"Sebelum membaca, spam emoji warna oranye disini!"
• Selamat Membaca •
•••
"Eh, menurut kalian, omongan cewek yang waktu itu pas kita pulang sekolah, yang kemaren, bener nggak?"
Mendengar itu, Arini yang sedang mencatat sesuatu di bukunya refleks menghentikan gerakan tangannya. Menegakkan tubuhnya dengan pelan, cewek itu menatap Jemi yang tadi bertanya.
"Katanya pagi-pagi, bukannya lo ada di UKS ya, Rin, waktu itu?" tanya Jemi lagi, menatap Arini heran. Sedangkan Elena yang sedari tadi fokus membaca, kini mulai mengalihkan pandangannya juga pada Arini.
Hari ini, kegiatan belajar bareng mereka kembali berjalan, dan dirumahnya Elena lagi. Mereka memang memutuskan, dalam seminggu ini akan belajar bersama, guna menyiapkan untuk ulangan tengah semester minggu depan.
Ini sudah hari kedua mereka belajar bersama setiap pulang sekolah.
"Sebenernya gue mau ketawa waktu denger 'tuh, cewek kemaren ngomong. Cuma, ya udah, biarin aja dia mikir apaan, haha," untuk masalah bersandiwara, akting Arini memang benar-benar patut diacungi jempol. Cewek itu benar-benar terlihat sedang menahan tawa, seolah ada hal lucu yang dipikirkannya.
"Hah? Maksud lo?" Jemi bertanya tidak sabaran. Elena hanya diam ditempatnya, menyimak pembicaraan kedua sahabatnya itu.
"Sebenernya, kemaren waktu gue sendirian di UKS, gue nonton Drakor. Gue bosen anjir, walaupun badan gue lemes. Ya udah, gue kunci aja pintunya, terus gue tutup gorden, biar nggak ada yang ganggu gue nonton. Tapi ngakak banget, cewek itu kayaknya lewat pas adegan ibu hamil di episode kemaren, haha," jelas Arini tertawa.
Jemi dan Elena yang mendengarnya tentu sontak tertawa terbahak-bahak. Merasa lucu dengan cerita Arini, serta saat mengingat bagaimana ucapan cewek kemarin yang terdengar serius.
Ternyata cuma salah paham, 'toh.
"Apasi anjir ngaceng," sahut Jemi terus tertawa.
Arini dan Elena yang mendengarnya refleks menghentikan tawanya, menatap terkejut saat mendengar ucapan Jemi barusan.
"Dih kudet nih pasti, kurang jauh main kalian," ujar Jemi saat melihat tatapan terkejut kedua sahabatnya.
---
"Selama UTS baru aku nggak ganggu kamu dulu, pokoknya sebelum UTS aku tetap mau kita 'main'," ucap Ragaz terlihat santai. Cowok itu tidak menghiraukan tatapan marah Arini padanya.
Tadi sepulang dari rumah Elena, Arini terkejut melihat Ragaz yang sedang duduk di kursi, di depan kamar kosannya. Cowok itu sedang merokok tadi. Namun saat ini, keduanya sudah berada didalam kamar Arini. Jam menunjukkan pukul lima lewat dua puluh sore.
"Kamu kok makin kesini makin seenaknya sih, Gaz, sama aku? Ini diri aku, hak aku. Aku bebas mau nentuin maunya aku gimana, kenapa jadi kamu yang ngatur?" protes Arini kesal menatap sang pacar yang terlihat santai duduk dipinggir kasurnya, sambil merokok.
"Apa susahnya sih? Kita juga 'main' cuma dua sampe tiga jam, kamu masih bisa belajar, tidur yang cukup, nggak usah dibikin ribet lah," sahut Ragaz sembari menyemburkan asap rokoknya ke udara.
Arini menggelengkan kepalanya pelan menatap Ragaz, tatapan cewek itu terlihat kecewa, "Kamu nganggep hubungan kita 'tuh, apa sih? Sebatas ngentot aja, udah? Kamu kira aku apaan?" suara Arini terdengar naik satu oktaf. Sepertinya cewek itu benar-benar marah saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGAZ
Teen FictionUPDATE SETIAP HARI! [FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!] Find me on Instagram @yeremisaragih WARNING⚠️ Mengandung adegan dewasa serta bahasa yang kotor dan frontal! _____ "Karena tenang nggak harus mati." Arini tidak tahu, lebih tepatnya tidak sadar, kala...