Siang berganti sore, ketiga orang itu masih melangkahkan kedua kakinya menuju Desa yang menjadi tujuan utama keberangkatan mereka. Benak Asept masih bertanya-tanya tentang apa yang dikatakan oleh orang buta yang mereka temui tadi siang. Lamunannya buyar ketika Pia menyentuh pundaknya.
"Kamu baik baik saja, Sept?" tanya Pia. Raut khawatir nya selalu berhasil membuat Asept bingung harus menjawab apa.
"Ah, tidak. Aku hanya mendadak teringat pada apa yang dikatakan orang tadi." Asept tersenyum kaku.
Fokusnya hancur saat kaki Asept tak sengaja menginjak tali yang tersembunyi di semak semak. Dirinya terpeleset dan kepalanya hampir terbentur keras. Jax juga Pia hanya mampu menghembuskan nafas melihat tingkah temannya yang ceroboh.
"Jangan bercanda lagi, Sept. Kita tidak tahu bahaya apa yang akan terjadi jika kita lengah," ucap Jax sambil mengulurkan tangan untuk membantu Asept bangkit.
"Ucapanmu selalu dingin, Jax. Tidakkah kita harus menambahkan sedikit hiburan di perjalanan seperti ini?" Asept menarik tali yang tadi membuatnya tertarik ke atas.
"Tapi kali ini aku sedang tidak bercanda."
Mata Pia membulat, "Ini jebakan?!"
"Sial!"
Jax bersiap dengan apapun yang akan terjadi. Asept sudah menduga hal ini, hutan lebat yang sangat lembab itu tidak mungkin aman. Apalagi matahari yang hampir tenggelam menjadikan mereka harus segera menemukan tempat bermalam yang jauh dari kata 'bahaya'.
*
"Bawa penyusup itu ke hadapanku!" titah Gamoon pada prajuritnya.
Nampak suku tersebut membawa tiga orang asing yang tangannya terikat kuat. Gamoon mengerutkan keningnya, ia merasa tak asing pada seseorang yang di sangka sebagai penyusup itu. "Kau datang dari mana? Berani sekali datang ke kawasan terlarang ini!" ujar Gamoon pada Pia.
Awalnya Asept, Jax dan Pia kebingungan dengan bahasa daerah Zerorez, tetapi beberapa saat kemudian Pia tahu arti bahasa tersebut. Pia selalu menemukan bahasa yang digunakan Gamoon pada obat-obatan herbal, komposisinya selalu tertulis dalam bahasa suku Zerorez.
"Ampun, Tuan. Kami datang kemari tidak memiliki niat yang jahat sama sekali." Jeda, Pia mengambil nafas. "Kami datang atas perintah Yang Mulia Raja Croxerz VII," lanjutnya. Suara Pia masih gemetar.
"Bagaimana aku bisa mempercayai kalian?"
Asept dan Jax saling pandang, keduanya tak mengerti apa yang sedang Kepala Suku dan Pia bicarakan. Wajah Pia nampak serius, sudah terlihat beberapa kali Pia meneguk salivanya kasar. Angin sore menjelang malam itu menusuk tulang mereka. "Sermoon akan mengenaliku, Tuan."
Pia meyakinkan Gamoon jika dirinya bukanlah orang jahat. Perasaan Gamoon sekarang campur aduk, antara harus percaya atau tidak. Dirinya melihat ke sekitar, hari sudah mulai malam.
"Aku akan memberi kalian kesempatan untuk membuktikan niat baik kalian. Bagi kami kalian ada orang asing, kami takut jika kalian ada hubungannya dengan hilangnya jantung Zerorez."
Pia menghela nafas lega, setidaknya mereka malam ini tidak menjadi santapan peliharaan kepala suku itu.
"Kalian menginap saja—"
"Tuan Gamoon!" panggil seorang wanita paruh baya yang baru saja berlari. Wajahnya pucat pasi, dadanya naik turun juga tangannya yang gemetaran. Gamoon menyuruh wanita itu untuk tenang dan menceritakan apa yang terjadi.
"Anakku ... anakku tiba-tiba mengalami kejang-kejang, Tuan. Padahal pagi tadi tubuhnya sehat-sehat saja. Tolong bantu kami, Tuan," jelas si Wanita seraya tak kuasa menahan tangisnya. Ia bahkan berlutut meminta pertolongan Gamoon.
KAMU SEDANG MEMBACA
September : Chaos! [END]
FantasyFestival Bunga Mekar merupakan salah satu perayaan untuk menyambut pergantian musim semi di kerajaan Croxerz. Festival ini sangat dinantikan setiap tahunnya karena selalu ada hal baik yang terjadi saat festival ini berlangsung. Sayangnya, tahun ini...