"Aku cinta sama... Arjuna," ucap Amanda, dengan matanya lurus menatap ke dalam sepasang mata Panji. Tanpa berkedip. Dengan seluruh kesakitan dalam hati yang ia tahan.
Tepat, ketika Arjuna datang, dengan Litha di belakangnya.
Cairan bening tumpah dari kedua mata Panji. Hatinya bagai ditikam ribuan belati. Menusuk hampir seluruh jiwanya. Ia melepaskan lengan Amanda dari tangannya. "Ini bohong! Ini gak bener!"
"Kamu gak lihat tadi kami ciuman di taman?" Amanda masih terus menyerang lubuk hati Panji, separah mungkin. "Buat aku, kamu udah gak ada artinya lagi. Jadi, please, berhenti seolah kita masih bersama. Berhenti memimpikan akhir yang pernah kita rencanakan. Semuanya sudah beda sekarang. Aku bukan Amanda yang dulu lagi." Lalu ia menarik Arjuna masuk ke dalam kamarnya. "Kami gak perlu buat pengumuman kalo udah jadian, kan?"
Panji merasa benar-benar terpukul. Tidak bisa menerima semua ini.
Arjuna tampaknya bisa mengerti situasinya. Ia berkata pada Panji, "Sekarang Amanda ini pacar gue. Jadi, tolong jangan ganggu dia lagi."
Panji pun pergi tanpa mengucapkan sepatah kata.
Amanda! Apa yang sudah kamu lakukan barusan? Benarkah begitu caranya? Cara terbaik yang terlintas di pikiran kamu? Memanfaatkan orang yang sudah begitu baik, agar orang baik lainnya menyingkir dari kehidupanmu? Benarkah semua ini tidak akan menjadi masalah?
Hanya diam, itulah yang Amanda dan Arjuna lakukan, setelah menenangkan pikiran masing-masing. Litha meninggalkan mereka berdua agar bisa bicara lebih leluasa. Tetapi mereka hanya diam.
Amanda bingung, bagaimana caranya minta maaf.
Kemudian, "Jun," ucap Amanda. Berbarengan dengan Arjuna yang berucap, "Manda..."
"Kamu duluan," kata Amanda.
"Kamu duluan juga boleh," sahut Arjuna pelan.
"Aku..." Amanda masih memikirkan kata-kata yang tepat untuk penjelasan.
"Oke, aku duluan aja." Arjuna sudah siap dengan semuanya. "Aku gak papa, kalau kamu mau jadiin sebagai pacar bohongan, supaya Panji gak ngejar kamu terus."
Akhirnya, Amanda berkata, "Maaf." Lalu bertanya, "Kenapa kamu jadi orang sangat baik?"
"Aku baik hanya ke kamu," terang Arjuna. "Aku sendiri heran. Sama orang lain tidak pernah sebegininya. Mungkin..."
"Mungkin apa?" tanya Amanda.
"Aku rasa... aku suka sama kamu, Manda," jawab Arjuna. Ia menoleh pada Amanda. "Perasaanku ini lebih dari sekedar membangun chemistry untuk peran kita di film ini. Aku suka ngeliat kamu senyum, kamu tertawa. Aku juga ikut sedih, kalau kamu sedih. Aku ikut marah saat Panji terus merongrong perasaan kamu. Aku sangat ingin menjaga dan melindungi kamu."
"Semoga itu hanya perasaan suka," ucap Amanda. "Jangan sampai berubah jadi lebih. Aku... belum siap memulai hubungan lagi." Ia langsung memperisai dirinya dengan mengungkapkan traumanya. "Aku udah gak punya siapa-siapa lagi di dunia ini. Aku gak mau ngerasain lagi sedihnya ditinggalkan tanpa pernah kembali."
"Aku gak akan pernah ngelakuin itu, Manda," tegas Arjuna. "Aku bisa ngerti kalau kamu mungkin merasa trauma atas hubungan semacam itu. Siapapun yang ada di posisi kamu, pasti juga merasa demikian. Itu normal." Lalu ia berlutut pada Amanda. Memegang tangannya. "Izinin aku buat menyembuhkan hati kamu. Aku gak papa, kalau semisalnya cuma aku yang cinta sama kamu. Atau kamu selamanya gak bisa membuka hati. Setidaknya, izinin aku untuk membuat kamu terus tersenyum dan merasakan apa itu bahagianya punya pasangan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cintaku yang Terbaik
RomancePanji dan Amanda sudah menjalin cinta sejak SMA. Memutuskan bertunangan saat menginjak dunia kerja. Namun, orang tua Panji tidak setuju dengan hubungan mereka, karena sudah memiliki seorang calon istri untuk Panji, bernama Selma. Demi keinginan ora...