4 - PANGGILAN RAJA

30 16 0
                                    

Di ujung desa Deeown, terdapat sebuah kawasan yang hampir tidak terjamah sinar matahari dan dipenuhi lembah gelap. Dikenal pula sebagai rumah bagi segala jenis kehidupan flora dan fauna beranekaragam. Dingin dan mencekam adalah dua kata yang paling tepat untuk menggambarkan kawasan itu. Membuat siapa pun tidak ingin berada di sana dalam waktu lama.

Kawasan itu dikenal juga sebagai kawasan paling liar dan ganas. Di mana kekuatan adalah senjata paling ampuh untuk merengkuh kemenangan. Lemah berarti kalah, dan tidak ada tempat bagi mereka yang kalah di sana. Kalah sama artinya mati di perut sang pemangsa. Kehidupan mangsa dan pemangsa memanglah kejam, tetapi akan selalu ada tempat bagi mereka yang lemah dan tidak ingin menyerah.

Lemah tidak selalu berarti kalah. Ada ruang untuknya menunjukkan kekuatan. Seperti hari ini contohnya. Hilangnya batu safir agung tidak hanya membuat penduduk Kerajaan Croxerz gelisah, tetapi berbagai jenis fauna yang berhabitat di sana pun ikut merasakannya. Semua makhluk hidup yang tinggal di sana berhamburan tidak tentu arah. Saling menyakiti satu sama lain tanpa alasan yang pasti. Tidak ada lagi yang kuat ataupun lemah, yang ada hanya keinginan untuk menang dan menjadi pemangsa.

Tidak butuh waktu lama untuk menciptakan kekacauan di rumah paling dingin, liar dan ganas itu. Segala yang ada di sana telah porak-poranda. Pohon-pohon dan tumbuhan menjadi sasaran paling empuk. Mereka tidak bisa berbuat apa pun selain pasrah. Hancur tidak berbentuk karena serangan ganas fauna biasa ataupun monster berbahaya dan mematikan.

Satu persatu monster mencari jalan keluar meninggalkan rumah mereka. Mencari tempat baru guna mendapatkan mangsa paling lezat yang belum pernah mereka cicipi sebelumnya. Namun, keinginan monster-monster itu dapat dibaca oleh seorang kepercayaan Tetua di menara sihir. Di mana keluarnya mereka dari habitat menjadi sinyal yang pasti sampai pada menara sihir.

"Permisi, Tuan. Saya ingin menyampaikan bahwasanya keadaan semakin darurat. Monster-monster telah memasuki wilayah Kerajaan Croxerz dan Tuan diminta Yang Mulia Raja ke istana," ucap lelaki itu sopan, tanpa bisa menyembunyikan raut khawatir yang tergambar jelas di wajahnya.

Monolaz mengangguk mengerti. "Baiklah, saya segera ke istana dan perketat penjagaan di menara sihir," balasnya.

Lelaki itu mengangguk sebelum pamit meninggalkan Tetua wilayah Deeown. Seperti yang telah disampaikan Monolaz sebelumnya, penjagaan di menara sihir akan semakin diperketat, sebab, monster-monster yang keluar dari sarangnya itu bukanlah monster biasa dan mudah untuk dikalahkan.

"Anak-anak, kita berangkat ke istana sekarang," kata Monolaz serius.

"Ada apa, Tuan? Apakah kita mendapatkan undangan makan dari Yang Mulia Raja Croxerz VII." Remaja berambut perak itu berucap antusias.

"Jangan bercanda, Sept!" ucap Pia seraya menyikut Asept.

"Siapa tahu, kan," balas Asept lagi sambil cengar-cengir.

"Ayo pergi, Tuan. Kita tinggalkan saja si Asept," sahut Jax yang tidak ingin berlama-lama meladeni ucapan-ucapan tidak masuk akal Asept.

"Kita pergi sekarang."

Kelima remaja itu menuruti Monolaz dalam diam. Dikarenakan letak desa Deeown tidak begitu jauh dengan istana, maka kelompok Asept bersama Tetua Monolaz lah yang bergerak menuju istana. Portal yang dibuat Monolaz membawa mereka semua sampai dengan selamat ke istana.

Monolaz memimpin kelima remaja itu memasuki istana. Kedatangan Tetua desa Deeown sudah ditunggu oleh Yang Mulia Raja Croxerz VII.

"Tetua, kami boleh ikut bertemu Yang Mulia Raja Croxerz VII?" Asept kembali bertanya dengan deretan gigi yang ditunjukkan pada Monolaz.

"Bisa diam tidak, Sept?" Jax berucap dengan wajah datar.

Asept seketika bungkam. "Silakan, Tuan Monolaz. Saya dan teman-teman yang lain akan menunggu di sini," kata Asept seraya mempersilakan Monolaz memasuki ruangan sang raja.

"Asept, jangan membuat kekacauan," kata Monolaz memberi peringatan pada Asept sebelum meninggalkannya.

Pintu besar bewarna emas dengan ukiran-ukiran megah itu didorong oleh Monolaz. Terlihat singgasana amat megah yang terletak ujung ruangan dengan sang raja yang tidak dapat duduk tenang di singgasananya. Bagaimana tidak, untuk saat ini keselamatan rakyatnya benar-benar dipertaruhkan.

"Permisi, Yang Mulia. Anda memanggil saya dan anak-anak?" tanya Monolaz setelah membungkukkan badan di depan penguasa Kerajaan Croxerz itu.

"Benar, Monolaz. Aku memanggilmu karena keadaan sudah sangat genting." Raja Croxerz VII menghela napas sejenak. "monster-monster ganas itu telah keluar dari habitat mereka dan kita tidak bisa diam saja. Mulai sekarang, amankan istana dan perketat penjagaan bersama anak-anak alumni akademi itu. Bagaimanapun juga kerajaan ini adalah jantung Croxerz," lanjut Yang Mulia Raja Croxerz VII

Monolaz mengangguk. "Baik, Yang Mulia. Saya permisi," balasnya lalu berbalik. Namun, langkah Monolaz berhenti sesaat setelah mendengar Yang Mulia Raja Croxerz VII kembali bersuara.

"Semuanya akan baik-baik saja, Yang Mulia. Anda tidak perlu khawatir," jawab Monolaz mencoba menenangkan sang raja.

Raja Croxerz VII benar-benar tidak bisa menepis segala yang telah terjadi di Croxerz. Festival Bunga Mekar yang tiap tahun diadakan dengan tujuan menyambut ekuinoks September dan datangnya musim semi hancur begitu saja karena ulah orang yang tidak bertanggungjawab dan egois. Tindakan yang dilakukan si pencuri sudah sangatlah keterlaluan. Siapa kiranya si pencuri itu? Apakah dia begitu hebat sehingga mampu mencuri batu safir agung dan mendatangkan bencana bagi seluruh wilayah Kerajaan Croxerz? Siapa pun dia, Raja Croxerz VII tidak akan memberikan pengampunan. Hukuman paling berat akan menantinya.

"Kuharap juga begitu, karena keselamatan seluruh rakyat Croxerz adalah tanggungjawabku."

"Tidak, Yang Mulia. Baik saya, Yang Mulia atau bahkan para alumni akademi sihir, kita memiliki tanggungjawab untuk menjaga keselamatan rakyat Croxerz," ralat Monolaz atas ucapan Yang Mulia Raja Croxerz VII.

"Yah, kau benar, Monolaz," balas Raja Croxerz VII menyetujui ucapan sang Tetua.

Tidak hanya Tetua Monolaz Zigwey saja yang disibukkan, tetapi Tetua Orton Eileen dan Trivas Aideen pun langsung bergerak ke wilayah masing-masing. Baik Tetua Orton ataupun Trivas, masing-masing menjadi penanggungjawab atas kelima alumni akademi sihir yang sengaja diutus untuk mengamankan wilayah Kerajaan Croxerz dan empat ksatria terpilih yang telah diutus oleh istana.

Di lain sisi, Tetua Paraneta Dorisson diminta untuk memperkuat pertahanan di menara sihir yang letaknya memang tidak begitu jauh dengan desa Teeown. Bersama Tetua Paraneta, ada empat alumni akademi sihir yang membersamai dan tiga orang ksatria utusan istana. Sedangkan wilayah Teeown sendiri diperketat oleh masing-masing dua orang ksatria utusan istana dan dua orang alumni akademi sihir.

Sinyal dari menara sihir terdengar nyaring ke seluruh penjuru wilayah Kerajaan Croxerz. Memberitahukan bahwasanya monster-monster ganas itu telah memasuki desa dan diharapkan penduduk berlindung ke tempat yang aman dan tidak panik dengan datangnya monster-monster itu. Tentunya, penduduk desa juga tidak lupa mendoakan keselamatan negeri mereka dari segala bencana yang mungkin terjadi.

---

by Kaia

September : Chaos! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang