"Sebelum membaca, absen dulu disini!"
Guys, please bantu aku dengan vote setiap chapter yaa. Aku minta tolong.
Tolong penuhi komentar di setiap paragraf. Juga vote yang gratis di pojok kiri bawah. Don't be siders. Kalau kalian aktif, aku juga akan aktif update.
• Selamat Membaca •
•••
Dunia terlalu jahat untuk kita yang menganggap semua orang bakalan baik, kalau kita juga berlaku baik.
Arini pikir, semua yang menimpanya setelah berakhirnya hubungannya dengan Ragaz merupakan karma yang harus dibayar oleh cewek itu.
Remaja umur tujuh belas tahun yang seharusnya masih banyak memiliki waktu bermain, memikirkan impiannya, cita-citanya, dan masa depannya, kini terkubur bersama dengan semua masalah yang datang bertubi-tubi pada hidup sang remaja itu.
Sejak awal, setelah berminggu-minggu menangisi hidupnya yang benar-benar berantakan, Arini akhirnya mencoba menerima. Arini mencoba menerima semua yang terjadi padanya.
Cewek itu berusaha.
Melapangkan hatinya agar mengikhlaskan semua yang dialaminya, walau tak mudah.
Namun setidaknya, ia sudah berusaha. Demi Tuhan, ia sudah berusaha.
Semua gertakannya pada Ragaz pun hanya topengnya. Berlagak berani mengancam Ragaz, padahal Arini tak seberani itu. Namun itu harus dilakukannya agar dirinya tak lagi disepelekan oleh cowok itu.
Ada anak yang harus ia jaga.
Seseorang yang bahkan belum lahir di dunia yang saat ini menjadi penguatnya untuk bertahan hidup di dunia yang jahat ini.
Jadi Arini pikir, berakhirnya hubungannya dengan Ragaz, berakhir pula semua masalah yang berhubungan tentang cowok itu. Setidaknya hanya satu, dan Arini hanya perlu menutupinya dengan sebaik mungkin.
Arini bisa menjalankan hidupnya kembali seperti sebelum Ragaz datang kedalam kehidupannya.
Namun ternyata, karma itu tidak berakhir sampai disitu.
Dan kali ini, Arini nyaris gila merasakannya.
Karena ternyata hidup nggak semudah itu. Kita nggak bisa langsung meninggalkan sesuatu yang sudah kita mulai.
Air mata itu tidak mau berhenti. Seolah air terjun yang tak pernah berhenti, terus turun pada wajah cantik yang sudah benar-benar berantakan beberapa hari terakhir ini.
Namun kali ini, wajah itu lebih kacau. Seperti tak ada tanda-tanda kehidupan di sana.
Arini hanya menatap kosong dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipinya, pada gundukan tanah yang masih terlihat baru dengan banyak bunga segar diatasnya.
Cewek itu terdiam. Tak ada suara isak tangis, hanya menatap penuh pada gundukan tanah yang menyimpan salah satu orang tua terhebatnya di sana.
Berbeda dengan sang Bunda. Perempuan paruh baya itu masih terus terisak disebelah Arini. Tangan-tangan keluarga jauh yang datang ke pemakaman, terlihat mengelus punggung sang belahan hati dari seseorang yang di kebumikan beberapa jam yang lalu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGAZ
Teen FictionUPDATE SETIAP HARI! [FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!] Find me on Instagram @yeremisaragih WARNING⚠️ Mengandung adegan dewasa serta bahasa yang kotor dan frontal! _____ "Karena tenang nggak harus mati." Arini tidak tahu, lebih tepatnya tidak sadar, kala...