Amanda dan Selma berada di dalam ruangan yang sama. Di kamar Amanda yang luas itu.
"Permainan takdir ini, sungguh menggelikan, ya?" ucap Amanda. "Sekaligus menyakitkan."
"Jadi, kamu sadar soal itu?" tanya Selma.
Amanda memberikan anggukan kepala sebagai jawabannya. "Aku bisa membayangkan, dosa sebesar apa yang tengah aku lakukan. Hanya berharap karma buruk tidak menimpa anak kami sebagai balasan dari apa yang sudah aku lakukan."
"Gak usah dipikirin lagi," kata Selma. "Sekarang kita adalah keluarga. Kamu juga istrinya Mas Panji. Kita wajib berbakti padanya." Ia memegang tangan Amanda.
Sekali lagi, Amanda menganggukkan kepala.
Setelah menikah, Amanda membuat sebuah keputusan besar. Ia ingin mundur dari gemerlapnya dunia keartisan. Vero yang paling terkejut mendengar keputusan itu.
"Manda, lo yakin dengan keputusan ini?" tanya Vero. Ia mengerti alasannya. Tetapi karir yang masih cemerlang itu, akan terasa sangat disayangkan.
"Aku yakin," jawab Amanda. "Aku ingin fokus dengan kehamilan ini, membesarkan anak ini dengan baik."
Vero bisa mengerti. Masih bisa mengerti. "Lo mau jadi ibu rumah tangga?" Ia bertanya sembari tertawa kecut.
Amanda tersenyum. "Tolong diatur ya, jumpa persnya. Untuk semua kontrak yang masih berjalan, tolong diurus pemutusan kontraknya. Aku akan bayar semua pinaltinya."
"Tabungan lo bisa habis, Manda..." Vero sampai mengerutkan kening.
"Uang masih bisa dicari lagi." Tiba-tiba Amanda mengingat-ingat, dia tidak punya kemampuan apapun selain akting. "Aku bisa belajar masak di rumah, trus jual makanan, mungkin?"
Vero semakin tidak habis pikir. "Lo pikirin lagi, deh."
"Apa lagi yang mesti aku pikirkan? Aku hamil anak lelaki yang sudah meninggal dunia. Jadi istri kedua dari mantan pacar. Aku mungkin sudah merusak hubungan Panji dan Selma. Apa kata orang sekarang? Reputasiku udah buruk, Vero. Buruk!" Ternyata semua ini sudah jadi pertimbangan Amanda.
"Gini aja. Umumin vakum atau hiatus aja, deh." Vero menyarankan. "Belum tentu semua orang nganggep lo kayak gitu. Penggemar setia lo itu banyak. Pasti ada yang mikir dari sudut pandang lain."
Amanda menggelengkan kepala. "Keputusan aku udah bulat. Aku gak akan berakting lagi."
Vero tidak punya lagi alasan kuat untuk membuat Amanda mengubah keputusan. Bahkan untuk segera mempertimbangkan ulang. "Ya udah. Semoga ini yang terbaik buat lo."
Keputusan besar yang Amanda buat juga diketahui oleh Panji. Dan pria itu memberikan pendapat yang netral. "Aku selalu mendukung apapun keputusan kamu, Yank..."
Amanda tersenyum. "Makasih, ya..."
"Sekarang, waktunya kamu minum vitamin," kata Panji. Ia sudah menyiapkan beberapa vitamin kehamilan yang harus dikonsumsi oleh Amanda.
"Apa... kamu juga seperhatian ini sama Selma?" tanya Amanda. "Yang ada di dalam rahimnya anak kandung kamu. Sementara di dalam rahimku bukan."
"Kamu gak usah mikirin hal yang gak penting gitu, deh," jawab Panji.
"Kok gak penting? Dia istri kamu juga, Yank." Lalu Amanda berdiri. Ia berjalan menghampiri Panji, dan memeluknya dari belakang. "Kamu juga harus baik sama dia. Ya?"
Panji berbalik, dan mendekapnya. "Kamu memang wanita yang luar biasa baik, Manda. Bahkan pada orang-orang yang mungkin jadi tangan Tuhan untuk menguji hidup kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cintaku yang Terbaik
RomancePanji dan Amanda sudah menjalin cinta sejak SMA. Memutuskan bertunangan saat menginjak dunia kerja. Namun, orang tua Panji tidak setuju dengan hubungan mereka, karena sudah memiliki seorang calon istri untuk Panji, bernama Selma. Demi keinginan ora...