"Sebelum membaca, absen dulu disini!"
Guys, please bantu aku dengan vote setiap chapter yaa. Aku minta tolong.
Tolong penuhi komentar di setiap paragraf. Juga vote yang gratis di pojok kiri bawah. Don't be siders. Kalau kalian aktif, aku juga akan aktif update.
• Selamat Membaca •
•••
Hidup adalah tentang pilihan. Tidak ada yang mudah. Setiap manusia selalu mengambil keputusan mereka berdasarkan pilihan yang mereka miliki.
Begitu pula dengan Arini. Lagi, mencoba mengikhlaskan hal yang sebenarnya sangat berat untuk ia terima.
Berhenti sekolah adalah hal yang tak pernah ada dalam bayangan bahkan rencana hidupnya. Apalagi cewek itu berhenti karena sesuatu yang merusak seluruh kehidupannya hingga tak bersisa.
Namun Arini akhirnya memilih hal itu. Membocorkan segalanya saat itu, padahal dirinya tahu apa yang akan terjadi padanya akhirnya.
Arini sudah tak lagi peduli tentang dirinya sendiri.
Semesta tak lagi berpihak padanya. Begitu banyak cara manusia disekitarnya untuk membuatnya menangis.
Arini menutup ponselnya setelah membaca seluruh rentetan pesan yang dikirimkan oleh seseorang yang saat ini menjadi tahta tertinggi manusia yang tak pernah mau lagi ia temui.
Sejak kemarin cowok itu berusaha menghubunginya. Arini jelas tahu apa maksud tindakan cowok itu sekarang. Apalagi setelah dirinya mengetahui kabar bahwa sang Ibu dari mantan kekasihnya itu sedang dirawat di rumah sakit.
Hanya tinggal hitungan jam Arini akan meninggalkan kota ini. Semua barang-barangnya sudah ia rapihkan, hanya tinggal menunggu jam keberangkatannya saja. Dan Arini akan benar-benar pergi dari tempat yang membesarkannya sedari kecil.
Kota yang dulu menyimpan begitu banyak cerita indah yang ada Arini didalamnya.
Kota yang membuatnya bertemu dengan sahabat-sahabat terbaiknya.
Kota yang membuatnya merasakan jatuh cinta untuk pertama kalinya pada seorang pria asing.
Dan kota yang menghancurkan segala kehidupannya.
Arini mengusap air matanya saat tersadar bahwa wajahnya sudah basah oleh air mata. Cewek itu masih duduk di meja belajar di dalam kamar kosannya. Menulis sesuatu diatas kertas dengan tetesan air mata yang jatuh membasahi kertas itu.
TING
Arini langsung mengambil ponselnya setelah suara notifikasi itu terdengar di telinganya. Matanya hanya menatap datar pada notifikasi pesan yang terpampang jelas di ponselnya.
"Mau gue bikin mati juga nyokap lo? Biar sekalian ikut bapak lo yang udah mati. Jawab gue lo dimana anjing."
"Sebelum itu terjadi, nyokap lo duluan yang nyusul bokap gue. Tolol."
Tangan Arini langsung melempar ponselnya sembarang arah ke kasurnya. Cewek itu menelungkupkan kepalanya pada kedua tangannya yang terlipat diatas meja.
"I'm tired of thinking that everything is my fault."
---
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGAZ
Teen FictionUPDATE SETIAP HARI! [FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!] Find me on Instagram @yeremisaragih WARNING⚠️ Mengandung adegan dewasa serta bahasa yang kotor dan frontal! _____ "Karena tenang nggak harus mati." Arini tidak tahu, lebih tepatnya tidak sadar, kala...