Masalah

957 105 21
                                    

Di pojok deket dengan taman ada sepasang manusia yang sedang menikmati sarapan paginya. Hanya ada sendok dan garpu yang setia menemani ke bisuan mereka.




"Nab" Kata pertama yang diucapkan setelah dia merasa selesai dengan makanan yang ada dihadapannya.



Perempuan didepannya yang merasa terpanggil pun menoleh, melihat arah suara itu.



"Ada yang mau aku omongin" Ucap Paul dengan nada hati-hati.

"Iya"

"Sebelumnya aku mau makasih terlebih dahulu ke kamu"

"Makasih untuk semua hal yang udah kita lalui Nab, suka senang di karantina ini sangat berkesan dan banyak sekali perubahan positif yang bisa aku ambil"

"Nab" Meraih tangan Nabila yang ada di atas meja makan.

"Deggg" Jantung Nabila berdetak lebih kencang dari biasanya. Hal yang ia hindari, sekarang terjadi.

"Mungkin rasanya terlalu cepat untuk mengatakan aku sayang kamu"

"Tapi jujur aku sudah merasakan itu dari lama"

"Entah kapan tapi rasanya sudah sangat lama aku memendamnya"

"Banyak Fansbase yang mencocokkan kita, awalnya itu sekedar kebetulan ataupun seru seruan"

"Tapi ternyata aku tenggelam dalam skenario mereka"

"Aku cinta kamu Nab" Menatap mata lebih dalam lagi. Sejak dari tadi Paul tidak berhenti menatap Nabila. Rasanya jauh lebih sakit jika harus pulang dengan membawa beban perasaannya.

"Kak.... " Belum sempat melanjutkan kata nya Paul memotong ucapan Nabila.

"Aku tidak memaksamu, aku tau yang suka sama kamu bukan hanya aku" Paul yang dari awal menyadari saingan dimana-mana terlebih sahabatnya dekat nya juga telah menembaknya dan sampai saat ini masih belum menerima jawaban.

"Aku tidak ingin jawabanmu sekarang"

"Pikirkan baik-baik dulu, siapa yang lebih pantas jadi pasangan mu"

"Maaf aku ngomong seperti ini, karna aku rasa aku gak sanggup menyimpannya sendiri terlebih aku harus pulang"

"Wajah yang sering kali aku lihat disini mungkin akan sangat jarang aku lihat lagi" Ucap Paul lalu menundukkan tatapannya.

"Jangan ngomong gitu, kita pasti sering ketemu kak. Setelah ini pasti kita banyak kerja bareng" Ucap Nabila memberikan sedikit semangat.

"Semoga ya Nab"

"Jaga kesehatan kamu yah, jangan cape cape, minum vitaminnya, kamu semangat, bentar lagi cita-cita kamu tercapai" Ucap Paul sambil mengelus sayang tangan yang dari tadi ia genggam.

"Iya kak makasih" Menghapus air mata yang tiba tiba menetes ke pipinya.

"Kenapa nangis hey" Menghapus sisa-sisa air mata Nabila dengan tangan kanannya.

"Aku gak tau" Menggelengkan kepalanya.

"Kamu hebat tau, Abi sama Uma pasti bangga sama kamu"

"Kamu hebat Nabila Wulandari" Memberikan senyum terbaiknya.



Sebenarnya Paul pun ingin sekali menangis dan berteriak karna gadis yang dia sayanginya menangis tepat di depannya



"Ka Paul juga hebat"

"Semangat ya, jangan lupain Nabila"

"Papah sama Mamah kaka juga pasti bangga"

"Tetap jadi Paul yang Nabila kenal ya"

Kalah StartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang