22. Saran Mentah

8 2 0
                                    

"Sorry ya, kemarin sampai di apartemen aku langsung tidur. Baru bangun tengah malam." Amanda bicara dengan Arjuna lewat telepon. "Aku baca chat kamu, kok."

Arjuna menjawab, "Gak papa, kok. Aku ngerti." Terdengar suaranya tertawa. "Ngomong-ngomong, aku juga. Abis chat kamu, sambil nunggu balesannya, aku tidur. Bustomi ngosongin jadwal seharian itu."

"Samaan, dong." Amanda tersenyum.

"Hari ini ada kegiatan apa, Sayang?" tanya Arjuna.

"Hmm, apa ya, bentar, lihat dulu." Amanda membuka tabletnya. Biasanya jadwal kerja ada di Google Drive. Vero menaruhnya di situ agar lebih mudah. "Hmm, bukannya hari ini kita ada jadwal reading buat syuting di Indonesia, ya?"

"Ah iya. Kok aku bisa lupa, sih. Aku jemput, ya? Sekalian mungkin bisa makan siang bareng."

Ajakannya mendapat tawa dari Amanda. "Kalau siang kamu makan, nanti gelap, loh!"

Arjuna baru sadar kalau itu candaan. "Astaga! Bisa kocak juga kamu!"

"Ya udah, jemput aja. Aku tunggu." Amanda menutup telepon setelah mendengar suara kecupan dari kekasihnya.


Tiba-tiba.

"Hebat ya, lo!" Vero muncul di ambang pintu sambil bertepuk tangan, sungguh mengejutkan Amanda.

"Wah, Vero! Parah kamu. Dateng gak pake suara, tiba-tiba udah di situ aja." Amanda terkejut. Sampai jantungnya hampir lompat dari rongga dada.

"Lo-nya aja yang gak denger. Gue udah manggil-manggil, sampe berbusa." Vero meletakkan tasnya di sofa.

"Lagian, kok bisa masuk?" tanya Amanda, masih diliputi rasa terkejut.

"Lupa ya, kalo gue tahu kode pintu lo? Selama lo di Amerika, gue yang bolak-balik ke sini ngecek apa yang kurang." Ia lantas duduk di sofa.

"Oh iya, aku lupa." Amanda mengelus keningnya sendiri.

"Duduk dulu sini," suruh Vero, sembari menepuk dudukan sofa di sampingnya.

"Aku mau mandi," kata Amanda, mengacuhkannya.

"Bentar aja," paksa Vero.

Amanda baru ingat, dirinya punya utang cerita panjang pada sepupunya satu ini. Ia lantas duduk, demi menyenangkan hati Vero. "Baiklah, aku siap menjawab apapun pertanyaan kamu, termasuk bayar utang cerita yang waktu itu."

"Gue gak mau nagih cerita itu. Gue udah denger semua dari Litha. Cuma, ini orangnya adalah Arjuna Yudhistira, loh. Yang penggemarnya bejibun di seluruh Indonesia, bahkan sampai di Malaysia dan sekitarnya."

Amanda tahu ke mana arah pembicaraan ini. "Iya, aku tahu."

"Yang mendukung kalian, banyak. Bisa dicek ke media sosial kalian. Bahkan udah ada yang bikin akun Manja Lovers, sebagai bentuk dukungan buat Amanda dan Arjuna." Vero menunjukkan profile akun tersebut dari Instagram.

Amanda tampak senang. "Ya ampun, cepet banget!"

"Jangan seneng dulu. Ada penggemar, pasti ada haters juga. Nih lihat..." Vero menunjukkannya. Bukan untuk membuat Amanda merasa down atau apa. Hanya tidak ingin gadis ini tahu sendiri dengan kondisi emosi yang belum sepenuhnya stabil.

Amanda membaca haters itu ditujukan pada dirinya, juga Arjuna. Masing-masing punya. Bahkan ada yang menyinggung Amanda sebagai si aktris batal nikah. "Trus, menurut kamu, aku harus gimana sekarang? Putusin Arjuna? Balik sendirian lagi, merenungi takdir buruk yang sempet singgah di hidup aku, gitu?"

"Bukan gitu, Manda," sergah Vero. "Gue cuma gak ingin lo disakiti laki-laki lagi."

Amanda tersenyum getir. "Arjuna itu sangat baik. Dia udah tahu semua tentang aku dan Panji. Dia tahu, aku belum bisa membuka hati untuk siapapun karena mengalami trauma. Tapi dia bersedia menyembuhkan aku, Vero. Tapi lebih dari itu, sepertinya aku juga sayang sama dia. Meski terlalu dini untuk menyebutnya cinta."

Cintaku yang TerbaikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang