18. Upaya

12 1 0
                                    

Lima menit setelah Amanda keluar dari ruang rapat mewah di Georgian Mansion, Arjuna masih mengobrol dengan sutradara. Tentang beberapa teknik akting yang harus Arjuna perdalam dan latih agar lebih menguasai peran.

"Banyakin latihan fisik ya. Karena ini filmnya penuh aksi berantem." Begitu kata Fajar, sebelum meninggalkan ruang rapat.

Ketika Arjuna bersiap hendak meninggalkan ruangan itu, ia masih mengumpulkan barang-barangnya seperti sebendel naskah, juga HP-nya, ia melihat satu HP lagi. Di silikon HP itu ada huruf A, mungkin inisial nama pemiliknya. Ia melihat di layar HP tersebut, memang milik Amanda. ia berinisiatif mengembalikannya.

Hanya tidak menyangka, ia akan melihat seorang pria ada di dalam kamar Amanda. Dokter yang memimpin tim medis dalam produksi film ini. Memang sih, agak aneh, kenapa harus bawa tim medis dari Jakarta, coba? Ia menghargai jawaban Amanda tadi. Minta resep penambah stamina?


Amanda mendorong Panji jauh-jauh darinya. Sampai pria itu mundur beberapa langkah. Wajah cantik gadis itu memerah karena marah. "Kamu jangan kurang ajar, ya!"

"Sorry, aku..." Panji juga tidak mengerti dengan sikapnya.

"Keluar!" usir Amanda. Kali ini ia sungguh-sungguh.

"Yank... Aku... Manda..." Panji masih ingin mencari pembenaran atas sikapnya.

"Keluar!!" Amanda sampai meninggikan suaranya.

Panji pun keluar dari kamar itu. Sedikit menyesal, karena telah melakukan perbuatan yang tidak sopan. Tetapi dari situ ia mendapatkan sebuah kenyataan. Nanti, ada saatnya ia bisa membuktikan.


Arjuna belum jauh dari kamar Amanda di sayap barat. Ia masih berhenti di ruang tengah untuk memperhatikan sebuah ornamen hindustani yang ada di sana. Ia pun melihat Panji keluar dari kamar Amanda dengan gelisah dan buru-buru. Menghilang di undakan menuju lantai bawah. Berpapasan dengan asistennya, Clara.

"Mas Juna di sini rupanya?" tegur Clara. "Dicariin Mas Tomi."

"Oh, ok," sahut Arjuna. "Naruh naskah ini dulu."

Tetapi Clara seperti tidak fokus dengan apa yang Arjuna katakan. "Aku kok kayak pernah lihat orang itu, ya?"

"Siapa?" tanya Arjuna pada asistennya yang masih berusia 19 tahun itu.

"Yang barusan papasan sama aku," terang Clara.

Oh, lelaki itu, batin Arjuna. "Emang dia siapa?"

"Aku pernah lihat di infotaimen beberapa bulan lalu, sih," jawab Clara. "Lupa siapa."

Arjuna hanya manggut-manggut, tetapi malah penasaran. Kok dokter itu bisa muncul di infotaimen?


Ketika sedang makan siang bersama manajer dan asistennya, Arjuna malah sibuk sendiri dengan ponselnya. Melacak jejak digital Amanda Syailendra batal menikah. Maka bermunculan semua berita dan foto-fotonya. Bahkan berita tentang Amanda yang telah menjalin hubungan asmara dengan seorang dokter muda sejak masa sekolah. Foto pacarnya pun terpampang jelas. Itu wajah si dokter yang memimpin tim medis di produksi film ini. Panji Setiawan.

"Keterlaluan," umpat Arjuna pelan. Sepelan-pelannya, masih terdengar oleh kedua orang yang duduk di kanan kirinya.

"Apanya yang keterlaluan, Jun?" tanya Bustomi.

Clara juga ikut menanti jawaban yang akan dikatakan bosnya itu.

"Gak. Gak papa." Begitu jawabnya.

"Yah! Penonton kecewa, Mas!" celetuk Clara.

Cintaku yang TerbaikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang