"Sebelum membaca, absen dulu disini!"
Tolong penuhi komentar di setiap paragraf. Juga vote yang gratis di pojok kiri bawah. Don't be siders. Kalau kalian aktif, aku juga akan aktif update.
• Selamat Membaca •
•••
Dalam hidupnya, Arini tahu kalau dirinya bukan orang suci. Bahkan penuh dengan dosa. Arini sadar kalau dirinya banyak melakukan kesalahan. Arini bahkan tak pernah membayangkan kalau dirinya akan berbadan dua di usianya yang menginjak 17 tahun.
Semuanya kacau. Hidupnya rusak dalam sekejap. Mau menyesal pun sudah terjadi. Mau marah pun, tidak membuat keadaan kembali seperti semula. Arini akhirnya mau tak mau harus mengikhlaskan apapun yang terjadi padanya saat ini.
Menerima kehamilannya walaupun sangat berat, Arini tetap bersyukur. Berterima kasih sama Tuhan, karena dirinya masih diberi kesempatan sekali lagi. Bahkan dikasih kesempatan untuk menjaga sebuah nyawa yang hidup di perutnya saat ini.
Arini menjalankan kehidupannya dengan ikhlas. Mengatur hidupnya agar kembali teratur, karena sekarang ia bukan lagi remaja yang bisa seenaknya bermain kesana-kemari.
Arini terima. Terima bagaimana akhirnya masa remajanya berakhir, masa SMA-nya harus putus karena harus menjaga kandungannya di usianya yang masih sangat muda.
Jangan tanya apa yang sudah dilalui cewek itu. Awal dirinya tahu tentang kehamilannya pun, digugurkan adalah pikiran pertamanya saat itu. Bunuh diri adalah pikiran yang paling banyak mengisi otaknya, bahkan hingga sampai saat ini.
Arini pikir dirinya sudah aman karena tidak lagi berhubungan dengan cowok yang sudah membuatnya seperti ini. Arini pikir kehidupannya akan kembali berjalan dengan normal-meskipun ada hal yang berubah dalam hidupnya-namun setidaknya cowok itu tak lagi bersamanya.
Namun ternyata salah. Arini lagi-lagi bodoh. Tidak cukupkah dirinya dibodohi hingga sampai sehancur ini hidupnya karena cowok itu?
Tidak cukup cowok itu membuat hidup Arini hancur sampai tak bersisa?
Arini berharap telinganya tak salah dengar, saat suara serak penuh dengan tangisan histeris, terus berteriak diseberang sambungan telepon yang berada di telinganya saat Arini berada di klinik untuk kembali mengecek kondisi kandungannya siang itu.
"Ayah meninggal, Nak."
Suara putus asa itu terdengar menyayat hati Arini yang mendengarnya kala itu.
Tak bisa diselamatkan karena serangan jantung tiba-tiba, saat pria paruh baya itu melihat sesuatu di ponselnya waktu itu. Setidaknya itu yang Bundanya ucapkan diseberang teleponnya.
Arini tertawa pelan. Lalu menjadi keras diikuti dengan air mata yang jatuh dengan deras di wajah cantiknya. Cewek itu sudah berada di kamar kosannya. Arini sudah berusaha menahan dirinya saat berada dijalan tadi.
Namun setelah sampai didalam kamarnya, tangisan cewek itu tak lagi bisa ditahan. Dadanya sesak. Benar-benar terasa sakit di sana. Arini bahkan sampai memukul kencang dadanya beberapa kali.
Mencoba mengusir rasa sakit yang menggerogoti hatinya.
Karena dari semua hal di dunia ini, kehilangan adalah bentuk kejahatan paling menakutkan yang pernah ada.
---
"Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Telah berpulang ke Rahmatullah, Ayahanda dari Arini Putri Damara, siswi kelas 12 IPS 3. Mohon doanya, semoga almarhum tenang di sisi-Nya. Dan keluarga yang ditinggalkan, dikuatkan. Nanti anak-anak OSIS akan keliling untuk meminta sumbangan ya, anak-anak."
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGAZ
Teen FictionUPDATE SETIAP HARI! [FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!] Find me on Instagram @yeremisaragih WARNING⚠️ Mengandung adegan dewasa serta bahasa yang kotor dan frontal! _____ "Karena tenang nggak harus mati." Arini tidak tahu, lebih tepatnya tidak sadar, kala...