27. Endless Pain

9.5K 370 151
                                    

"Sebelum membaca, absen dulu disini!"

Guys, please bantu aku dengan vote setiap chapter yaa. Aku minta tolong.

Follow Instagram @yeremisaragih untuk ngeliat cogan.

Tolong penuhi komentar di setiap paragraf. Juga vote yang gratis di pojok kiri bawah. Don't be siders. Kalau kalian aktif, aku juga akan aktif update.

• Selamat Membaca •

•••

"Apapun alesan Ayah, udah nggak bisa lagi kuterima."

Kedua manusia yang merupakan pasangan suami istri itu mengalihkan pandangan mereka saat seseorang yang merupakan anak mereka datang dengan tiba-tiba membuka pintu.

Ragaz berdiri tak jauh dari kedua orangtuanya yang entah sedang membicarakan apa saat dirinya masuk kedalam ruang rawat inap sang bunda. Keduanya terlihat memiliki percakapan yang cukup serius sebelum cowok itu datang.

"Apa-apaan kamu dateng-dateng nggak ngetuk pintu dulu?" Arga sedikit tak suka dengan sikap anaknya barusan.

"Ragaz kenapa, Nak? Mata kamu merah, bengkak lagi. Kamu kenapa?" Suara yang terdengar lemah itu membuat Ragaz mati-matian mengepalkan kedua tangannya erat. Sepertinya bundanya sudah lumayan lama siuman.

"Bun, aku emang nggak sepenting itu ya buat kalian?"

Kedua orang tua itu tersentak ditempatnya saat mendengar ucapan Ragaz. Mereka bahkan baru tersadar kalau penampilan putra mereka yang biasanya rapih, kini terlihat sangat berantakan.

"Kamu ngomong apa sih? Bunda baru bangun, jangan aneh-aneh dulu ah. Sini, kamu ga kangen sama Bunda emang?" ucap Damara mengangkat tangannya, memberikan kode kepada Ragaz untuk menghampirinya.

"Aku serius, Bunda," lirih Ragaz pelan.

Damar tersentak saat netranya menangkap air mata turun dengan mudah di pipi sang anak. Arga pun tak kalah terkejut melihatnya.

"Aku denger percakapan Ayah sama Jemi tadi." Ragaz beralih menatap Arga yang kini mematung ditempatnya.

"Percakapan apa? Ayah ngomongin apa sama Jemi? Jangan bikin Bunda bingung." Damara menyela, menatap sang suami dengan kening berkerut.

"Bukan apa-apa. Kamu tidur sekarang, udah kemaleman ini, biar besoknya udah makin baikan–"

"Yah–"

"Bicarain itu nanti sama Ayah, jangan sekarang. Nggak liat udah jam berapa? Bunda harus istirahat–"

"Biar sekalian Bunda tau–"

"RAGAZ!" Arga berteriak marah. Pria itu menatap tajam pada sang anak.

"Hei, kalian kenapa sih?" sela Damara bingung.

"Kamu tidur–"

"Biar Bunda tau, kalau alasan Bunda nge-drop itu karena aku. Karena semua pesan dari cewek yang Bunda baca sebelum pingsan itu bener. Semuanya fakta, nggak ada yang di rekayasa. Aku udah hancurin anak orang, aku udah hamilin anak orang, dan aku nggak mau tanggung jawab–"

RAGAZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang