13 - PEMBERIAN KEPALA DESA

18 13 0
                                    

"Anda begitu cantik, Nona Pianne. Lihat kulit yang putih bersih ini. Sungguh, kami merasa terhormat mampu merias Anda," ucap salah satu pelayan yang datang membawa berbagai macam bunga untuk pelengkap mandi gadis itu.

Pia tersenyum kaku, dirinya tak menyangka dengan pelayanan penduduk desa ini. Ia memikirkan apa yang Asept pikirkan sebelumnya. Apa aku menjalani ritual sebelum ditumbalkan? batin Pia, gadis itu menjerit dalam hatinya.

"Itu Nyonya Kepala!" seru salah satu dari beberapa pelayan dalam ruangan itu.

Pia menoleh, nampak seorang wanita dengan pakaian mewah datang menghampirinya. Perhiasan di tangan, leher juga kepalanya begitu berkilauan. Tangannya meraih Pia seraya berkata, "Kamu tamu istimewa itu, ya? Aku begitu senang menyambut kedatangan mu, Nona ...?"

"Pianne Eileen. Panggil saja saya Pia, Nyonya," balas Pia penuh hormat.

"Jangan terlalu formal denganku, Nona Pia. Mari kubantu persiapannya."

Wanita itu merupakan istri dari kepala desa. Eydli Uhtred namanya, ia dikenal dengan sikap keibuannya yang kuat kepada anak-anak. Wanita itu juga bahkan disebut sebagai ibu dari anak-anak yang tak memiliki orang tua.

Hampir sepuluh menit kulit Pia diolesi lulur herbal yang dipercaya oleh warga desa mampu menghilangkan berbagai penyakit dan bala. Dan selama itu juga Pia hanya terdiam seraya bertarung dengan pikirannya sendiri.

"Nona Pia," panggil Eydli saat mendapati Pia yang tengah melamun.

"Ya, Nyonya?"

Eydli tersenyum ramah kemudian mengguyur tubuh Pia dengan air beraroma bunga. "Apa yang tengah kamu pikirkan sampai melamun begitu lama? Apa itu tentang misi yang kalian bicarakan sebelumnya?"

"Ah, bukan. Saya hanya sedang memikirkan apa yang sedang teman-teman saya lakukan saat saya di sini," bohong Pia.

"Begitukah?" Jeda, Eydli mengambil nafas dalam. "Tapi aku merasakan energi yang berbeda dari salah satu teman mu itu."

Mata Pia membelalak. "Apa maksud, Nyonya? Energi kami tentu berbeda-beda." Dirinya kini menerima handuk tebal untuk mengeringkan tubuhnya yang basah.

Eydli hanya tersenyum. Ia menuntun Pia menuju kamar yang tergolong cukup luas jika hanya ditinggali oleh satu orang. Pia diberikan beberapa pilihan dress yang akan ia kenakan. "Yang satu ini cocok untukmu, Nona Pia."

"Setelah Nona Pia selesai memakai pakaiannya, lakukan langkah selanjutnya. Aku akan menunggu di luar," titah Eydli pada pelayan di ruangan tersebut.

**

"Cantik."

Kata itu keluar dari mulut Asept tanpa ia sadari. Untaian rambut Pia begitu indah, dilengkapi dengan sebuah mahkota bunga dan bunga-bunga kecil yang menghiasi kepalanya. Bahkan tanpa perhiasan apapun, gadis itu nampak sangat bersinar saking cantiknya.

"Upacara penyambutan sudah selesai!" seru Eydli saat melihat suaminya yang telah kembali bersama kedua remaja itu; Asept dan Jax.

"Kedipkan matamu, Jax. Aku tahu Pia cantik, tapi tolong jangan ambil kesempatanku!" gerutu Asept seraya memutar bola matanya kesal.

Jax berkedip, lalu menoleh. "Ambil saja, aku tak peduli," katanya tak acuh.

"Terimakasih Tuan dan Nyonya karena telah menerima kedatangan kami," ucap Jax seraya menundukkan kepalanya, kemudian diikuti Asept.

Pia tersenyum hormat kepada Eydli yang telah meriasnya.

"Tidak apa anak muda. Anggap saja ini sebagai hadiah dari kami untuk kalian yang akan mengembalikan Ekuinoks kami," ujar Eydli.

September : Chaos! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang