Waktu berlalu, tidak terasa sudah dua tahun Panji dan Amanda berkuliah, juga hidup di Jakarta. Panji menjalani kuliahnya yang semakin sibuk, dan pekerjaan sampingan juga menyita waktu. Hampir tidak tersisa waktu untuk berkencan dengan Amanda. Tetapi ia selalu sempatkan setiap malam Minggu, atau ketika hari libur, ia akan meninggalkan yang bisa ditinggalkan, demi bisa menumpahkan perhatiannya pada sang kekasih.
Sebenarnya kesibukan Amanda juga tidak kalah gila. Di hari biasa ia mengikuti jadwal perkuliahan, sementara di hari libur, Amanda pergi mengikuti jadwal syuting. Benar! Setelah berhasil mementaskan sosok Ibu Fatmawati waktu itu di kampus, bakatnya dalam seni peran mencuri perhatian banyak orang. Ia jadi sering dapat tawaran untuk syuting iklan atau film televisi, mengisi peran-peran figuran. Lama-lama, dapat jatah peran pendukung. Sebenarnya tawaran membintangi film dan sinetron remaja sebagai pemeran utama banyak datang, hanya saja Amanda sering menolak, karena tidak ingin kuliahnya keteteran.
Amanda adalah gadis yang mandiri. Sejak ditinggal mati ibunya, ia sering mengerjakan segala sesuatunya sendiri. Termasuk mengurus hidupnya. Ia tahu, Panji sibuk. Ia tidak ingin mengganggu hanya karena minta diantar-jemput ke mana-mana. Walau sekarang Panji sudah punya motor. Dibeli dari hasil menyisihkan gajinya saat bekerja di kafe. Walau hanya motor bekas.
Bahkan saat Panji libur, tetapi Amanda malah syuting, dia hanya menyarankan pada Panji untuk memakai waktu luang begitu untuk istirahat.
"Tapi aku mau nemenin kamu, Yank," kata Panji, pada suatu hari, ketika dengan susah payah mendapatkan kesempatan bersama Amanda, tetapi kekasihnya itu malah harus syuting.
"Nanti aja, kalau aku udah jadi bintang beneran, baru deh," jawab Amanda sambil berkelakar.
"Ih, kamu ya. Aku ini loh, kangen setengah mampus sama kamu. Seminggu ya, gak lihat kamu, gara-gara kuliah sibuk, trus kafenya rame pula." Panji mulai menggerutu.
Amanda duduk di samping Panji. "Yank, semua kesibukan, kesusahan, dan jerih payah kita saat ini adalah bekal buat masa depan kita berdua. Itu kan yang kita mau?" Ia merangkul Panji. "Mungkin akulah yang paling pengen kita berdua sama-sama sukses."
Panji tersenyum. "Kamu selalu menyuntikkan semangat buat aku. Tapi, hari ini aku tetep mau nemenin kamu syuting. Sebelum nanti kamu beneran jadi bintang besar, dan aku gak bisa nyentuh kamu."
Amanda tersenyum. "Ya udah."
Amanda memang tidak terlalu sering datang ke lokasi syuting dengan bawa pacar, tetapi beberapa kru yang pernah bekerja sama, mengetahui hubungan mereka. Salah satunya Bang Ben, petugas katering di lokasi syuting dari rumah produksi yang sering menawari Amanda memerankan satu karakter.
"Dikawal nih, Mbak Manda?" goda Bang Ben.
"Iya nih, Bang. My beloved bodyguard!" Amanda menjawabnya dengan gembira. Sebenarnya ia juga senang kalau Panji bisa menemaninya ke mana-mana.
"Ya udah, aku tunggu di sini sama Bang Ben, ya. Kamu syuting yang bagus." Panji mencium kening Amanda, memberikan dukungan dan semangat penuh cinta.
Amanda mengangguk.
Hari itu Amanda syuting di sebuah ruang apartemen, untuk film televisi remaja yang mengisahkan cerita tentang mahasiswi mandiri yang disukai oleh anak orang kaya. Amanda berperan jadi temannya si mahasiswi tersebut. Namanya Tina. Ceritanya, pada hari tersebut Tina sedang membantu temannya--si pemeran utama itu, mengerjakan tugas kuliah, karena sang teman mulai kepincut pacaran dengan cowok itu.
Namun, sampai Amanda selesai melakukan pengambilan gambar untuk dirinya, pemeran utama yang merupakan aktris FTV populer itu tidak juga datang. Sudah dihubungi berulang kali, masih tidak menyahut juga. 'Kan, seharusnya pemeran utama itu datang untuk melakukan adegan baru pulang dari pacaran, dan mengucapkan terima kasih kepada Tina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cintaku yang Terbaik
RomansPanji dan Amanda sudah menjalin cinta sejak SMA. Memutuskan bertunangan saat menginjak dunia kerja. Namun, orang tua Panji tidak setuju dengan hubungan mereka, karena sudah memiliki seorang calon istri untuk Panji, bernama Selma. Demi keinginan ora...