit, Yang Mulia."
Yang Mulia Raja Croxerz VII mempersilakan semuanya kembali ie wilayah masing-masing. Sementara ia akan mengatasi masalah yang ada di istana.
"Semoga bukan pertanda buruk," gumamnya sembari pergi dari ruangan itu.
---
by Tira
KAMU SEDANG MEMBACA
September : Chaos! [END]
FantasyFestival Bunga Mekar merupakan salah satu perayaan untuk menyambut pergantian musim semi di kerajaan Croxerz. Festival ini sangat dinantikan setiap tahunnya karena selalu ada hal baik yang terjadi saat festival ini berlangsung. Sayangnya, tahun ini...