6 - PANGGILAN KHUSUS

27 14 0
                                    

Hari-hari berjalan tanpa banyak perubahan. Semua wilayah sibuk menjaga wilayahnya masing-masing dengan jumlah orang yang sangat terbatas. Tidak ada yang dapat memprediksi akhir dari pertarungan tanpa akhir ini. Bahkan sudah hampir tidak ada yang berharap akan ekuinoks yang terjadi pada bulan ini.

"Apakah kalian jadi melaksanakan rencana itu?" tanya Jax yang masih berdiri di depan salah satu monster yang siap menyerangnya. Saking seringnya berhadapan dengan para monster, Jax bahkan sudah tidak takut dan tahu kapan waktu yang tepat untuk menyerang. Bisa dilihat seperti sekarang, ia tidak cemas walaupun ada monster yang bersiap menyerangnya.

"Iya, aku sedang mempersiapkan semuanya. Dalam waktu dekat kita akan berangkat," ucap Pia yang berdiri tidak jauh dari Jax. Ia sedang sibuk dengan tanaman-tanaman herbalnya sembari memikirkan rencana yang dibuatnya.

"Perkiraan waktu?" Jax bertanya lagi tepat setelah ia selesai menghabisi monster yang ada di depannya tadi.

"Hm ... mungkin besok," gumam Pia sambil menatap ke depan dengan pikiran yang melayang jauh ke berbagai hal. Jax mengangguk pelan lalu berjalan menjauh dari Pia.

Seperti biasanya, mereka bertiga bertemu di salah satu balkon istana. Hal ini sudah menjadi kebiasaan, mereka akan secara otomatis berjalan ke balkon istana tepat setelah membasmi monster. Karena bisa dibilang balkon istana adalah tempat yang sangat strategis untuk memantau semua wilayah dan memudahkan mereka dalam melakukan tugas.

Tentu saja Asept menanyakan hal yang sama dengan yang ditanyakan Jax sebelumnya dan Pia menjawab sama seperti saat ia menjawab Jax. Mata Asept berbinar karena ia sudah tidak sabar untuk segera pergi, ia cukup bosan karena harus melakukan pertarungan yang sama berulang kali selama beberapa hari.

Selang beberapa menit, tiba-tiba ada Riggen–salah satu tangan kanan raja–yang berjalan masuk ke area balkon. Asept, Jax, dan Pia memperhatikan Riggen hingga ia berdiri di depan mereka bertiga.

"Permisi, maaf mengganggu waktunya. Perkenalkan saya Riggen, salah satu kepercayaan raja," ucap Riggen memperkenalkan dirinya sambil menundukkan badannya dengan sopan. Sebenarnya Asept, Jax dan Pia sudah pernah bertemu dengan Riggen, tapi perkenalan untuk setiap pertemuan adalah sebuah kewajiban bagi seluruh pekerja istana.

Asept, Jax dan Pia hanya mengangguk menanggapinya. Mereka sangat penasaran dan menunggu Riggen melanjutkan ucapannya, karena raja jarang mengutus langsung tangan kanannya untuk menyampaikan informasi. Yang artinya, informasi yang dibawakan adalah informasi penting dengan urgensi yang cukup tinggi.

"Raja meminta secara khusus agar saudara Asept bisa menghadap sekarang." Riggen menyampaikan pesan yang dibawanya lalu mengubah posisinya dan mempersilahkan Asept untuk berjalan ke ruangan raja dengan gestur tangannya.

Jax dan Pia hanya diam di tempat sambil saling pandang. Sedangkan Asept langsung berdiri dan mengikuti Riggen. Asept berjalan ke ruangan raja dengan wajah datar, ia sama sekali tidak bisa menebak apa yang akan dikatakan raja.

Sesampainya di depan raja, Asept langsung membungkukkan badannya untuk memberi hormat, sedangkan Riggen langsung berjalan ke samping singgasana raja.

"Selamat malam, Raja Croxerz VII, saya datang untuk memenuhi panggilan, apakah ada yang harus saya lakukan?" tanya Asept dengan hati-hati.

"Ada beberapa kabar yang saya dengar ... mengenai pelaku yang sedang dicari." Ucapan raja membuat Asept tersentak kaget. Ia tidak mengira bahwa raja akan membicarakan hal ini dengan dirinya. Riggen yang berada di sebelah raja juga kaget dengan apa yang diucapkan raja karena raja tidak mengatakan apa-apa saat memintanya memanggil Asept.

Keheningan menyelimuti ruangan selama beberapa saat. Asept tidak berani mengatakan apa-apa, ia takut salah dalam merespons dan hanya menunggu raja melanjutkan ucapannya.

"Ciri-ciri dari pelaku yang paling mencolok adalah pakaiannya yang serba hitam dan gerakannya yang atletik. Pergerakannya cukup khas, tapi dengan ciri-ciri tersebut, tidak ada kesimpulan yang bisa dibuat. Intinya jika ada orang yang mirip seperti ciri-ciri tersebut, awasi dan pantau semua gerak-geriknya," titah raja dengan kharismanya.

Tak banyak orang yang diketahui dan dikenal oleh Asept sehingga ia bisa langsung mempersempit kemungkinan-kemungkinan yang ada. Raja memang sengaja menggunakan Asept karena raja yakin Asept bisa melaksanakan tugasnya dengan baik. Raja juga yakin Asept tidak akan mengkhianatinya, karena ia sudah mengetahui Asept sejak Asept kecil.

Raja bertemu dengan Asept kecil saat sedang berkunjung ke salah satu rumah sahabatnya. Seorang kakek tua yang sangat baik, tidak ada yang mengingat namanya karena semua orang selalu memanggilnya sebagai kakek tua baik hati. Asept memang sudah lama tinggal bersamanya dan selalu ikut membantu kakek tua. Sayangnya ia sudah meninggal dan Asept kini hanya tinggal sendiri di rumah kakek tua.

"Apakah bisa?" tanya raja memastikan karena Asept tidak bergeming setelah ia berbicara tadi.

"Bisa, Yang Mulia." Asept tersadar dari lamunannya dan segera menjawab raja sambil membungkukkan badannya.

Tepat setelah raja menjelaskan, Asept langsung memikirkan orang-orang yang ia kenal dan kebiasaanya hingga lupa menjawab ucapan raja. Untungnya raja tidak murka dan hanya mengulangnya dengan sebuah pertanyaan.

"Baiklah, silahkan keluar," ucap raja kemudian. Asept menunduk sekali lagi dan langsung berbalik. Tentu saja Asept berjalan kembali ke area balkon tempat ia dan yang lainnya beristirahat.

Asept berjalan perlahan agar ia memiliki cukup waktu selama perjalanan untuk memikirkan skenario apa yang harus ia buat ketika ditanyai oleh Jax dan Pia. Ia tidak mungkin mengatakan informasi yang diberikan raja tadi.

"Ada apa?" tanya Jax tepat setelah Asept sampai di area balkon. Sesuai dugaan, Jax langsung menodong dengan sebuah pertanyaan, singkat, padat dan sulit untuk dijawab bagi Asept.

Tidak langsung menjawab, Asept hanya berjalan mendekati mereka berdua dan duduk di sana. "Tidak ada yang khusus, hanya ada peringatan-peringatan terkait penanganan tugas pembasmian ini," bohong Asept.

Jax dan Pia saling pandang. Walaupun raut wajah Asept biasa saja, tapi mereka agak curiga dengan ucapan Asept, karena jika demikian seharusnya mereka berdua juga dipanggil.

"Kalau begitu besok kita bisa tetap pergi kan?" tanya Pia memastikan.

Asept mengangguk yakin. "Tadi aku sempat mengatakannya ke Riggen, ia akan menambahkan ksatria sementara di sekitar istana serta membuat area pertahanan wilayah-wilayah di sekitar kerajaan meluas agar area kerajaan lebih mudah untuk dijaga," jelas Asept sambil menunjuk area" yang ia maksudkan.

Asept, Jax dan Pia memang berencana bernegosiasi dengan Riggen atau Leftin, karena tidak mungkin mereka mendadak menghilang dari area kerajaan, karena akan sangat berbahaya. Sayangnya Riggen dan Leftin susah untuk ditemui karena sangat sibuk sehingga rencana itu terus tertunda.

Untungnya Asept mendapat panggilan khusus sehingga mereka tidak perlu repot-repot mencari lagi.

"Kalau begitu besok pagi kita berangkat ya, persiapkan barang-barang kalian," putus Pia yang disambut dengan anggukan dari Asept dan Jax.

Sebenarnya yang perlu menyiapkan banyak barang hanyalah Pia, karena Asept dan Jax hanya membawa barang-barang kesehariannya, sedangkan Pia harus memilah tanaman-tanaman herbalnya dan membawa secukupnya.

"Apakah gelombang monsternya akan semakin meningkat?" gumam Jax.

---

By Melva

September : Chaos! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang