"Sebelum membaca, spam emoji warna hitam yuk!"
• Selamat Membaca •
•••
Hari berganti minggu, semua berjalan seperti biasa. Arini yang bangun tidur kembali sendiri, dan tidak melihat Ragaz disisinya.
Terhitung sudah hampir dua bulan kegiatan bersetubuh seolah menjadi kegiatan rutin yang harus mereka lakukan. Bahkan terkadang, Arini yang meminta. Cewek itu sudah menganggap hal itu hal yang biasa. Tidak ada yang perlu ditakutkan selagi Ragaz memakai pengaman.
Bahkan 'bermain' di area sekolah juga sudah menjadi hal yang biasa bagi mereka. Memang gila, beberapa kali bahkan mereka 'bermain' di toilet sekolah saat pelajaran sedang berlangsung. Tak terhitung berapa kali mereka hampir ketahuan oleh murid-murid yang berada di toilet.
Arini semakin rusak. Ia tidak lagi berpikir dengan jernih saat dirinya bersama Ragaz. Cowok itu selalu berhasil mencuci otak Arini dengan berbagai kalimat-kalimat sayang.
"Kamu ngapain?" ucap Arini dengan nafas yang terengah-engah, matanya menatap Ragaz yang berada diatasnya. Penampilan cewek itu sudah terlihat berantakan. Saat ini, sudah sekitar dua puluh menit mereka 'bermain' di rumah kosong belakang sekolah itu.
Guru-guru sedang rapat dadakan, entah apa yang terjadi, namun tadi saat bel jam pertama berbunyi, suara yang berasal dari speaker sekolah tiba-tiba berbunyi, memberitahukan kepada semua guru untuk datang ke ruang guru, karena akan diadakan rapat.
Mendengar itu, jelas semua murid bersorak kegirangan. Sekolah dipenuhi dengan teriakan senang. Namun itu tak berlangsung lama, karena guru-guru tetap memberikan tugas yang harus dikerjakan, membuat semua murid mengeluh kompak.
Dan karena itu, Ragaz memanfaatkan waktu dengan baik, ia langsung menyuruh Arini untuk pergi ke kantin lama dibelakang sekolah. Mereka punya waktu yang 'cukup' untuk 'bermain' disana.
Dengan alasan ingin pergi ke kantin untuk membeli minuman, dan juga ke koperasi sekolah untuk membeli pulpennya yang sudah habis, Arini izin keluar kelas. Ia menolak Elena yang ingin menemani. Juga menolak Jemi yang ingin pergi ke kantin, katanya biar nitip saja sama dirinya.
Dan disinilah Arini sekarang. Setelah membeli semua yang tadi ia bilang ke sahabat-sahabatnya, Arini langsung pergi ke belakang sekolah. Kembali memastikan bahwa tidak ada yang melihatnya di sana, Arini baru masuk.
"Nggak ngapa-ngapain, sayang," sahut Ragaz tersenyum, tubuhnya terus bergerak diatas tubuh Arini. Nafasnya juga terengah-engah. Tangan cowok itu sedang memegang ponselnya, makanya Arini bertanya tadi.
CKREK
"Kamu foto aku? Apaan si Gaz, kamu ngapain. Udah-udah." Arini melotot terkejut saat mendengar suara dari ponsel Ragaz. Masih dengan nafas tersengal, cewek itu mencoba mengambil ponsel Ragaz yang berada persis didepannya.
"Kamu lagi cantik banget, sayang. Sayang banget kalau nggak aku foto. Ini buat koleksi pribadi aku, kok. Kalau aku lagi kangen, atau lagi sange, bisa lihat foto kamu, hm. Gapapa sayang, cuma foto doang kok." Bukannya marah mendengar ucapan Ragaz, Arini malah terlihat salah tingkah karena dipanggil cantik oleh cowok itu. Kedua tangannya turun, menutup wajahnya yang terlihat berantakan.
"Tetep aja, aku lagi jelek. Berantakan lagi. Udah ah, jangan. Nanti kalau fotonya bocor gimana?" tanya Arini, masih dengan kedua tangannya berada didepan wajahnya.
"Nggak bakal, sayang. Percaya sama aku. Sini muka cantiknya, jangan ditutupin dong," bujuk Ragaz lembut, salah satu tangan cowok itu menarik kedua tangan Arini, lalu meletakkannya diatas kepala cewek itu. Ragaz kembali memfoto Arini dengan posisi itu, namun kali ini ponselnya tidak lagi bersuara.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGAZ
Novela JuvenilUPDATE SETIAP HARI! [FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!] Find me on Instagram @yeremisaragih WARNING⚠️ Mengandung adegan dewasa serta bahasa yang kotor dan frontal! _____ "Karena tenang nggak harus mati." Arini tidak tahu, lebih tepatnya tidak sadar, kala...