4. Beginning of Destruction

7K 262 49
                                    

"Sebelum membaca, absen dari kota mana kamu berasal?"

• Selamat Membaca •

•••

"Emang ada temennya yang tinggal disini. Kebetulan itu juga ketemunya, waktu dia mampir pulang sekolah kesini, temennya keluar dari kamar yang ada di ujung. Dari situ mereka jadi sering main, padahal awalnya cuma sebatas kenal, kata Ragaz."

Arini menghela nafas berat saat mengingat kembali alasan apa yang ia sampaikan pada kedua sahabatnya, setelah Tania pulang duluan karena tugas mereka sudah selesai. Sedangkan Elena dan Jemi memilih untuk bersantai sebentar di kosan Arini.

Itu sudah dua hari yang lalu, tepatnya hari Sabtu. Sekarang Arini sedang berdiri didepan rumah yang menjadi kosannya, sudah rapih memakai seragam. Hari ini hari Senin, dan Ragaz berkata akan menjemputnya.

Semalam setelah mereka selesai melakukan kegiatan rutin mereka, Ragaz memang memutuskan untuk pulang. Tidak menginap. Jam dua dini hari cowok itu pergi dari kosan Arini. Entah Arini harus bersyukur atau tidak, namun kosan ini begitu bebas, membuatnya dengan mudah mengeluar-masukan Ragaz dengan tenang.

"Hei," sapa Ragaz saat dirinya bersama sepeda motornya sudah berada tepat didepan Arini.

Arini sedikit terkejut, tadi dirinya masih melamun, tak mengetahui kedatangan Ragaz.

"Kenapa?" tanya Ragaz datar setelah melepas helmnya lalu memangkunya.

Arini menggelengkan kepalanya pelan, "Nggak. Ayo langsung pergi aja, sekarang upacara 'kan, nanti takut telat." ujar Arini yang langsung menaiki motor matic Ragaz dengan posisi menyamping.

Sedangkan Ragaz hanya mengangguk, dan kembali memasang helmnya. Dirasanya Arini sudah siap, ia langsung menjalankan motornya.

---

"Aku duluan," ucap Ragaz tanpa ekspresi. Setelahnya, cowok itu melanjutkan mengendarai motornya, meninggalkan sang pacar, tanpa menoleh lagi ke Arini yang berada di pinggir jalan.

Arini menghela nafasnya kasar melihat Ragaz yang perlahan menjauh. Namun tak lama, cewek itu berjalan menuju sekolahnya yang sudah beberapa ratus meter lagi dari tempatnya diturunkan oleh Ragaz.

Memang seperti itu jika Arini berangkat bersama Ragaz. Hubungan keduanya backstreet, jelas mereka harus melakukan hal itu jika keduanya tak mau hubungan mereka ketahuan. Awalnya Arini biasa saja, malah senang, karena bisa berangkat sekolah bersama seseorang yang menjadi idola sekolah itu.

Namun setelah beberapa hari terakhir ini, dirinya mulai lelah, kesal karena diturunkan didepan minimarket tak jauh dari sekolah. Tapi tak ada pilihan lain selain menuruti Ragaz.

"Aku nggak dibolehin pacaran sama Mamaku."

Arini masih ingat dengan jelas ucapan Ragaz sehari setelah dirinya dan Ragaz resmi berpacaran. Saat cowok itu meminta hubungan keduanya harus disembunyikan. Arini mencoba mengerti, lalu menyetujui untuk merahasiakan hubungan keduanya.

Sempat terpikir kalau alasan Ragaz tak masuk akal. Namun, dirinya tepis itu, tak mau berburuk sangka pada Ragaz. Ia mengerti, Ragaz salah satu siswa berprestasi di sekolah, namanya sering menjadi perwakilan sekolah untuk mengikuti berbagai olimpiade. Sudah pasti orang tuanya menyuruhnya untuk fokus belajar. Orang tuanya pun sempat dirumorkan menjadi salah satu orang berpengaruh di kota ini.

RAGAZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang