Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Kusuma Pertiwi dipadati oleh orang-orang dengan berbagai kepentingan. Dua korban kecelakaan dibaringkan pada dua brankar berbeda, didorong masuk, juga menuju ke ruangan yang berbeda.
Pasien prianya mengalami luka parah di bagian kepala, tangan, juga kakinya. Sedangkan pasien wanita hanya mengalami luka di kepala. Hanya satu hal yang sama, yaitu darah membasahi hampir seluruh tubuh dan pakaian mereka.
Para dokter jaga di UGD malam itu sibuk melakukan tindakan pertolongan. Beberapa orang mengenali wajah korban kecelakaan itu. Ada yang menghubungi awak media.
Seorang wartawan melaporkan langsung dari rumah sakit, "Telah terjadi sebuah kecelakaan mobil yang mengakibatkan dua orang pengemudinya terluka parah. Setelah dikonfirmasi, mobil dengan nomor polisi B 412 JNA tersebut adalah milik aktor muda ternama tanah air, Arjuna Yudhistira. Sampai berita ini diturunkan, belum diketahui identitas penumpang lain di dalam mobil."
Bustomi dikejutkan dengan berita itu, sekitar pukul dua dini hari. Ia yang tengah dibuai mimpi di samping istri tercintanya, mendapat telepon berkali-kali dari Clara.
"Aku sudah coba telepon Mas Juna berkali-kali. Gak diangkat!" pekik Clara yang merasakan khawatir luar biasa.
"Biar gue cek ke rumah sakit," kata Bustomi.
Sementara itu, Vero yang juga dengar kabar itu dari salah satu artisnya, berusaha menelepon Amanda juga. Sama. Sepupunya itu tidak menjawab. Awalnya ia maklum, karena ini tengah malam. Tetapi perasaannya tidak enak. Ia segera bersiap, menuju rumah sakit, di mana Panji juga bekerja di sana.
Panji yang tinggal di asrama dokter--masih satu komplek dengan rumah sakit, juga terbangun setelah mendengar para dokter dari kamar-kamar di sebelahnya dikejutkan dengan adanya pasien kecelakaan. Ia terbangun. Melihat rekannya sesama dokter, yaitu Anton bersiap ke UGD.
"Apa yang terjadi, Ton?" tanya Panji.
"UGD butuh tambahan dokter," jawab Anton, sambil mengunci pintu kamarnya. "Ada pasien kecelakaan."
Panji tergerak. Ia juga segera cuci muka, dan berpakaian rapi, meraih jas dokter yang tadi hanya ia sampirkan di punggung kursi.
Ruang UGD sudah riuh ramai dengan berbagai orang. Banyak wartawan. Di antaranya dari infotaiment.
Panji memasuki ruangan, di mana salah satu pasiennya adalah seorang wanita. Wajah dan tubuhnya sudah dibersihkan dari noda darah. Ia terkejut. "Amanda?"
Amanda dalam keadaan setengah sadar, tetapi ia mendengar suara Panji. "Jun... a..."
"Maksud kamu Arjuna?" Panji memastikan yang didengarnya tidak salah.
Amanda mengangguk. Ia seperti ketakutan, tetapi tidak bisa mengekspresikan dengan jelas karena sakit pada luka di kepalanya.
"A-aku akan lihatkan." Panji segera pergi ke ruangan sebelah di mana pasien kecelakaan lain sedang ditangani.
Benar. Pasien yang satu lagi adalah Arjuna.
Panji heran, bagaimana mereka bisa kecelakaan bersama? Dari media infotaiment dikabarkan, bahwa keduanya sedang dipingit.
Luka parah dialami Arjuna. Grafik pada monitor denyut jantungnya menandakan tanda vitalnya tidak stabil. Panji tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. "Juna! Hey, kamu harus bertahan!" Entah apa yang singgah di pikiran Panji. Ia hanya tidak ingin duka kembali merenggut kebahagiaan Amanda. "Bertahan!" Ia melihat rekan-rekannya berusaha menolong Arjuna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cintaku yang Terbaik
RomancePanji dan Amanda sudah menjalin cinta sejak SMA. Memutuskan bertunangan saat menginjak dunia kerja. Namun, orang tua Panji tidak setuju dengan hubungan mereka, karena sudah memiliki seorang calon istri untuk Panji, bernama Selma. Demi keinginan ora...