Amanda masih saja belum usai kepikiran semua yang telah Ratri katakan kemarin. Ia yang pada dasarnya mudah merasa stress, akhirnya tumbang juga.
Pagi, ketika sedang menyiapkan sarapan untuk Panji, Amanda merasakan nyeri pada rahimnya. Kemudian ada darah yang mengalir di sela-sela kakinya. Hal itu diketahui oleh Selma yang sedang berjalan ke dapur untuk ambil minum.
"Amanda! Kamu kenapa?" teriak Selma.
"A-aku juga gak tahu," jawab Amanda. Dirinya semakin panik dan janinnya kenapa-kenapa.
"Mas Panji!" Selma berteriak memanggil Panji yang masih berpakaian di lantai dua.
Panji segera datang saat mendengar teriakan panik itu. Ia pun terkejut melihat yang terjadi pada Amanda. "Sayang! Kamu kenapa?"
Amanda menggelengkan kepala. Panji segera mengambil kunci mobil dan handphone. Lalu menggendong sang istri muda ke mobil. Langsung membawanya ke rumah sakit. Dalam perjalanan, ia menghubungi UGD dan dokter Lina.
Dokter Lina memang baru tiba di rumah sakit. Ia segera menyiapkan pertolongan pertama untuk Amanda. Ketika pasiennya datang, ia segera melakukan pemeriksaan menyeluruh, dan melakukan tindakan.
Pendarahan ringan, begitu yang disampaikan Lina seusai mengobati Amanda. Saat ini pasiennya sudah tertidur karena obat yang diberikan. "Untung cepet-cepet dibawa ke sini. Dia gak boleh capek, apalagi stress. Harus total bed rest sampai usia kandungan cukup tua."
Panji pun teringat, sikap Amanda semalam memang berbeda. Pasti ada yang mengganggunya. Tapi apa? "Makasih ya, Lin," ucap Panji kemudian.
Hari ini Panji sangat ingin menjaga Amanda yang masih tidur itu. Tetapi dirinya memiliki jadwal operasi untuk pasiennya. Maka, ia berpesan pada salah satu perawat, yaitu Anita untuk menjagakan Amanda selama dirinya masih bertugas.
"Jangan khawatir, dokter Panji. Nita jagain baik-baik Mbak Manda-nya." Anita menjamin keamanan Amanda di kamar rawat VIP itu.
"Makasih ya," ucap Panji, lalu meninggalkan kamar rawat itu, bertugas dengan baik. Ia juga tahu, jika dirinya lalai dengan tugas gara-gara menjaga Amanda, sang istri muda juga pasti akan marah dan mengomelinya habis-habisan.
Di rumah, Selma mengkhawatirkan bagaimana kondisi Amanda. Ia ingin menelepon Panji. Ia pun teringat, bahwa nomor WhatsApp-nya masih diblokir, sejak Amanda masih jadi artis dan syuting di Amerika Serikat waktu itu. Dan ia tidak punya nomor telepon siapapun di Jakarta ini.
Sampai satu nama muncul di layar ponselnya, melakukan panggilan suara melalui aplikasi WhatsApp. Pratiwi. Kabar yang Pratiwi katakan, bagaimana sekarang Selma harus bertindak?
Menjelang malam.
Amanda membuka mata, hendak menyambut kesadarannya. Dalam pandangannya, ia melihat seseorang yang begitu dikenalnya. Begitu tidak boleh dilupakannya. "Juna?"
Yah. Itu seperti Arjuna. Menatap penuh kerinduan padanya. Tanpa senyum. Terlihat dingin, sampai Amanda dapat merasakan udara yang menusuk-nusuk tubuhnya. Membuatnya menggigil. Pria itu berdiri. Lalu melangkah pergi.
Amanda memanggilnya lagi. "Juna! Jangan pergi!"
Panji terbangun saat mendengar Amanda mengigau.
"Ja-jangan pergi!" ucap Amanda dengan gelisah. Keringat membasahi wajah dan lehernya.
"Sayang..." Panji menghampirinya. Coba membangunkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cintaku yang Terbaik
RomancePanji dan Amanda sudah menjalin cinta sejak SMA. Memutuskan bertunangan saat menginjak dunia kerja. Namun, orang tua Panji tidak setuju dengan hubungan mereka, karena sudah memiliki seorang calon istri untuk Panji, bernama Selma. Demi keinginan ora...