Budayakan untuk menekan Vote dan Comment sebelum atau sesudah membaca cerita.
.
.
.
.
.
Happy reading."Jujur padaku apa kau mempunyai ketakutan terhadap sesuatu atau mungkin semacam trauma yang berlebih?"
Jennie mengerjap mendengar pertanyaan Victory. Apakah ketakutan nya selama ini terlihat jelas oleh pria itu?
"Aku...aku– apa ketakutan ku terlihat jelas olehmu?"
"Hmm sangat jelas. Sebenarnya aku ingin mencari tahu sendiri tetapi aku ingin mengetahui nya langsung dari mulut kekasih ku sendiri. Jadi jawab saja dengan sejujurnya dan tumpahkan semua beban yang kau pikul sendiri selama ini. Karena aku selalu ada disini untuk mu. Sayang, kau percaya padaku bukan?" Tanya Victory sambil membawa tubuh sang gadis untuk mendudukkan di pangkuannya.
"Ya, tentu saja aku mempercayai mu, V."
"Kalau begitu ceritakanlah semua kesulitan yang telah kau lalui selama ini."
Jennie tersenyum tipis menghembuskan nafasnya berat. Sebenarnya ia tak ingin mengungkit ataupun membicarakan tentang masalalu nya dulu, namun Jennie juga sadar bahwa dia butuh tempat untuk mengeluh kesah dan bahu untuk bersandar setelah kejadian buruk yang menimpanya beberapa tahun lalu.
Toh lagipun sekarang Victory sudah resmi menjadi kekasih nya jadi tidak perlu ada yang di sembunyikan lagi.
"Dulu ketika aku masih kecil...."
Flashback on :
A Few Years Ago.
"Ishh menyebalkan, kenapa Eomma belum menjemputku sih?" Jennie kecil berdumal kesal sambil menghentakkan kaki di tempat nya berdiri.
"Sudah satu jam lebih aku menunggu disini, huaa membosankan. Apa aku pulang sendiri saja ya? Emm ide bagus daripada berdiri disini sendirian bisa-bisa aku mati kelaparan tanpa bisa merasakan masakan Eomma lagi." Tanpa berpikir panjang langkah kecil nya mulai menjauh dari perkarangan sekolah.
Jennie berjalan kaki dengan bersenandung riang dan sesekali tertawa ceria.
"Hufttt berapa lama lagi harus sampai di rumah? Hah aku lelah terus berjalan, eungg tunggu dulu—apa ini jalan yang benar huhu aku lupa jalannya bagaimana kalau aku tersesat." Jennie memandang sekelilingnya namun nihil dia tak ingat apapun tentang jalan disini.
Sepertinya Jennie berjalan terlalu jauh tanpa menyadari dia melangkah ke arah mana. Jennie benar-benar takut karena jalanan sini tak ada orang yang berlalu lalang mungkin hanya beberapa kendaraan yang melintas itupun hanya satu atau dua. Jennie berlutut dan menyembunyikan wajahnya di kedua tangannya mulai terisak kecil.
"Apa hiksss apa yang harus aku lakukan, aku takut. Eomma, Appa to-tolong Jennie hikss."
Di sisi lain seorang pria misterius yang memakai pakaian serba hitam menyeringai kecil melihat mangsa yang diincarnya kini tengah menangis sendirian tanpa ada orang di sekitarnya.
"Bagus, ini adalah waktu yang tepat untuk menculik bocah ingusan itu. Lihat saja aku pasti akan membuat anak kalian berdua se-menderita mungkin. Tunggu saja permainannya." Gumam pria paruh baya itu dengan pelan sembari menampakkan seringai jahatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boss and Secretary || Taennie
Romance[18+] Warning!! Ini ada adegan dewasa ya jadi untuk para anak kecil diharap menjauh. the story of the boss and his secretary. "Jennie Kim, you are the only woman who catches my attention, you are very different and special in my eyes. I will try to...